Share

Rencana Bahagia

"Kenapa Ibu memilih diam? Padahal Ibu jelas bisa bicara!" teriak Emir, tampak frustasi.

Karena kondisi Ibu sudah lebih membaik, pagi ini beliau sudah bisa pulang. Emir mencoba bertanya perihal kejadiaan naas yang pernah menimpanya, namun, gelengan keras yang terus diberikan.

Apa mungkin Bu Ratih sempat menerima ancaman? Hingga memutuskan untuk diam saja, tapi, aku pikir Emir berhak tahu!

Emir begitu tersiksa saat Ibunya hilang, jadi wajar jika sekarang dia ingin tahu detail. Termasuk dalang dari semua, biar lebih waspada dan jika memungkinkan dijebloskan saja ke penjara!

Bu Ratih kembali histeris, terus menangis sembari menggeleng keras. "Sudahlah Mir, kasihan Ibu. Jangan dipaksa, mungkin Ibu masih butuh waktu."

Bu Ratih mengangguk tak kalah keras. Memelukku dengan erat, sembari menangis tak tertahankan.

Padahal kalau Ibu mau saja bicara, hari ini juga kami sudah tahu dalang di balik penderitaannya.

"Tapi, sampai kapan, Wi? Sudah terlalu lama aku bersabar, rasanya tangan ini tak lagi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status