Beranda / Romansa / Ikatan Yang Ditakdirkan / 6. Tidak Perlu Mengingatnya Lagi

Share

6. Tidak Perlu Mengingatnya Lagi

Penulis: Happy_autunm
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-07 18:55:20

Hari-hari pun berlalu begitu saja. Begitu cepat dan tak terasa. Alina sudah memperpanjang masa cutinya. Sedangkan Maya teman dekatnya, kemarin baru saja tiba ke kota Y. Ketika mendengar kabar pernikahan Alina, ia segera mengurus cutinya.

 

Dan hari yang paling tidak diinginkan Alina, akhirnya tiba.

 

Alina tidak lagi mampu mengelak nya. Tepat di sebuah ruang yang di dominasi warna putih dan aroma obat-obatan. Di situlah tempat berlangsungnya ijab qobul. Yang mana di sebuah bangsal rumah sakit tempat neneknya dirawat.

 

Seorang penghulu dan beberapa kerabat tak lama lagi akan hadir memenuhi tempat itu.

Tentunya jumlah hadirin sangat di batasi, karena bagaimanapun tempat itu adalah rumah sakit.

 

Dan semua dilakukan dengan sangat biasa.

 

Termasuk penampilan Alina saat ini yang hanya mengenakan gaun putih polos sederhana yang dipadukan balutan hijab di kepalanya yang cukup simpel.

 

Maya yang membantu merias dirinya, tau Alina yang tidak suka make up berlebihan. Hanya membedakan wajahnya dan memoles sedikit lipstik merah di bibir tipisnya.

 

"Selesai!" Seru Maya gembira. Ia tidak akan pernah mengira Alina yang sangat membenci pria, akhirnya bertemu dengan jodohnya.

 

Sedangkan dirinya yang sudah lama menunggu, belum juga datang.

 

"Nenek lihat cucu anda! Dandanan sederhana seperti ini saja sudah luar biasa. Pria mana yang tidak jatuh hati"

 

Maya membawanya lebih dekat ke sisi ranjang tempat neneknya berbaring.

 

Alina hanya mengulum senyum tipis. Kalau bukan untuk menyenangkan hati neneknya, mana mau ia melakukan semua ini.

 

Menikah dengan seorang pria? Jenis yang paling ia benci.

 

Dan bahkan pria asing yang sama sekali tidak ia kenal!

 

Huh! Semua sungguh Alina lakukan untuk menyenangkan hati neneknya.

 

"Yah semua pria tentu menyukai keindahan, wanita pun juga begitu. Jika tidak tampan mana mungkin aku menerima perjodohan ini"

 

Alina mengekspresikan dirinya lebih ceria dan tegas. Neneknya bagaimana pun juga tidak boleh menangkap kesedihan di raut wajahnya.

 

Walau sebenarnya, Alina merasa sangat tertekan dengan situasinya saat ini.

 

"Yah, Alin harus berterimakasih pada nenek! Pria yang nenek kenalkan padamu selain tampan dia juga mapan. Cucu nenek pasti akan bahagia"

 

Mengepalkan kedua tangannya, Alina memaksakan dirinya untuk tetap tersenyum. Menarik nafasnya, ia menghembuskannya perlahan. "Seperti yang nenek katakan, tidak tau jika tidak mencoba! Ku harap, pilihan nenek sungguh yang terbaik"

 

Erina tersenyum lembut mendengarnya. Sebenarnya, ia agak terkejut dengan keputusan mendadak cucunya beberapa hari yang lalu. Meskipun sangat ingin melihat cucunya menikah. Erina tidak ingin memaksa cucunya itu, untuk menerima perjodohan yang ia buat.

 

Tapi siapa yang mampu menebak! Cucunya yang sangat membenci pria entah bagaimana begitu cepat berubah pikiran dan menerima perjodohan yang ia atur untuknya.

 

"Nenek kalau boleh tau kau sungguh menjodohkan Alina dengan seorang CEO tampan?" Maya yang sudah begitu dekat dengan keluarga kecil Alina, tentu sudah terbiasa memanggil wanita tua itu dengan sebutan 'nenek' sama seperti Alina. Bagi Maya, wanita tua itu sudah seperti neneknya sendiri.

 

"Itu benar! Dia adalah CEO muda PT. Jaya Sejahtera, perusahaan besar yang mengelola bagian kosmetik, pakaian bahkan kuliner. Sangat luar biasa bukan?"

