#part17
Alina sampai ke rumah. Ia masuk ke dalam dan didapatinya rumah yang sepi, tak ada Hendra di rumah.
Bu Yuni, tetangga sebelah yang juga membantu sehari-hari usaha laundry melihat Alina datang kemudian menghampirinya.
***"Neng," sapa Bu Yuni. Aku yang sedang sibuk menelepon melihat Bu Yuni datang segera berhenti dan menyimpan Handphoneku dalam tas.
"Iya Bu Yuni..."
"Bagaimana keadaan nak Kenzo?" tanya Bu Yuni.
"Agak mendingan Bu." Aku menahan untuk tidak menceritakan kondisi Kenzo secara detil.
"Syukurlah, Neng Alina ada apa pulang? Ambil sesuatu?"
"Oya, aku mencari Mas Hendra, Bu Yuni lihat?" aku bertanya pada bu Yuni.
"Loh, aku kira Hendra ke rumah sakit menjaga Kenzo, memang nggak ada?" tanya Bu Yuni yang malah heran.
Aku menggeleng.
"Tadi pagi Hendra meminta uang hasil laundry lalu pergi jadi ibu kira ke rumah sakit," ujar Bu Yuni. Aku mengernyitkan dahi. Berfikir sedang dimana mas Hen
#part18#Malam Gathering*FLASHBACK OFF*Dering teleponku berbunyi, ada panggilan telepon dari Kiki. Nanti malam acara gathering PT Intona global, acara yang kami tunggu-tunggu dan sudah dipersiapkan sejak lama.Berhubung tidak ada orang di rumah, aku menitipkan Kenzo ke rumah Ibu. Alhamdulillah sejak keluar dari Rumah sakitPremiere Resort kondisi Kenzo bisa stabil dan kesehariannya pun sudah bisa beraktifitas dan bermain meski kami harus tetap rutin kontrol bulanan ke dokter. Sebenarnya malam ini aku agak berat juga meninggalkan Kenzo karena tadi ia agak demam, hanya saja tadi ibu meyakinkanku, dan juga tadi sudah aku beri obat penurun panas."Kenzo baik-baik ya di rumah, mamah berangkat kerja dulu," uacapku pamit kepada Kenzo seraya mengecup keningnya."Iya Mama, mama tenang saja kan ada nenek." Kenzo berkata seolah ia telah dewasa, terimakasih sayang kamu begitu pengerian sama mama.***PREMIERE RESORTAku m
#Part19#bertemulagi Ruangan pesta memang ditata dengan cahaya yang tidak terlalu terang saat pertunjukkan berlangsung karena lampu-lampu saat ini difokuskan di panggung hiburan. Seseorang berjalan masuk menuju ruangan dengan mantap dan penuh wibawa, kehadirannya mampu mencuri perhatian semua orang, termasuk aku. Pria itu mengenakan setelan tuxedo berwarna hitam, ah tidak, kulihat matanya bersinar merah, tajam. Sosok itu yang aku kenali, Hanya saja dengan sorot mata yang berbeda, yang aku tau, jika bersamaku sorot mata itu sangat jernih dan teduh... "Gawat! Kenapa aku harus bertemu dia lagi!" Pekikku dalam hati. Berdiri mematung, tungkaiku terasa lemas... "Naaa!!" Sebuah teriakan terdengar di Handy talkie, "Na! Lihat idola gue udah dateng!!" Kiki berteriak girang di handy talkie, "Itu Na, yang pake tuxedo hitam berjalan kemari!" Aku tidak memperdulikan suara Kiki di seberang sana. Pr
# Part20#Jangan Dekati Aku Aku berjalan cepat keluar aula menuju koridor samping, hendak mengatur suasana hati yang tidak beraturan. Aku bersandar pada dinding gedung..."Tuhan, biarkan aku bekerja dengan tenang."Kuambil nafas panjang kemudian berniat untuk kembali lagi ke acara."Alina..." suara dari seseorang yang aku kenal kini sudah di dekatku. Aduuh,, mengapa ia menyusulku kemari?!"Permisi tuan Aryo Satrio Widjaja, saya hendak kembali bekerja, jangan halangi jalanku, dan sebaiknya anda kembali duduk dan mengikuti rangkaian acara Tuan!" Kataku dengan nada sedikit keras,"Alina.., jangan seformal ini saat denganku..." Aryo berkata sambil melangkahkan kakinya maju mendekatiku."Stop! Berhenti disitu! Jangan dekat-dekat!" Ah, aku tau dia takkan berani macam-macam denganku tapi please... jangan dekati aku... Aryo berhenti demi mendengarku."Baik, aku... hanya ingin menanyakan kabarmu..."ta
Part21#menemuiivan#mencaripinjamanPagi hari setelah menyuapi Kenzo beberapa sendok bubur, Alina bersiap ke rumah Ivan mencari pinjaman. Kenzo dijaga oleh ibuku yang sudah datang ke rumah sakit."Ibu tolong jaga Kenzo ya Bu..." aku berkata pada ibuku memininta tolong agar menjaga Kenzo sekaligus ijin pamit keluar."Iya nduk, hati-hati ya.." jawab ibu."Nggih, Bu..." aku mencium tangan ibuku, lalu beralih mencium kening Kenzo."Kenzo doain mama ya sayang..." ucapku sambil mengelus kepalanya...****Sebelum ke rumah Ivan aku mampir dulu ke rumah Kiki. Oya, tentang asuransi, dulu saat aku masih bekerja, asuransiku sekeluarga ditanggung oleh perusahaan. Aku, sekeluarga dibiayai oleh perusahaan meski itu juga sebenarnya dipotong dari gajiku. Akan tetapi setelah aku resign tiga tahun lebih ini aku sudah tidak meneruskan lagi membayar asuransiku. Hmm, apa begini saja, mungkin aku akan mencari pinjaman untuk memenuhi tunggakan asurans
