Alex menatap Flower tajam, sedangkan Flower sibuk meringis sambil sesekali memejamkan mata."Mau lihat, bagaimana pria brengsek ini menghukum mu sampai kau akan memohon padaku?” tanya Alex, hingga detik berikutnya ..."Emmph ..." Flower bungkam, sebelum dirinya bisa membalas ancaman Alex tadi. Alex sudah lebih dulu menyatukan bibirnya.Flower terengah, dia mencoba berontak agar Alex melepaskan ciumannya. Rasanya napasnya hanya sampai sebatas dada. Akhirnya, Flower mengambil inisiatif dengan menggigit bibir atas Alex sehingga Alex melepaskan pagutannya.Napas Flower memburu. Dadanya naik turun, pipinya merah, rambutnya yang tak tersisir semakin berantakan. Sedangkan Alex, pandangannya malah semakin menggelap melihat tampilan Flower yang berantakan.Kenapa jalang ini mudah sekali memancing gairahku?Flower mulai mengumpulkan tenaganya. Dia harus melawan, atau malam ini dia akan kembali menjadi korban. Flower menga
Alex masih terdiam sambil mengepalkan tangannya kuat. Dia tau, pukulannya tadi sangat keras, hingga membuat sudut bibir Flower kembali berdarah. Tapi, begitu melihat Flower masih bisa tersenyum dan menatap menantang padanya, membuat amarahnya kembali terpancing."Apa kau benar-benar berhati iblis, sampai-sampai ingin memukul mereka yang tak melakukan kesalahan apa pun, huh!? “Flower berkata dengan lantangnya, sementara bik Emma sudah semakin khawatir melihat darah yang terus mengalir dari sudut bibir Flower. Bisa saja, tuannya akan lepas kendali dan kembali memukul Flower melihat Flower yang keras kepala melawannya.Alex mengeraskan rahangnya, manik matanya menggelap. Flower masih berani melawannya, bahkan terlihat tidak ada rasa takut sedikit pun."Apa kau pikir aku akan takut huh!? Aku tidak akan pernah takut pada pria iblis dan berengsek sepertimu! Jika kau berani menyakiti mereka, akan kubuktikan padamu jika aku bisa mati tanpa
Alex benar membawa Flower ke mansion nya beserta dokter dan beberapa perawat menyertainya. Alex hanya tidak mau, jalang yang sudah terikat padanya itu mati, karna ulah tangannya sendiri. Flower harus mati di tangannya tanpa bantuan orang lain.Kini, mansion itu sedikit ramai karna kehadiran dokter dan beberapa perawat yang selalu stand bye untuk merawat Flower yang belum sadarkan diri.Saat itu, Alex menghampiri Flower yang masih belum juga sadar. Setiap malam, Alex akan menghampiri Flower di kamarnya, dan ini sudah satu minggu berlalu. Tapi, Flower masih betah dalam tidur lelapnya."Kenapa kau sangat betah dalam tidurmu? Bangunlah ...”Hanya kata itu yang Alex ucapkan selama satu minggu terakhir. Alex menatap wajah yang sangat damai dalam tidurnya itu. Berbeda sekali, dengan wajah penuh amarah dan kebencian yang dia lihat terakhir kali. Alex mengusap wajah Flower pelan dengan ibu jarinya kemudian keluar dari kamar itu.
