Share

100

Penulis: Kaeb
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-01 19:56:52

“Bah!”

Tubuh keduanya berjengit–seakan tersengat listrik–tapi, aliran rendah ya. Kalau aliran listrik tinggi, langsung tamat cerita kita. Ahem. Seolah sadar akan apa yang ia lakukan, pemuda tampan bermuka datar yang mencondongkan wajah ke si pengasuh segera menarik kembali dirinya. Sedang si gadis memalingkan muka. Terdapat gurat terkejut yang sangat kentara di wajahnya. Bagaimana tidak, baru saja Bia sadar akan yang akan terjadi dan hampir melakukan sesuatu yang ... apa yang ia pikirkan? Apa yang terjadi pada dirinya?

Bisa-bisanya ... bisa-bisanya Bia diam saja! Tidak berpaling, tidak menjauh atau menolak si tuan muda yang mengikis jarak sampai suara si gembul menyadarkan mereka dari momen yang tak pernah terlintas dalam benaknya bakal terjadi. Kini debaran di dada makin menggila. Namun, bukan sesuatu yang menyenangkan. Membayangkan apa yang terjadi bila suara si bayi tidak mengembalikan fokusnya.

Argh!

Bia yakin akan menyesal saat itu juga!

“Maaf,” suara Adrian terdengar. “Aku kebaw
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ikatan Hati   116. End

    “Saya seorang yatim-piatu. Saya iri lihat kebersamaan orang lain dengan keluarga mereka. Sejak kecil saya punya citacita pengin punya keluarga sendiri ...,” jeda sebentar, “dan nggak disangka saya akhirnya beneran punya. Meskipun keadaan saya nggak begitu baik, saya seneng banget waktu tahu tentang kehadiran Bian. Saya janji sama diri sendiri bakal rawat dia dengan baik dan bakal besarin dia sepenuh hati.” Katanya sembari memainkan jemarinya yang saling bertaut di pangkuan.“Sayangnya ... kenyataan nggak seperti yang diharapkan. Sebagai ibu kandungnya Bian, saya nggak mau dia menderita. Bian berhak dapat kehidupan yang lebih baik daripada hidup sengsara sama saya. Saya nggak punya pilihan selain antar Bian ke rumah keluarga Bimantara. Apalagi kalian salah satu keluarga terpandang. Saya pikir, saya nggak perlu khawatir kalau Bian dirawat sama keluarga Bimantara.”Bia ingat sewaktu dirinya melihat berita tentang tanah bekas hotel terbakar–hotel di mana dia sempat bekerja part time dan m

  • Ikatan Hati   115

    Perjalanan dari kediaman Adam Bimantara yang berada hampir di ujung kota menuju rumah sakit memakan waktu dua jam. Bia yang duduk di sebelah kursi kemudi tidak bisa tenang. Dia terus bergerak-gerak gelisah seraya mobil terus melaju. Sedangkan si lelaki tampan yang sebenarnya terusik berusaha menahan dirinya. Memaklumi si gadis yang khawatir dan ingin segera bertemu dengan si gembul. Pun ia pasti merasakan hal yang sama jika di posisi Bia. Tanpa mengajak perempuan di sebelahnya bicara–mereka tidak dalam situasi yang menyenangkan untuk mengobrol dalam perjalanan–Adrian memusatkan penglihatannya ke jalan.Setelah tiba di rumah sakit dan memarkirkan mobil, Adrian dan Bia berjalan di koridor. Mereka melangkah dengan cepat agar segera sampai di ruang rawat inap Bian. Ah, sebelumnya si pemuda Bimantara menyempatkan diri menghubungi ayahnya; mengabari kalau ia berhasil mengajak Bia.Begitu sampai, Adrian menghentikan langkah. Dia menatap si gadis sebentar lalu meraih knop pintu dan membukanya