Part21_Saat terjatuh,_Adalah saat dimana kamu harus tauSeberapa tulus orang yang kan tetap berada di sampingmu,Mungkin bisa dihitung dengan jemari,Bandingkan dengan masa suksesmu duluSaat terjatuhAdalah saat dimana kamu harus tauBahwa bayangan saja kadang enggan mengikutimu!Seolah awan hitam menaungi kalbuSaat terjatuh, bahkan orang yang membantu dengan mudah bisa kau bedakanYang mana yang tulus dan mana yang bertopeng,"Ini tidak gratis,Tentu saja aku minta imbalan!"Duhai jiwa,Saat terjatuh harusnya kamu tau!Hanya Dia yang sangat menyayangimu!Betapa Dia rindukan hadirmu!_Masih ada Dia,,__Mengapa engkau lupa?!_****Hari sudah mulai petang, aku memutuskan kembali ke Rumah sakit, takut Kenzo rewel mencariku. Langkahku gontai... kembali mengingat Mas Hendra, sejujurnya walaupun dengan segala kesalahan-kesalahan yang dilakukannya aku akan kembal
Part23Pov AryoSetelah kejadian di Bandung keadaanku sudah mulai membaik sekarang. Namun sudah sekian purnama aku tak bertemu Alina. Sesekali aku hanya mendengar kabar dari Andi tentang kegiatan event Alina. Bahkan dia sekarang jarang sekali aktif di instagram kecuali kadang ia promosi tentang usaha laundrinya. Aku senang mendengarnya. Dia memang wanita yang selalu berinovasi dan tidak mudah menyerah apapun keadaannya.Jangan tanyakan padaku apakah aku merindukannya, tentu saja aku rindu! Namun aku tidak mau menjadi lelaki pengecut yang merebut wanita seenak nya saja. Bagaimanapun aku masih menghormati dia.Hanya saja aku sering berfikir, apakah alina juga merindukanku barang sebentar?Damn! Why i loveu alina !!!***Vera menyodorkan sebuah undangan gathering dan merajuk ingin datang bersamaku ke pesta itu. Tapi aku tak bergeming. Kubiarkan undangan itu tergeletak di atas meja kerjaku."Bos, diundang gala dinne
#part 24Kediaman Nyonya Widjaja.Aryo memasuki rumah lalu menuju ke balkon atas. Ibu, sedang membaca majalah kesayangan, memakai kacamata baca, mengenakan piyama exclusive nya dan duduk di sofa, ini ruangan favorit ibunya, dengan ornamen-ornamen berwarna soft, dan tanaman-tanaman indah berjejer yang ditata rapi dalam pot berwarna senada, tak lupa alunan musik classic instrumental mengalun dengan volume yang pas di telinga."Ibu,...." Aryo datang menyapa, lalu melangkah duduk di sofa."Hmm, yaa, apa ada masalah di perusahaan?" tanya ibu tetap tenang membaca sembari menyantap potongan dadu puding kecil menggunakan garpu berwarna keemasan."Tidak, ini bukan tentang perusahaan," jawab Aryo. Ia mengakui memang jarang datang ke rumah ibunya, kecuali ada masalah serius tentang perusahaan yang belum bisa ia pecahkan, ia akan pergi menemui ibunya sekedar sharing atau meminta nasihat, begitulah Aryo, dia sangat menghormati ibunya, karena baginya, petu
#part25VeraPerkataan ibu masih terngiang di telinganya.Tentang Vera, sudah setahun lebih pernikahan yang dijalani, tetapi Aryo benar-benar mengabaikan istrinya. Saat pertama kali bertemu lalu menjadi istri syah nya Vera tak henti mencari perhatian Aryo tiap waktu. Segala cara sudah dilakukan Vera agar Aryo mencintainya, tapi apalah daya, hati Aryo tak bergeming sedikitpun, begitu dingin tak tersentuh. Selalu saja dengan alasan pekerjaan ia pulang larut malam, bahkan sekarang lebih banyak tinggal di rumah selatan, bukan ke rumah yang Vera tinggali, Aryo pulang ke rumah Vera hanya sewaktu-waktu saja.Di rumah selatan hanya ada sepasang suami istri paruh baya yang menjaga dan mengurus rumahnya, memang ukurannya tidak lebih besar dari yang Vera tempati.Gerimis mulai turun ketika Aryo memutuskan untuk pulang ke kediaman Vera. Mungkin ada benarnya jika sekarang Aryo akan memperhatikan Vera, istrinya, daripada mengharapkan sesuatu yang bukan miliknya.