Setelah memastikan semuanya pergi, Doni melangkah santai ke ruang keluarga dia mendudukkan dirinya di sofa empuk itu lalu memanggil seorang pelayan.
"Pelayan.., panggilkan Laras dan Saga ke sini. Bilang aku ingin bicara dengan mereka". titahnya tegas."Baik tuan!". pelayan itu mengangguk dan segera melakukan perintah tuan nya untuk memanggil Laras dan Saga.Tok tok tokSuara pintu kamar Laras di ketuk. Laras saat itu sedang menulis dia mendengar seseorang mengetuk pintu dia beranjak untuk membuka pintu."Iya.. sebentar!". sahut Laras sambil berjalan ke depan.Ceklek"Iya ada apa?". tanya Laras yang ternyata seorang pelayan."Saya di perintah tuan untuk memanggil nona menghadap nya di ruang keluarga nona". tutur nya sambil menunduk sopan.Deg.Tiba-tiba jantungnya berdegup, entah mengapa dia mempunyai firasat buruk karena tiba-tiba ayah angkatnya ingin bertemu dengan nya."Kalau boleh tSetelah perdebatan kecil itu Laras membawa Saga masuk ke kamar nya dan menjelaskan apa saja yang Saga tidak mengerti."Kak, kenapa kakak mau saja kita pergi dari sini? apalagi semua orang nggak ada disini gimana kalau mereka nyariin kita". tanya Saga masih tidak mengerti mencecar berbagai pertanyaan pada kakaknya.Laras yang sedang mengemasi barang-barang nya menoleh pada Saga dengan wajah sendu."Saga, kamu harus paham kita disini itu cuma numpang kita nggak bisa selamanya tinggal di sini. Ayah benar kita ini sudah besar dan kita juga harus tau diri kalau kita harus pergi dari sini". jelas Laras sepelan mungkin."Tapi kak, menurut aku ini cuma sepihak dan aku yakin mamah dan yang lainnya nggak tau jadi aku rasa kita harus bertahan disini sampe mereka pulang". jawab Saga karena jujur dirinya tidak rela jika harus pergi dari rumah ini apalagi meninggalkan mamahnya yang sangat menyayangi nya."Saga kakak mohon kamu ikut kakak yah! kakak cum
Laras masuk ke dalam mobil dimana Saga sudah masuk dengan wajah datar, Laras mengerti namun dia diam tidak ingin bertanya biarlah Saga menenangkan dirinya sendiri.Mobil pun melaju membelah jalanan dan meninggalkan rumah besar yang sudah membesarkan mereka berdua. Laras sangat sadar meski dia mencintai pria itu namun ada tembok besar yang menghalangi mereka untuk bersatu dia hanya memasrahkan diri kepada yang Kuasa jika mereka berjodoh maka mereka akan bersatu bagaimana pun caranya namun jika tidak maka dia harus ikhlas menerima takdir ini maka dari itu dia tidak ingin terlalu berharap pada Vijar meski pria itu mencintai nya.Sungguh sakit sekali rasanya di saat kita mulai menyukai seseorang tapi keadaan tidak bisa membuat kita bersama lebih baik dia meneruskan hidup nya yang masih panjang sambil memikirkan masa depannya juga adik nya. Sepertinya perjalanan masih panjang maka Laras memutuskan untuk tidur mengisyaratkan pikiran nya yang kemana-mana.
"Cari siapa neng?". seseorang bertanya pada Laras yang tengah memandangi rumah sederhana tempat dia kecil tinggal dulu.Laras mengerjap, memperhatikan orang yang bertanya itu, dia melihat sekeliling ada banyak orang yang sedang memperhatikan nya dan Saga dengan tatapan kagum sekaligus penasaran dan Laras sedikit banyak mengenal mengenal mereka semua."Neng di tanya kok malah diam aja!". tegur sang ibu yang bertanya lagi.Dengan mata berkaca-kaca Laras menjawab, "Saya.. cari ibu Martini". jawabnya terbata sedang Saga masih diam saja dengan wajah datarnya karena memang dia belum mengenal mereka semua sudah pasti Saga lupa karena dia di bawa pergi oleh ibunya saat masih berusia dua tahun."Ibu Martini. Ada! kenapa cari ibu saya?". anak dari ibu Martini menyahut yang tak lain adalah bibi Laras.Mereka masih memandang Laras dan Saga dengan wajah yang intens seakan sedang mengingat siapakah gerangan anak-anak remaja ini begitu juga dengan bibi