  • Ikatan Hati   114

    Mereka tiba di ruang keluarga. Kinan melirik ke belakang untuk memastikan kondisi si gadis sebelum menggeser pintu. Sewaktu pintu terbuka, pria yang sudah berada di dalam ruangan segera berdiri. Sorot hitam bertemu dengan retina coklat yang menatap takut. Sang kepala pelayan menundukkan kepala sebagai salam hormat pada sang tuan muda. Bia yang berada di belakang ikut menundukkan kepala.“Bia ....”Si gadis berjengit mendengar namanya disebut oleh si pemuda tampan.Mendapati si gadis yang berdiri di belakang sang kepala pelayan yang berusaha menyembunyikan dirinya membuat Adrian mengingat kejadian saat dia mengusir gadis itu dari rumahnya. Gadis tersebut juga ketakutan dan berusaha agar tidak terlihat olehnya. Apa dia sangat menakutkan?“Kamu di sini untuk bujuk dia, Adrian. Bukan untuk nakutin dia!” si pemuda Bimantara bermonolog di dalam hati.Bimantara muda ini menarik napas dan menghembuskannya pelan. Dia tak mau bertindak gegabah lagi. Dia akan berhati-hati agar Bia mau mendengark

  • Ikatan Hati   113

    Adrian duduk termenung di sebelah ranjang yang ditempati seorang bayi yang tengah tertidur lelap. Gurat-gurat lelah terlihat jelas di wajah dengan pakaian yang tak lagi rapi–jas dan dasi miliknya tergeletak di atas sofa di sudut ruangan dan dua kancing kemeja bagian atas terbuka. Dia ingin melakukan sesuatu untuk putranya, tapi Adrian tidak tahu tindakan apa yang mesti dia lakukan. Setengah jam lalu Bian bangun dan kembali menangis, namun sebagai ayah si bayi, dia tak mampu membuat putranya berhenti menangis.Beberapa perawat yang memang ditugaskan untuk mengecek keadaan Bian secara berkala ikut membantu menenangkan si bayi. Hasilnya nihil. Mereka juga tak mampu meredakan rontaan kencang si gembul hingga bayi itu kelelahan dan tertidur.Ia benar-benar ditampar kenyataan.Baru beberapa hari, tetapi Adrian sama sekali tak bisa menjaga Bian dengan baik. Malah berakhir di rumah sakit. Perkiraannya kalau si gembul nantinya akan terbiasa tanpa si pengasuh salah besar. Justru dirinya yang ta

  • Ikatan Hati   112

    Sudah beberapa hari Bia berada di kediaman Adam Bimantara. Selama hari-hari itu dia tak tahu mesti melakukan apa. Biasanya dia punya kegiatan sedaru pagi, di mulai dari membangunkan si gembul, memandikan, memberi makan dan mengantarkan si bayi pada keluarga Bimantara. Setelah itu melakukan pekerjaan rumah. Tetapi, sejak berara di sini, Bia tidak punya aktivitas apa-apa. Sang tuan paling besar memperlakukannya dengan baik, sangat baik malah. Hanya saja ... dia tidak diperkenankan melakukan pekerjaan rumah.Pernah si gadis ingin membantu Jelita dan Rita yang sedang mempersiapkan makan malam, tetapi Adam memintanya untuk lebih banyak beristirahat. Dua perempuan yang merupakan asisten rumah tangga di kediaman Tetua Bimantara diberi perintah agar tak membiarkan si gadis melakukan pekerjaan rumah. Oleh sebab itu, Bia lebih banyak diam di ruangan yang diberikan Adam padanya.Sebuah kamar yang luas–untuk ditempati seorang diri.Ya, bukan kamar yang mestinya ditempati oleh asisten rumah tangga

  • Ikatan Hati   111

    Adnan mengamati gelas kaca berisi air mineral di atas meja yang tak disentuh sejak disediakan oleh seorang gadis bersurai panjang yang digulung tinggi. Pikirannya melayang jauh. Banyak hal yang terjadi yang belum mampu dia cerna. Ditambah mendnegar pernyataan kalau keponakannya mengalami stres membuat sulung Bimantara ini makin merasa tak karuan.Bayi kecil begitu mesti mengalami stres yang tidak seharusnya. Adnan tak dapat membayangkan bagaimana perasaan tak nyaman menggerogoti si bayi hingga membuatnya tak berhenti menangis. Bayi yang belum mengerti apa-apa, tetapi tahu kalau ia telah kehilangan sesuatu yang penting. Bayi yang belum bisa mengatakan protesnya terhadap keadaan. Namun, orang-orang dewasa di sekitarnya malah tidak membantu dan malah memperburuk keadaan. Termasuk dirinya yang sempat mengabaikan si gembul.Hah ... ia adalah seorang paman yang egois, kan?Rasanya semakin buruk setelah ia mencoba lebih memikirkan keadaan si bayi. Bian harus menjadi korban dari kejadian ini.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status