Icha berjalan menuju kearah halaman belakang, di menangis dalam diam ketika berada di pesta ini. Benar-benar tidak menyangka sama sekali. "Harusnya aku langsung membunuh dia untuk balas dendam!" umpat Icha. Dia benar-benar sangat benci dengan pria brengsek seperti Umar Sanjaya yang hanya menjadikan ibunya budak nafsunya saja selama ini. Padahal yang dia tahu kalau ibunya menjalin asmara dengan Anwar. tetapi pada kenyataannya lebih buruk dari yang dia kira. Dulu dia masih kecil dan sangat polos, tidak tahu apapun yang terjadi. Sekarang dia sudah dewasa dan mengetahui siapa yang jahat padanya. "Hiks kenapa nasibku seperti ini," gumam Icha menangis. Andreas datang menghampiri Icha, dia tadi sempat melihat Icha yang berlari. Dia yang khawatir pun akhirnya a menghampiri wanita itu. "Icha, kamu tidak apa-apa?" tanya Andreas sambil membawakan tisu dan menghapus air matanya. "Ngapain ke sini? Kamu bahagia bukan liat aku seperti ini," kata Icha. "Aku justru sedih melihat kamu seperti
Prayoga sengaja memakai bajunya, di dalam kamar masih ada Hana dan ibunya. Dia hanya ingin bertanya apa yang sudah terjadi sebenarnya. "Kenapa kamu bisa seperti itu?" tanya Hana. "Bukannya sudah aku bilang kalau dijebak. Semuanya ulah Prawira," kata Prayoga. "Kenapa bisa seperti itu?" tanya Hana. Prayoga diam sejenak, dia tidak mungkin menceritakan semuanya pada Hana tentang rencana dirinya tadi. "Aku tidak tahu.""Lain kali kamu jangan ceroboh, Prayoga. Liat gara-gara kelakuan dari kamu, semua wartawan itu pasti akan menyoroti kamu," kata Ayu. "Tante Ayudia tidak usah khawatir. Aku bisa mengurus semuanya," kata Prayoga. "Baiklah, jangan lakukan kesalahan lagi," kata Ayudia yang langsung memutuskan untuk pergi dari sini. Prayoga menatap kepergian dari ibunya Hana. Dia mengepalkan tangannya dengan keras. Wanita itu berani ikut campur dengan dirinya. "Yaudah kalau begitu aku keluar dulu.""Iya," jawab Prayoga. Hana akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamar Prayoga. Dia memut
Hana mencari keberadaan Prawira setelah dia meninggalkan Prayoga. Saatnya untuk dirinya menggoda Prawira. Tetapi dia tidak menemukan sama sekali. Padahal dia sudah menyusuri tempat pesta itu. “Di mana Prawira?” gumamnya lirih, penuh kegelisahan.Di antara kerumunan, Hana menangkap sosok yang sangat ia kenal. “Mah...” panggilnya.Ayu menoleh. Ekspresi wajahnya lembut, tapi ada ketajaman terselubung dalam matanya. Ia segera menghampiri Hana, menyibak gaunnya yang mewah.“Ada apa?” tanyanya tenang.“Aku tidak menemukan Prawira sama sekali,” bisik Hana dengan nada kesal.Ayu menatap sekeliling, lalu tersenyum tipis. “Sepertinya dia memang tidak betah di sini. Tadi aku hanya melihatnya sebentar. Mungkin... dia memang tidak suka pesta.”Hana mendengus pelan. “Harusnya aku langsung datang ke kamarnya. Aku bisa merayunya tanpa gangguan orang-orang ini.”Kalimat itu membuat Ayu mengangguk puas. “Itu pikiran yang pintar. Jangan biarkan kesempatan terbuang percuma. Pergilah sekarang.”Hana meng
Prayoga tiba-tiba merasa pusing di kepalanya, dia menyadari sesuatu sekarang. Sepertinya obat yang ada di gelas itu tidak sengaja dia minum. "Kepalaku pusing.""Aku akan membawa kamu ke kamar."Hana mengatakan itu dan menuntun Prayoga untuk masuk ke kamar sebuah kamar. Bagus sekali kalau Prayoga tidur, Hana akan lebih leluasa untuk mendekati Prawira. Berbicara tentang Prawira, Hana belum bertemu dengan laki-laki itu sekarang di pesta ini. "Kamu istirahat yah."Prayoga mencekal tangan Hana, "kamu mau ke mana?""Aku akan cari minum dulu," kata Hana yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari Hana. Prayoga hanya mengangguk sambil membuka kancing baju atasnya. Dia terlalu panas sekarang. Bahkan dia tidak tahu harus melakukan apalagi sekarang. "Sialan."Hana keluar dari kamar tersebut, lalu dia mengambil ponselnya. "Prawira, tunggu aku. Kamu pasti akan menjadi milikku," ujar Hana dengan semangat. Sementara itu tanpa mereka sadari, Andreas tengah memperhatikan situasi itu dalam diam
"Hei, kenapa?" tanya Anita ketika Prawira yang langsung menarik tubuhnya dan ikut bersembunyi. Prawira tadi melihat seseorang menuju kearah sini dan langsung menarik Anita untuk ikut bersama dengan dirinya. "Ada orang di sana," bisik Prawira dengan pelan. "Siapa?" tanya Anita heran. Prawira tidak menjawab sama sekali, tetapi karena Anita penasaran akhirnya dia mengintip dalam diam. Dia sedikit terkejut ketika melihat ibu tirinya yang tengah bersama dengan seorang pria. Dia tidak tahu siapa pria tersebut karena membelakanginya. "Itu ibu tiriku.""Jangan berisik, atau kita akan ketahuan," kata Prawira. Anita jadi penasaran dengan perkataan tersebut, apalagi dia merasa sedikit curiga. Sebenarnya apa yang tengah disembunyikan? "Dia berbicara dengan siapa? Aku tidak bisa melihatnya," bisik Anita. "Cukup dengarkan saja, jangan berisik."Prawira mengatakan itu pada Anita karena memang ini sedikit bahaya. Apalagi kalau sampai dia ketahuan sekarang. Diam-diam Anita mendengarkan perka
Prayoga tengah tersenyum sambil memasukan sesuatu ke dalam gelas minuman, dia sudah merencanakan semuanya dengan baik. "Kali ini pasti aku akan menang."Prayoga memasukan sesuatu ke dalam minuman yang nantinya akan diberikan kepada Anita. Baru juga dia hendak akan mengambil itu, tiba-tiba saja ada orang yang menghampiri dirinya. "Sayang."Hana tiba-tiba datang menghampiri Prayoga dengan wajah yang senang. Sebenarnya tujuan utamanya adalah ingin mencari keberadaan Prawira. Tetapi dia tidak menemukan sama sekali di tempat ini. Prayoga sedikit terkejut ketika melihat keberadaan dari Hana yang kini menghampiri dirinya, dia kembali menunda gelasnya karena takut dicurigai. "Ah, Hana.""Kamu lagi ngapain?" tanya Hana. "Aku tadi mau mengambil minum," jawab Prayoga."Oh begitu," kata Hana sambil melirik kearah gelas. Sebenarnya Hana curiga kalau Prayoga mungkin saja akan memberikan minum pada Anita. Dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi. "Kamu sendiri datang ke sini sendiri? Katanya