Diana saat ini masih di sibukkan dengan pesta ulang tahun Raisa. Diana sejak tadi terus melihat jam yang ada di dinding.
Acara pesta ulang tahun Raisa sebentar lagi akan dimulai. Teman-teman Raisa dari TK bahkan sudah banyak yang berdatangan. Mereka akan memulai acara karena sedang menunggu Dani yang katanya akan datang.Tetapi sampai jam 15.00 Dani masih juga belum menampakkan batang hidungnya di rumah mereka. Diana mulai kehabisan kesabaran dengan kelakuan suaminya.Saat Diana mencari ponselnya dan hendak menghubungi suaminya terlihat ada beberapa pesan dari Marissa."Mba, aku pinjam suamimu dulu ya, karena Andien terus menangis ketika Mas Dani meminta untuk pulang. Maaf ya, Mba!" pesan dari Marisa yang disertai dengan video dan foto saat pelaksanaan acara pesta ulang tahun untuk Andien di rumah ibu mertuanya.Diana merasa geram sekali dengan kelakuan suaminya yang tampaknya benar-benar sudah tidak memperdulikan lagi mereka berdua."Ambil saja!" setelah mengetikkan pesan itu kepada Marisa, Diana memilih untuk memblokir nomor Marisa."Aku memblokir wanita tak tahu malu itu demi kewarasan otakku dan kesehatan mentalku. Wanita gila itu, sepertinya dia sengaja melakukan semua ini untuk memecah hubunganku bersama Mas Dani." Diana akhirnya memilih untuk meletakkan ponselnya dan kembali bergabung dengan Raisa.Diana berusaha untuk bersikap santai di hadapan Raisa yang sejak tadi terus bolak-balik mencari keberadaan Dani."Mah, kenapa Papa sudah jam segini belum juga pulang? Bukankah satu minggu yang lalu Papa sudah menjanjikan kalau dia akan bersama dengan kita untuk merayakan ulan tahun aku?" tanya Raisa dengan air mata yang mulai mengalir di pipinya.Diana langsung memeluk putrinya dan membawanya ke ruang tamu, tempat pesta masih berlangsung di sana. Setelah dia menghapus air mata dari pipinya. Bagaimana pun juga Diana tidak ingin kalau orang lain sampai mengetahui masalah keluarga nya."Papa masih ada pekerjaan di kantor. Kita mulai saja acara ulang tahun Raisa tanpa Papa. Ok?" tanya Diana yang berusaha tetap bersikap manis kepada putrinya yang masih sedih.Raisa mengetahui kalau Ayahnya saat ini pasti sedang bersama dengan Andien dan juga Marissa. " Papa pasti saat ini sedang bersama dengan Andien. Tadi Andien mengirim video ulang tahunnya ke nomor Raisa. Papa ada di sana bersama nenek. Mah, apakah Raisa bukan anak papa? Kenapa Papa jauh lebih menyayangi Andien dari pada aku?" tanya Raisa dengan suara pilu dan sedih.Hati Diana tentu saja terluka karena anaknya yang masih kecil harus mengalami nasib seperti itu. Perasaan tidak disayangi oleh orang yang kita cintai adalah sesuatu yang sangat menyakitkan.'Awas kamu Andien! Kamu begitu berani sudah mengusik anakku. Aku gak akan pernah membiarkan kamu dan ibumu yang gatel itu bisa menguasai Mas Dani. Lihat saja pembalasan dariku!' batin Diana murka.Bagi Diana, Dani adalah cinta pertamanya. Dulu, saat mereka berdua masih berada di luar negeri. Dani dan Diana sangat dekat dan selalu menghabiskan waktu weekend bersama.Mereka saling menyayangi satu sama lain. Semua berubah setelah mereka kembali ke Indonesia dan Mahesa meninggal secara tiba-tiba karena kecelakaan fatal.Dani semakin sibuk dan tidak memiliki waktu untuk mereka di rumah. Waktu Dani lebih banyak dihabiskan bersama Marisa dan Andien di rumah ibu mertuanya.Raisa akhirnya mengalah dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh Diana. Raisa berusaha untuk tegar