Part34
Statusku sudah berubah?
Hari demi hari setelahnya kulalui dengan sangat tersiksa, aku sering mengurung diri di kamar dan menangis. Untunglah ada ibuku yang mendampingiku dan menjaga Kenzo, juga Bu Yuni yang selalu membantuku, sebab apa saja yang kulakukan pasti aku sembari menangis mengingat Mas Hendra, tak habis pikir apa salah dan dosaku hingga ia lakukan semua ini. Aku yang mungkin tak pernah mengenal apa sebenarnya cinta itu, aku hanya merasakan sebuah rasa suka kepada seseorang saat masih kecil, selebihnya aku tidak tau bagaimana cinta itu, tiga tahun setelah tamat SMA aku dilamar oleh Mas Hendra, kulihat dia orang yang baik hingga aku menerima pinangannya. Kujalani hari yang penuh syukur dan bahagia bersamanya apalagi setelah hadir Kenzo buah hati kami, walaupun semua dalam kesederhanaan saja, aku tak pernah menuntut macam-macam darinya.
Memang ujian rumah tangga berbeda-beda, ada ujian tentang anak, ada ujian tentang kesetiaan sedang rumah ta
Pov Aryo"Ngapain lu bro, serius amat liat hapenya?!" Andi tiba-tiba datang mengagetkanku saat aku sedang membuka ponsel."Apaan sih!" aku buru-buru memasukkan ponsel ke saku, namun tangan Andi langsung menyambarnya secepat kilat."Lu mesti lagi liat film apa nih?" pasti fikirannya yang nggak-nggak si Andi."Wait-wait, ini kan... ini kan Alina??" tunjuknya penuh selidik menuding sebuah profil wanita cantik yang sedang menenteng buku. Aduh, lupa aku pencet back tadi."Udah sini handphonenya!" kurebut kembali HPku lalu berjalan ke arah motor dan menaikinya. Seperti biasa hampir tiap pagi aku manasin mesin motor gedeku itu."Bro, gue penasaran lu stalking IG nya Alina?mau apa, jangan-jangan lu suka ya?" Andi menatapku penuh curiga."Udah lo berisik banget, pas lewat beranda tauk!"jawabku sekenanya,"Ah nggak-nggak, tatapan lo tuh beda, kayak gue nggak tau elo aja," Andi terus nyerocos, aku pura-pu
POV Alina.Gawaiku berbunyi, sebuah pemberitahuan dari laman instagram, aku pencet gambar lambang cinta itu : Aryo27 menyukai postingan anda. Aku tersenyum,Aryo, seseorang yang belakangan ini selalu hadir di pikiranku, sering aku tepis pikiran konyol tentangnya, tapi tiba-tiba saja bayangan dirinya seperti muncul dimanapun aku berada. Tidak, kami tak pernah berinteraksi ngobrol langsung maupun chat, sungguh, hanya sekedar memberikan like, tidak pernah inbox atau DM, bahkan jarang sekali berkomentar. Bukankah itu wajar dalam dunia medsos? Bahkan acapkali banyak pria iseng tapi selama ini aku abai, tapi dia tuh beda... Ada yang berbeda, aku merasa... merasa hati ini saling terpaut meski tidak bersama. Ah, aneh sekali bukan?Setelah aku ingat lagi, apa karena Mas Aryo adalah orang pertama yang aku sukai waktu kecil dulu? Ah lucu sekali, tapi memang sama sekali bukan mantan karena aku tak pernah jadian dan aku juga tidak pernah berinteraksi dengannya. Dul
Part 3#pertama kali dekatPov Aryo"Gila, ini hal yang bodoh,Ini hal yang bodoh!" Aku meracau sendiri. Aku membalikkan badan, beringsut hendak cepat keluar dari ruangan ini dan mengurungkan niat untuk bertemu Alina sebelum..."Mas Aryo?!"suara lembut seseorang disana memanggilku.Oh My God,, itu Alina... itu pasti suara Alina yang memanggilku. Aku menghela nafas sejenak, menata degup jantungku dan putar badan, aku melihat wajahnya yang penuh tanya dan heran, bagiku itu sangat menggemaskan. Aku membetulkan kaos dan mengetes tenggorokanku, setidaknya aku harus nampak santai dan cool walau sebenarnya panas dingin dan mulai berkeringat.Aku melempar senyum dan menghampirinya."Tuhaaan, itu Alina, gadis impianku!!"gumamku dalam hati."Hai, Alina? Kamu ada disini juga?" Aku reflek menyodorkan tangan mengajak salaman."Mas aryo? Aku melihat dari tadi, Tapi aku pikir barangkali cuma mirip. Iya, aku lagi ikut semin