 

Luar biasa apa? Itu karena kakek Zayyad adalah pemegang saham terbesar di perusahaan.

 

Ini sedikit tidak jauh berbeda dengan nepotisme. Meskipun itu adalah perusahaan besar keluarga. Tapi tetap saja ia memperoleh posisi itu dengan kuasa nepotisme.

 

Alina diam-diam memberi kritikan keras untuk Zayyad. Pria angkuh sepertinya itu, tidak pantas untuk di puji.

 

"Apa? Jadi dia adalah Zayyad kafa CEO muda yang dirumorkan gay itu!" Maya menyadari apa yang baru saja ia katakan, terus menutup mulutnya. Dalam hati ia merasa sangat menyesal karena sudah mengatakannya. Padahal itu hanyalah rumor dan belum tentu benar.

 

Alina sama sekali tidak tau kepanjangan nama Zayyad. Dan bahkan ia sangat terkejut dengan pernyataan Maya tadi. Barusan ia mengatakan gay?

 

"Maya tidak boleh berbicara sembarangan! Itu hanya rumor yang tidak bisa di pertanggungjawabkan kebenarannya. Buktinya jika kalau benar ia gay, bagaimana mungkin ia menerima di jodohkan dengan cucuku Alina"

 

Maya tersenyum cengengesan di tempat sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

 

"Maaf nenek! Mulut ini sangat ceroboh"

 

Erina tidak terlalu mempermasalahkannya dan tersenyum. Meski sinar matanya sedikit berubah. Itu tampak seperti menyembunyikan sesuatu dan terlihat cukup rumit.

 

"Tok..tok"

 

Pintu bangsal terbuka.

 

Muncullah Bakri yang berpenampilan formal seperti biasa. Pria itu tersenyum sopan dan sedikit membungkuk pada mereka.

 

"Tuan Irsyad dan tuan Zayyad sedang menuju kemari bersama penghulu. Ijab kabul akan di mulai dalam beberapa menit lagi"

 

"Terus kenapa?" Ketus Alina sama sekali tidak memedulikan kesopanan. Matanya fokus melihat kuku-kukunya yang putih bersih.

 

Bakri tidak tahu kenapa Alina bersikap seakan begitu membencinya, hanya mampu meringis dalam hatinya.

 

'Apakah mereka punya dendam nenek moyang di masa silam?'

 

"Saya di utus untuk menyampaikan ini kepada Bu Alina untuk bersiap-siap"

 

"Aku sudah!"

 

Erina yang melihat gelagat cucunya yang sangat tidak bersahabat, tidak tahu berkata apa.

 

'Cucunya ini kapan berhenti membenci pria?'

 

"Terimakasih Bakri! Maafkan cucuku yang sedikit tidak sopan"

 

"Huh! Dimananya yang tidak sopan? nenek terlalu berlebih-lebihan" Ketus Alina.

 

Kemudian ia terus beranjak pergi ke balkon. Bangsal tempat perawatan neneknya terletak di lantai dua dan memiliki pintu terhubung ke balkon.

 

Maya yang melihat hal itu. Tidak lagi begitu terkejut. Ia cukup mengerti seperti apa seorang Alina. Ia pun pergi mengikuti Alina ke balkon hanya untuk melihat gadis itu memasang tampang masam di wajahnya.

 

"Lihat! Kenapa nenek ku akhir-akhir ini terus membela pria-pria asing itu? Bahkan ia tidak bosan-bosannya memuji mereka di depan ku" Gerutu Alina yang merasa sangat kesal. Tangannya yang terkepal terus meninju besi balkon.

 

Maya dapat melihat buku jarinya memerah.

 

"Apakah itu sakit?" Maya ragu-ragu bertanya.

 

"Tidak! Aku pernah memiliki jauh yang lebih dari ini" Tatapan Alina meredup. Merenungi buku-buku jarinya yang sudah memerah.

 

Sedang pikirannya menerawang jauh. Pada hari-hari yang seperti neraka untuknya.

 

Hari dimana punggungnya di pukul dengan balok sampai menyisakan bekas hingga hari ini. Hari dimana ia di tampar berkali-kali dengan kasar. Hari di mana ia di rantai di dalam gudang yang gelap.

 

Dan masih banyak hari-hari lainnya yang Alina tak sanggup mengingatnya. Mendadak ia merasakan seseorang memeluknya dari belakang. Itu hangat dan bersahabat.