dan tetap tersenyum walaupun hatinya sedang menangis karena ayahnya jauh lebih mementingkan Andien daripada dirinya.Raisa tidak tahu kalau Andien adalah kakaknya beda ibu yang lahir dari hasil hubungan sebelum Dani dan Marisa menikah dengan pasangan mereka secara sah. Dani dan Marisa dipaksa berpisah oleh keadaan di kala itu.Dani diharuskan untuk menyelesaikan kuliah S2nya di luar negeri atas permintaan ayahnya. Dani berkali-kali dihubungi oleh Marisa untuk meminta pertanggungjawabannya karena dia sedang hamil di kala itu, tetapi nihil. Dani sudah terbang ke luar negeri dan mengganti semua kontak yang dia miliki. Sehingga Marisa tidak bisa menemukan keberadaan dirinya.Mahesa yang sejak lama memang mencintai Marisa akhirnya mengambil kesempatan itu untuk bisa menyunting Marisa sebagai istrinya.Awalnya pernikahan mereka baik-baik saja. Mahesa tampak begitu bahagia karena berhasil menikahi Marisa. Dia tidak keberatan dengan Marisa yang hamil diluar nikah dan mau menerima anak yang dia kandung sebagai putri kandungnya. Tetapi pada saat Marissa melahirkan, Mahesa merasa ganjil dengan wajah Andien yang begitu mirip dengan kakaknya.Mahesa akhirnya iseng-iseng melakukan tes DNA terhadap Andien dan Dani yang kebetulan waktu itu pulang setelah menyelesaikan S2 nya. Ternyata Andien memang anak Dani. Mahesa tentu saja terkejut mengetahui kenyataan itu. Mahesa murka dan merasa ditipu oleh Marissa.Saat itu Mahesa hendak meminta kepada Dani untuk mempertanggungjawabkan atas kelahiran Andien. Tetapi Dani ternyata pulang bersama istri dan anaknya. Kehidupan keduanya nampak begitu bahagia. Mahesa jadi tidak tega melakukan semua itu. Akhirnya hanya bisa menelan semuanya sendiri dalam duka.Dani akhirnya kembali ke luar negeri bersama Diana dan hidup di sana selama bertahun lamanya. Dani baru kembali saat Diana meminta untuk kembali ke Indonesia karena kedua orang tuanya yang menyuruh.Dani kemudian melamar pekerjaan dan ternyata malahan satu divisi dengan Marisa. Hubungan Dani dan Marisa kembali terjalin walaupun Mahesa masih menjadi suami Marisa.Diana kemudian membawa Raisa ke kamarnya setelah pesta ulang tahun Raisa selesai. Raisa yang benar-benar kecewa kepada Dani hanya bisa menangis dalam diam.Bahkan sampai jam 12 malam, Dani masih juga belum pulang ke rumah mereka. Sejak seminggu ini Dani memang menetap dan tinggal di rumah Halimah. Dengan alasan ibu mertuanya sedang sakit.Diana sejak dulu tidak pernah mempermasalahkan ketika suaminya menginap di rumah ibu mertuanya yang sudah tua dan sakit-sakitan. Diana mempermasalahkan hal itu karena di sana ada Marissa dan Andien yang selalu bermanja kepada suaminya.Entah bagaimana perasaan Diana ketika mengetahui rahasia besar suaminya bersama Marissa. Diana pasti akan lebih marah lagi dan sakit hati dengan semua itu.Diana malam itu memilih untuk tidur bersama dengan Raisa. Diana tidak ingin putrinya semakin bersedih karena selalu dikecewakan oleh lelaki yang bergelar sebagai suaminya.Diana sudah bertekad tidak akan pernah meneteskan air matanya untuk Dani. Dia tidak ingin Marisa semakin bahagia melihat kehancuran dan juga penderitaannya.Diana memutuskan untuk kembali bekerja dan mengurus kembali perusahaan kedua orang tuanya yang dulu dia titipkan kepada pamannya untuk di urus.Selama ini Diana selalu merahasiakan semua itu dari Dani maupun Ibu mertuanya. Diana tidak mau suaminya berpikir kalau dia bisa memanfaatkan fasilitas maupun