Part 4#menghindarPOV AlinaAku berdiri di depan kaca toilet."Aduh Tuhan, ini beneran?!"Aku? Sama dia? Aku beneran ketemu sama dia? Deket dan ngobrol trus janjian? Itu sesuatu yang seperti aku yakini bakal terjadi, dan ternyata itu beneran kenyataan. Aku nggak pernah menyangka akan bertemu dengannya disini, terus bagaimana ini, ngapain aku tadi iya aja waktu diajak ketemuan.Oh no...Gawat-gawat, nggak bisa kayak gini, ini bener sesuatu yang pernah aku impikan dulu, tapi bukan kaya gini juga, keadaannya sudah beda! Apa Aryo tau bahwa aku sudah sendiri ya? Tapi, tidak banyak yang tau tentang statusku. Dan justru karena sekarang aku sendiri aku tetap harus menjaga sikapku. Aku mendenguskan napas."Ok, mending nggak usah deket lagi sama sekali, ya lebih baik aku menghindar saja nanti, menghindar titik!"****Sore itu kelas selesai, sesi terakhir adalah sesi photo bersama dan testimoni tapi Alina minta izin untuk pulang du
#part5*Terkadang kita mati-matian menghindari sesuatu, tapi semesta selalu punya cara untuk mempertemukan*"Tumben banget sepi sekali, biasanya gak sesepi ini," Alina menyusuri jalan dengan lebar sekitar 3.5meter sebelum ke jalan utama. Aduh batrenya habis, belum sempat nge charge handphone karena buru-buru tadi, baiklah aku cari angkot di jalan depan saja. Sebenarnya jarak jalan kecil ini ke jalan utama tidak begitu jauh hanya sekitar kurang dari 200 meter saja, jalan ini bisa dilalui mobil tentunya, terdapat beberapa rumah tempat kost atau penginapan tapi juga masih ada tanah atau kavling-kavling kosong, dan beberapa kavling kosong tersebut ditumbuhi semak ilalang. Kalau sudah di jalur utama jarak ke hotel tempat seminar kemarin juga tidak begitu jauh, bisa ditempuh dengan jalan kaki, Alina memilih tempat menginap yang lebih terjangkau biayanya.Saat berjalan alina merasakan ada orang yang mengikuti, tadinya alina fikir mereka juga hanya sekedar lewat s
#part6#dekapanpertama "Alina, kamu baik-baik saja?!" Aryo segera menghampiri Alina dan melepas ikatan kain yang membekap mulutnya."Mas Aryo..." melihat airmata yang berderai di pipi Alina secara refleks Aryo memeluk Alina dengan erat ke dalam dekapannya, tangis Alina semakin tumpah, untung saja Aryo datang tepat pada waktunya jika tidak entah bagaimana jadinya nanti jika malapetaka datang dan merenggut kebahagiaannya. Untuk sekian waktu mereka tidak menyadari itu, ada desiran aneh dan rasa nyaman bersamaan. Hingga akhirnya Alina tersadar, degup jantungnya tidak beraturan, ia mencoba lepas dari pelukan Aryo, ternyata tangannya juga masih terikat dibelakang."Mm...maaf..." kata Aryo gugup seraya melepas dekapannya. "Maaf Alina, aku tidak bermaksud..." Alina tidak membalas ucapan Aryo, ia sedang berusaha melepas sendiri ikatan tangannya tapi tidak bisa. "Bis
#part7 "Alina, terimakasih." kata Aryo seraya menyerahkan sebuah kotak kecil berbungkus kertas kado dengan sebuah pita kecil yang manis. "Apa ini?"tanya Alina sambil memperhatikan kotak manis itu. "Tadi siang aku memang udah menyiapkan sesuatu buat kamu, maaf aku tadi sempat marah saat tau kamu pergi lebih dulu,"ujar Aryo. "Tidak-tidak, kamu nggak perlu minta maaf, seharusnya disini aku yang harus meminta maaf dan juga aku sedari tadi belum berterimakasih padamu" tukas Alina kemudian melanjutkan bicara. "Mm...maaf, dan terimakasih kamu sudah menolongku hari ini, jika kamu tidak datang aku tidak tau bagaimana nasibku tadi,"ucap Alina sambil menunduk, membayangkan kejadian yang tadi dialami. "Hei sudahlah, jangan di ingat lagi, yang penting sekarang kamu baik-baik saja" tutur Aryo dan Alinapun tersenyum. "Oh ya mas, kalau boleh tau, bagaimana bisa tadi kamu menemukanku?"tanya Alina heran. "Oh itu, baiklah, aku akan menceritakan s
#part8#Darahsegar Tanpa mereka sadari, dari arah semak ada yang mengintai. Alina yang tadi tersenyum, melebarkan matanya saat melihat seseorang berlari menuju Aryo dan dibalik jaketnya ia membawa sebuah... Belati!"Mas Aryo!!" pekik Alina keras."JLEBB!" sebuah tusukan mengenai perut bagian samping saat Aryo menoleh panggilan Alina. "Aaaaaak!!!!" Aryo yang sedang di posisi nyaman tak terjaga tak mampu membuat perlawanan."Rasakan pembalasanku!" ujar seorang lelaki berbadan besar kepada Aryo dengan mata yang merah penuh dendam."Cepat lari Bos!" teriak seseorang dari kejauhan, pria gondrong bertato itu kemudian seketika kabur meninggalkan Aryo yang jatuh bersimba darah. Tubuh Alina bergetar hebat menyaksikan kejadian dihadapannya."Mas Aryoo... tidaak!" Alina meraung langsung memapah tubuh Aryo yang limbung. "Tolong...!!" Alina berteriak meminta p