 

Matanya yang memanas, masih berusaha keras untuk mempertahankan butir-butir jernih yang sudah tergenang di pelupuk mata.

 

"Tidak perlu mengingatnya lagi!"

 

Itu adalah Maya yang memeluk Alina dengan erat. Seakan ia sedang menyalurkan semua energi yang ia miliki untuknya.

 

"Ya, tidak perlu mengingatnya lagi" Ulang Alina, meski terdengar cukup lirih. Tapi itu kecaman tegas untuk dirinya sendiri.

 

Mengerjapkan matanya berkali-kali, Alina akhirnya berhasil mengeringkan air matanya yang tidak jadi jatuh.

 

Maya menarik Alina untuk berputar menghadapnya.

 

"Aku tau kau sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini! Tapi aku yakin satu hal" Kata Maya lembut. Matanya dengan tenang menatap lurus kearah Alina.

 

"Apa itu?"

 

"Kau mengikhlaskan keputusan berat ini untuk menyenangkan hati nenekmu, Allah pasti akan membalas keikhlasan mu itu dengan suatu hal yang sangat indah. Percayalah!"

 

Alina dapat melihat sorot mata Maya yang serius dan menyakinkan. Gadis di depannya ini selalu bersikap relijius dan optimis dalam menjalani kehidupan.

 

Perlahan Alina menganggukkan kepalanya dan tersenyum.

 

"Em! Terimakasih Maya. Aku merasa jauh lebih baik sekarang"

 

___

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   Extra Chapter: Pernikahan Yang Bahagia 2

    Setelah makan siang, Zayyad mau tak mau harus bergegas ke perusahaan karena urusan mendesak. Alina yang tiduran santai di kamar, masih merasa penasaran sebenarnya apakah ada yang spesial dengan hari itu.Baru saja Alina membuka ponselnya dan sebuah notifikasi muncul. Tidak lain itu adalah pengingat anniversary pernikahannya dengan Zayyad yang ke enam."Ah, jadi hari ini anniversary pernikahan kami yang ke enam" Tanpa sadar mata Alina berkaca-kaca. Masih teringat dulu tekadnya yang akan segera bercerai dengan Zayyad setelah semuanya usai. Tapi tak mengira jalan takdir begitu indah, membuat hatinya luluh dan memutuskan untuk mempertahankan ikatan sucinya dengan Zayyad."Kira-kira aku beri kejutan apa ya?"Tepat di malam harinya. Alina mendapat telfon dari Maya. Seperti tebakannya, si kembar sedang nangis-nangis menolak pulang dan merengek minta menginap di rumah Maya. Kebetulan besok adalah akhir pekan, mereka tidak ke sekolah, akhirnya Alina memberi izin, "Janji gak buat repot aunty Ma

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   Extra Chapter: Pernikahan Yang Bahagia 1

    Alina duduk santai di atas sofa setelah menyelesaikan pekerjaan rumah. Ferdi yang hanya fokus mengurusi hal-hal di luar vila, sudah menyelesaikan pekerjaannya dan pulang lebih awal. Sebelum itu Ferdi pamit pada Alina dan tentunya Alina tidak lagi judes seperti dulu. Perubahan sikap Alina itu membuat Ferdi sangat bersyukur.Alina melipat kedua kakinya di atas sofa dan memegang semangkuk buah strawberry di tangan. Menyalakan televisi, Alina menonton acara gosip pagi yang membosankan sambil mengemil strawberry segar kedalam mulutnya.Begitulah keseharian yang Alina jalani jika seorang diri di rumah. Zayyad pergi ke perusahaan dan anak-anak ke sekolah. Hanya Alina seorang yang berdiam diri di rumah. Tentunya hal itu tidak lagi membosankan, karena Alina sudah cukup terbiasa menjalani hari-hari panjangnya sebagai ibu rumah tangga."Sayang, aku pulang"Alina terkejut. Mendapati seseorang berbisik halus di telinganya dan kedua tangan besar yang memijat lembut pundaknya. Dengan strawberry di a