Alex menggeram marah. Hanya melihat penampilan Flower yang biasa saja seperti tadi, sudah akan membuat gairah meledakkan dirinya. Akhir-akhir ini, Alex sangat sulit mengontrol diri, hanya karena pengaruh Flower. Seakan ada magnet khusus yang menariknya kuat.Siang tadi, entah keajaiban apa yang membuatnya menemani wanita itu bermain salju. Tawa Flower yang sudah beberapa bulan tak muncul dari bibirnya, hari ini lepas begitu saja. Flower mengganti sifat kejam dan dinginnya itu dengan tawa dan kebahagiaan. Entah kenapa, hatinya menghangat saat melihat senyuman Flower, dan Alex menjadi kecanduan olehnya.Alex lupa akan semuanya. Hanya Flower, dan senyumannya yang terus berputar di dunianya. Lalu, mobil yang ditugaskannya datang. Dan akal sehatnya pun kembali merenggut dirinya. Alex meninggalkan Flower begitu saja dan menghampiri wanita jalang yang di pesannya, lalu mengajaknya ke dalam. Alex tau, jika Flower kaget melihat kebersamaannya dengan wanita jalang
Flower menatap pemandangan salju dari jendela besar di depannya. Salju masih turun dengan derasnya. Cuaca di luar sana, pasti sangat dingin seperti hari-harinya yang tetap saja dingin, sepi dan hampa. Dia masih terkurung dalam mansion Alex, dan entah kapan dia bisa bebas.Sudah 10 hari dia sadar dari komanya, dan selama itu juga dia merasa lega. Alex tak pernah lagi menyentuhnya. Alex memilih menyentuh jalang-jalangnya di klub. Pria itu benar-benar menghindar darinya, menepati janji yang dibuatnya.Kondisi tubuh Flower sudah sangat sehat, bekas luka di lehernya pun sudah hilang, dan dia sudah kembali beraktivitas seperti semula. Flower sering membantu bik Emma melakukan pekerjaan mansion. Menyapu, memasak bahkan mencuci piring. Dia ingin kembali menikmati kehidupan normalnya seperti dulu. Bukan lagi sebagai tahanan.Hubungan Bik Emma dan Flower semakin dekat, begitu pun para bodyguard Alex. Mereka lah yang selalu menemani kesepiannya. Dan
Alex membuka mata saat merasakan sesuatu yang hangat mengalir ke ujung hidungnya. Shock. Alex kaget, cairan hangat itu adalah darah segar yang mengalir dari hidung Flower. Flower mimisan."Flower! Hey ... Bangun!“ Alex mengguncangkan tubuh Flower di pelukannya. Tapi Flower tak bergerak sedikit pun sebagai respons atas panggilannya, ternyata Flower sudah tak sadarkan diri. Alex menggerakkan tangannya, menyentuh kepala Flower yang melindunginya dari derasnya salju."Sial! “ Alex mengumpat. saat menyentuh gumpalan salju, yang sudah membeku di kepala belakang Flower, "Salju ini, pasti penyebab Flower mimisan. Kenapa kau sangat bodoh mengorbankan dirimu untukku, Flower!”Alex menggeser mantel Flower menutupi kepalanya dan kepala Flower yang sudah jatuh ke ceruk lehernya. Alex mengeratkan pelukannya. Rasa takut membayanginya melihat Flower yang sudah tidak sadarkan diri. Alex tak bisa melakukan apa-apa. Bahkan tubuhnya pun, seakan mati rasa. Cu
Keesokan harinya.Flower mendatangi kamar tempat Alex dirawat. Alex masih terlihat sangat mengenaskan dengan jarum infus yang masih tertancap di pergelangan tangannya, dan selang oksigen yang membantu pernafasannya. Kepala, lengan serta separuh dada Alex juga masih terlilit perban membuat siapa pun yang melihatnya akan iba. Alex yang berkuasa sedang dalam masa ketidakberdayaanya.Flower tau, luka yang terlilit perban di dada Alex, adalah luka cakaran yang Alex dapat dari pertarungannya dengan serigala yang akan menerkam dirinya di hutan saat itu. Luka itu yang menjadi penyebab Alex kehilangan banyak darah dan akhirnya sekarat.Flower mendekat ke arah ranjang dan duduk di dekat Alex. Flower menatap lekat wajah tampan yang masih sangat pucat itu. Bibir yang biasanya merah dan penuh dengan kata-kata dingin menusuk itu, juga masih sedikit pucat. Tangan Flower mengusap lembut wajah Alex, lalu turun menyusuri perban yang melilit tubuh lemah berotot itu.&nb
Setelah bersiap-siap, Flower dan bik Emma pun berangkat menuju kota. Jika hanya bik Emma yang ke kota seperti hari-hari biasanya, maka hanya akan ada 2 bodyguard yang mengawalnya sekedar untuk membantu membawakan belanjaan wanita paruh baya itu. Tapi, saat bik Emma membawa Flower turut serta, maka penjagaannya menjadi berlipat ganda. 2 mobil mengawalnya, dengan 12 bodyguard didalamnya. dan 3 orang bodyguard lagi, berada dalam satu mobil yang ditumpangi Flower dan bik Emma.Bik Emma dan para bodyguard, tidak mau mengambil risiko besar dengan membiarkan Flower tanpa penjagaan ketat. Jika terjadi sesuatu dengan gadis itu, maka dipastikan, mereka akan tamat!Saat ini, bik Emma dan para bodyguard merasa sedang berada di ambang kematian. Hidup mati mereka tergantung pada Flower. Mereka hanya berharap, nonanya itu tidak akan melakukan sesuatu yang membuat nyawa mereka terancam."Jangan menatapku begitu. Tenang saja. Aku tidak akan membahayakan nyawa k