Bu Martini juga setiap malam selalu menyebut nama anak, menantu dan cucu-cucu nya yang jauh dari jangkauan nya bahkan tidak tau bagaimana nasib mereka setelah orang tua nya sudah tiada meski sudah tau bahwa ada orang yang mengadopsi cucu-cucunya tapi tetap saja dia tidak akan tenang sebelum melihat sendiri bagaimana keadaan cucu-cucunya.Dia selalu berdoa untuk keselamatan cucu-cucunya yang masih kecil saat itu dan selalu merasa bersalah atas ketidaknyamanan Lisa saat tinggal di rumah nya dulu yang mana menyebabkan menantunya itu nekat untuk pergi tanpa anaknya Ari.Kini sekarang di hadapan nya sudah ada dua cucu yang sangat di rindukan dan selalu di khawatirkan nya berada di depan nya dengan tangis yang tertahan ibu Martini ingin duduk ingin meraih mereka berdua namun itu tak sanggup sebelum dirinya terjatuh karena keantusiasan nya semua orang yang ada di situ dengan sigap memegang nya dan membantu ibu Martini untuk bisa meraih Laras dan Saga.Di peluknya
Seorang pria memperhatikan Laras dengan seksama saat ada di tempat pemakaman, dia seperti pernah melihat namun dimana rasa-rasanya dia baru melihat gadis itu di kampung ini apa dia seorang anggota keluarga yang ada di kampung ini dan sedang bertandang kalau iya maka dia harus mencari tau karena sepertinya pria itu jatuh hati pada pandangan pertama."Eh! Tin ngapain kamu bengong aja!". tegur temannya mengagetkan pria yang di panggil tin itu."Tin tin, udah gue bilang jangan panggil gue tin emang nya gue klakson. Panggil gue Martin". gerutu pria yang ternyata bernama Martin dengan misuh-misuh."Lah kan panggilan akhir Lo tin emang salah gitu". temannya membalas bingung."Gue nggak suka, kalau sampe gue denger Lo manggil gue tin lagi gue nggak bakal noleh". ancamnya dengan wajah kesal."Ya ela gitu aja ngambek. Lagian gue perhatiin dari tadi Lo liatin cewek cakep itu mulu, naksir Lo yah!". ungkap temannya yang bernama Baim sembari melihat g
Sebuah perjalanan hidup rumah tangga yang penuh lika liku yang dialami pasangan suami istri yang sudah menikah 5 tahun dan dikaruniai anak perempuan berumur 2 tahun.Dia adalah pasangan bernama Ari Sinaga dan Lisa Nitami mereka saling mencintai satu sama lain hingga memutuskan menikah disaat usia sudah masing-masing matang.Perbedaan usia mereka memang terpaut jauh yaitu 10 tahun tapi itu tidak membuat mereka minder justru mereka sangat bahagia meskipun hidup mereka terbatas ekonomi.Mereka juga tidak punya apa-apa mereka tinggal dikontrakan kecil dan terpencil. Lalu bagaimana jika sang maha kuasa menguji cinta mereka menguji kesetiaan mereka dengan menghadirkan sosok perempuan lain yang akan membuat goncang pondasi rumah tangga yang sudah mereka bangun.Dan bagaimana syetan membantunya dalam memisahkan dua insan agar dia bisa menduduki singgasana iblis dikerajaan laut.Juga bagaimana cara Allah untuk membantu mereka mengatasi ujian yang
Pulang bekerja, Ari dihentikan oleh Zoya dengan sengaja."Ri, pulang barena yuk naik mobil aku.!" ucap Zoya saat Ari hendak melajukan motornya."Tidak usah terima kasih aku membawa motor." tolak Ari cepat."Motornya taruh saja disini, besok aku jemput lagi." tawarnya berusaha dengan senyum khasnya.tiba-tiba..."Ri, numpang yah! aku tidak punya kendaraan." Hendra dengan cepat naik keatas motor dibelakang Ari."Ayo cepet Ri, ini udah mau magrib.""Oke, maaf ya Bu lain kali saja.!"Lalu kemudian Ari dan Hendra pergi meninggalkan Zoya yang hatinya dongkol.Zoya hanya tersenyum sinis melihat kepergian Ari, dirinya tau bahwa Hendra sengaja melakukannya.Diperjalanan Hendra membahas hal yang tadi."Ri, sepertinya Bu Zoya suka sama kamu." kata Hendra berbicara didekat telinga Ari supaya terdengar."Bagus dong, dari pada dibenci." jawab Ari acuh.Hendra memutar bola mata mala
Pagi hari Ari sudah siap dan hendak berangkat tak lupa berpamitan pada istri dan anaknya dan didepan sudah ada Ilham yang sedang mencuci motornya."Berangkat mas,!" sapa Ilham pada Ari."Iya nih! Wah rajin sekali pagi-pagi sudah mencuci motor." Ari berbasa-basi memuji Ilham."Ah cuma nyuci motor mas!""Ya sudah saya berangkat dulu yah!""Iya mas hati-hati."Setelah berbasa-basi Ari berangkat bekerja seperti biasa dan Lisa keluar bersama Laras."Eh mbak Lisa, mau kemana?" tanya Ilham."Eh mas Ilham, mau ke tukang sayur mas. Saya duluan yah!""Mau saya antar.""Tidak usah mas, dekat kok!""Ya sudah hati-hati mbak.""Iya..!"Ilham memandangi punggung Lisa yang sudah menjauh dengan pandangan berbeda, karena setiap melihat Lisa, hati Ilham seperti bergetar dan matanya selalu ingin memandangi ibu muda satu anak itu.Ilham menggelengkan kepala, dia tau itu salah dia