statusnya sebagai suami dari pemilik perusahaan tempat dirinya bekerja.Selama ini Diana memilih untuk berada di belakang layar dan mempercayakan semuanya kepada pamannya dari pihak ayahnya. Diana selalu menyembunyikan diri dan tidak pernah jujur pada Dani.Diana tidak ingin mengalami nasib seperti wanita-wanita yang berada di novel online, yang di manfaatnya oleh suami dan ibu mertuanya yang benalu dan menjadikan dirinya sebagai mesin ATM. Selain itu, Diana juga ingin mengetahui karakter dan sifat suaminya ketika mengetahui dirinya hanyalah wanita biasa yang tak berpengalaman atau bekerja.Dani selama ini telah memerankan perannya sebagai suami yang baik. Sampai Marisa hadir dalam kehidupan mereka. Semua berubah menjadi dingin dan menyedihkan bagi Diana. Karena waktu suaminya hampir 80% dihabiskan bersama Marissa dan Andien di rumah Ibu mertuanya.Dengan segala kekecewaan akhirnya Dani kembali ke Indonesia dengan tangan hampa. Dani bahkan tidak bisa bertemu dengan Raisa karena James yang menghalangi mereka untuk bertemu."Kurang ajar! Dasar tetangga tidak ada akhlak! Bisa-bisanya dia merampas istriku! Aku akan melakukan segala cara untuk merebut Diana dan Raisa dari tangan dia!" geram Dani saat dia memasuki rumahnya.Dani dikejutkan dengan kehadiran Marissa dan Andien yang menyambut kedatangannya."Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Dani yang merasa tidak senang dengan kehadiran mereka berdua di rumahnya."Mereka berdua akan tinggal bersama kita!" ucap sang ibu yang tiba-tiba saja sudah berada di antara mereka."Mama tidak usah ikut campur urusanku lagi! Gara-gara mama Aku kehilangan segalanya dan sekarang menjadi pecundang! Mereka bukan tanggung jawabku karena aku sudah menceraikan Dia! Lagipula, Andien bukanlah darah dagingku dan aku tidak akan pernah mau menghabiskan hidupku untuk mengurus dia!" tegas Dani yang menolak
"Baiklah, aku akan mencapai tuntutanku tapi dengan suatu syarat," pinta James pada akhirnya. Diana tentu saja merasa senang mendengarnya dan antusias untuk segera mengetahui syarat yang James maksud."Apa?""Aku berharap kamu tidak menemui dia lagi. Sayang, aku benar-benar merasa sangat cemburu dan takut kamu akan kembali tergerak hatinya dengan laki-laki itu. Kamu bisa mengerti perasaan aku kan?" tanya James sambil menatap Intens mata Diana.Diana terdiam beberapa saat lamanya. "Kami memiliki anak bersama, James. Bagaimana mungkin tidak akan bertemu dia selama sia hidup ini?" tanya Diana yang merasa Dilema dengan syarat itu.James memeluk Diana. "Aku akan selalu mendampingimu ketika kalian bertemu. Sayang, tolong pahami aku ya? Aku hanya tidak ingin kehilangan kamu!" pinta Jane dengan lembut dan membuai Diana dalam cinta.Diana menatap Dani yang masih menunggu keputusan mereka. " Lalu bagaimana dengan Jasmine? Bukankah kalian bertunangan?"Deg!!James terkejut karena karena Diana ter
"Gara-gara kamu menerima lamaran James, dia menolak untuk dijodohkan denganku. Dasar perempuan sundal!" pekik gadis itu dengan penuh amarah kepada Diana.Deg!Dani membeku di tempat mendengar hal itu. "Diana menerima lamaran dari James? Tunggu dulu! Kenapa rasanya aku kenal dengan nama itu?" monolog Dani sambil kembali mengingat-ingat nama James di memorynya."Sialan! Bukankah James itu adalah tetangga kami ketika tinggal di luar negeri? Gimana dia bisa melamar Diana?? Bagaimana nasib istrinya? Oh, tidak!! Apakah Diana mau dijadikan istri kedua oleh bajingan itu!" pekik Dani merasa tidak senang dengan apa yang ada dalam pikiran nya.Saat Dani hendak mendekat ke arah Diana, dia melihat seorang lelaki bule yang begitu familiar dimatanya mendekati kedua wanita yang sedang ribut itu. Diana memilih diam dan tidak meladeni gadis itu yang seperti menggila melihat Diana begitu acuh dan tenang dalam menghadapinya yang sudah seperti kesetanan."Stop it, Jasmine!" sentak James yang menarik tanga