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   Catatan Sifaaz

    Dear, My loyal readers..❤️ Sebelumnya saya ingin berterima kasih sekali untuk kalian semua yang sudah mengikuti kisah cinta sederhana Alina dan Zayyad yang tentu saja fiktif, tapi saya berharap kisah ini dapat menjadi sedikit menginspiratif. Novel yang terdiri dari dua ratusan chapter lebih ini, pernah membuat saya beberapa kali ragu dan pesimis dalam menyelesaikannya. Saya merasa cerita ini berubah menjadi membosankan dan alurnya terasa tidak lagi menarik. Terkadang saya berpikir, "Siapa yang akan membaca karangan membosankan ini?" Tapi melihat vote-an dan membaca beberapa komentar kalian yang saya temui di beberapa akhir chapter, rasanya saya seperti baru saja menemukan oasis di padang pasir. Seketika semangat saya bangkit dan saya berpikir— saya harus segera menamatkan kisah ini dan jangan sampai membuat para pembaca setia saya kecewa. Jujur, dukungan dan komentar positif kalian, sangat berperan besar dalam proses saya menamatkan cerita yang penuh

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   Epilog

    Kini Alina hidup bahagia dengan keluarga kecilnya. Tidak pernah terduga, semua itu bermula dari perjodohan yang diatur neneknya. Alina yang bertekad kuat untuk tidak menikah, akhirnya terikat dalam ikatan sakral pernikahan dengan seorang pria asing. Alina yang berpikir untuk bercerai setelah semuanya usai, tapi takdir malah membuatnya terjerat dengan Zayyad.Segalanya berawal dari paket bulan madu dan hotel. Disinilah tragedi bermula atau lebih tepatnya sekarang Alina berpikir— puncak dari rezeki tak ternilai harganya lahir di dunia ini. Yang tak lain 'si kembar'. Kado terindah dalam hidup Alina. Yang membuat Alina tak ragu untuk menghabiskan sisa hidupnya bersama dengan Zayyad, ayahnya si kembar.Lima tahun berlalu sudah. Vila Zayyad tidak lagi hening dengan keberadaan dua buah hati mereka. Zayyad yang sudah lama tak bekerja, memutuskan untuk kembali ke perusahaan demi menjadi sosok panutan ayah yang baik untuk putra putri mereka. Sedang Alina memutuskan untuk m

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   208. Menziarahi Kuburan

    Sekitar dua hari Alina terbaring di rumah sakit, Alina yang sudah tak tahan lagi membujuk Zayyad untuk segera membawanya pulang. Jikapun harus beristirahat, ia ingin merehatkan tubuhnya di rumah. Zayyad mengkonfirmasi ke dokter, apakah Alina dan anak mereka sudah bisa dibawa pulang. Setelah memperoleh izin dari dokter, mereka pun bersiap-siap untuk pulang. Maya turut membantu membereskan barang-barang. Di mobil, Alina duduk menggendong bayi perempuannya dan dan bayi laki-lakinya digendong Maya yang duduk di belakang. "Apa menurut mu kita perlu menyewa jasa babysitter?" Alina menoleh kearah Zayyad yang fokus mengemudi. Ini adalah pertama kalinya bagi Alina. Tapi tidak taunya sudah dapat dua saja. Alina takut akan linglung kebingungan merawat si kembar seorang diri nanti. "Tidak perlu. Kita kan sama-sama gak bekerja. Jadi menurutku, kita berdua saja sudah cukup" "Kamu yakin?" "Em" "Janji ya nanti mau ikut repot sama aku?" "Janji"

  • Ikatan Yang Ditakdirkan   207. Kejutan Paling Indah

    Di sinilah aku terbaring sekarang. Di atas ranjang rumah sakit, di mana aku berjuang keras melahirkan makhluk kecil yang sudah ku kandung sembilan bulan lamanya. Rasanya seluruh saraf dalam tubuhku seperti akan putus, tenaga ku seakan habis. Perasaan itu begitu baru bagiku dan terasa cukup nyata. Berada antara hidup dan mati demi memperjuangkan makhluk hidup baru. Detik itu aku terpikir, apakah seperti ini yang ibu rasakan dulu ketika melahirkan ku? Aku meremas kain seprai ranjang rumah sakit, mengigit bibir bawah ku dan kembali mengejan. Hingga entah kapan seorang pria datang menyingkap tirai dan bergegas masuk. Sesaat aku melirik siapa yang datang. Itu tak lain adalah sosok tubuh dari pemilik mata coklat bening yang paling menawan yang pernah ku temui— Zayyad. Seketika bola mata hitam ku bergetar pedih. Aku tak mengerti kenapa, serasa dunia ku berhenti berputar hingga beberapa detik. Aku melihatnya datang padaku. Meraih tangan ku dan menggenggamnya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status