Marissa kembali ke Indonesia dengan perasaan berkecamuk. Ada ribuan dendam yang semakin membuat hidupnya tak tenang jika memikirkan tentang Diana yang merupakan saingan baginya sejak lama. Marissa mengepalkan kedua tangan saat melihat semua barangnya sudah berada di luar dan apartemen itu telah berganti kepemilikan."Sial! Hidupku berubah dalam semalam gegara perempuan kurang ajar itu! Entah apa yang dia lakukan padaku sehingga selalu memberikan kesialan padaku tiap kali bertemu dengan dia!" kesal Marissa yang akhirnya mau tidak mau meninggalkan apartemen itu juga.Pantang bagi Marissa untuk mengemis pada Darma yang sudah membuangnya layaknya kotoran yang tak berharga. Dengan terseok Marissa kembali ke rumah kontrakan yang di tempati oleh Andien dan pengasuhnya."Mama?? Mama akhirnya pulang juga!" teriak Andien dengan penuh kebahagiaan.Marissa yang sedang kesal mendadak baik mood nya saat melihat Andien yang menyambutnya dengan penuh kebahagiaan. Tetapi saat ini dia sedang lelah seka
James sudah membawa koper miliknya dan bersiap berangkat ke bandara. Dia melirik sejenak ke arah apartemen milik Diana. Dia berharap bisa melihat wanita yang dia cintai untuk terakhir kalinya. Tapi nihil! Disana hanya ada kesunyian karena tampaknya Diana masih sibuk dengan aktivitasnya di pagi hari untuk menyiapkan sarapan buat Raisa dan mempersiapkan diri berangkat bekerja.Dengan langkah gontai James masuk ke dalam mobilnya. Dia sudah merasakan putus asa untuk dapat menyentuh relung hati Diana. Hati wanita jika sudah terluka memang sangat sulit untuk kembali disembuhkan. Butuh waktu dan kesabaran ekstra untuk bisa melakukan itu. James sadar kalau dia sedang melakukan sesuatu yang amat mustahil.Ketika James hendak masuk ke dalam mobilnya tiba-tiba saja sebuah suara mengagetkannya dan sukses membuat James membeku seketika itu juga. "James, apakah kamu berencana pergi untuk tidak berpamitan padaku secara langsung?" tanya Diana dengan suara bergetar."Diana? Kamu sedang apa disitu?" ta
Diana menatap ponselnya dan membaca pesan yang ditinggalkan James untuknya. "Selamat malam Diana. Maafkan aku yang sudah mengganggu waktumu. Aku hanya ingin menyampaikan padamu bahwa besok aku akan kembali ke Kanada. Maafkan aku jika sudah membuat merasa tidak nyaman Sejak pertemuan kita kembali. Aku harap kamu akan bisa berdamai dengan masa lalumu dan menemukan kebahagian hidup di masa depan."Diana meletakkan kembali ponselnya di atas nakas dia tidak berniat sama sekali untuk menjawab pesan tersebut. Entah kenapa Diana merasakan ada sesuatu yang hilang dalam dirinya. "Selamat jalan, James. Aku mendoakan kebahagiaanmu dari sini. Maafkan aku yang terpaksa harus bersikap ketus kepadamu untuk mengikis jarak yang sedang kau upayakan kembali terjalin seperti dulu. Tapi saat ini hatiku sedang tidak ingin memeluk cinta lagi. Maafkan aku!" sesal Diana sambil menghapus air mata yang mengalir begitu saja di pipinya.Diana kembali melihat ke arah ponselnya yang kembali berbunyi. Tanda ada pesan