Share

Bab 4. Kecewa

Diana menatap putrinya yang telah terlelap. Hatinya sakit melihat Dani yang lebih mementingkan Andien daripada Raisa, putri mereka. Ketika Diana mendengar suara mobil, Diana memilih untuk memejamkan matanya dan memeluk putrinya.

Diana malas untuk ribut dengan suaminya untuk hal yang sama setiap waktu. Diana memilih untuk diam dan tidak memperdulikan suaminya. Diana sudah sampai pada titik terlelah hidupnya bersama Dani.

"Sayang? Kalian sudah tidur?" Dani membuka pintu kamar Raisa. Dia melihat Diana yang terlihat memejamkan matanya sambil memeluk putri kesayangan, ya. Dulu sebelum dia tahu kalau Andien juga anaknya, Dani begitu sayang pada Raisa dan selalu memanjakan Putri kecilnya dengan cinta yang melimpah.

Dani mencium kening kedua wanita yang telah banyak dia sakiti untuk membahagiakan Marisa dan Andien. Wanita yang pernah hadir di masa lalunya, namun kini memaksa masuk kembali ke hidupnya dan mengacaukan segalanya.

"Maafkan Papa, sayang! Papa janji, setelah menyelesaikan masalah disini, kita sekeluarga akan kembali ke luar negeri dan hidup dengan damai disana!" janji Dani sambil terus meminta maaf pada Raisa. Suara pelan Dani masih bisa Diana dengar sebelum Dani meninggalkan mereka di kamar yang dulu pernah menjadi tempat favorit untuk Dani melepaskan lelahnya setelah seharian bekerja.

Diana meneteskan air matanya karena hatinya begitu perih. "Ya Tuhan! Apa yang harus kulakukan sekarang? Rasanya berat sekali harus berbagi suami dengan wanita lain. Sakit sekali, ya Allah!" Diana menangis dalam diam.

Sementara itu Dani saat ini sedang berada di kamar mandi dan bersiap untuk tidur. Tubuhnya lelah sekali setelah acara ulang tahun yang diselenggarakan oleh Marisa yang mengundang begitu banyak tamu. Dani sampai merasa tidak enak saat bertemu dengan rekan kerjanya yang bertanya perihal istri sah dan anaknya yang tidak ada di sana.

"Marisa semakin di turuti kemauannya, semakin banyak yang dia inginkan dariku. Ah, aku harus bagaimana saat Diana tahu hubungan kami yang sebenarnya?" Dani terlihat begitu frustasi memikirkan masa depannya bersama Diana dan Marisa yang terancam hancur berantakan gegara kelakuan Marisa yang tidak mau melepas dirinya untuk menghabiskan waktu bersama Diana dan Raisa.

Dua wanita yang telah hadir dalam hidupnya dan memberikan warna tersendiri untuk dirinya. Marisa dengan sejuta pesona yang selalu sukses membuat Dani ketar-ketir. Wanita masa lalu yang masih sanggup menggetarkan hatinya.

Tapi Dani sangat tahu kalau Marisa bukanlah tipe wanita yang bisa dijadikan sebagai masa depannya untuk meraih surganya Allah. Marisa hanya tahu kesenangan dan poya-poya. Dani sejak tadi terus menatap ponselnya. Di mana saldo tabungannya mulai menipis setiap hari.

Ada saja yang selalu di minta oleh Marisa dan Andien yang sulit di tolak olehnya. "Tabungan yang susah payah dikumpulkan olehku dan Diana selama bertahun lamanya. Hanya dalam sebulan hampir kosong gegara Marisa dan Andien. Ya Allah! Apa yang harus kulakukan sekarang?" Dani meratapi nasib saldo rekening miliknya yang sekarat total gegara perbuatan Marisa yang selalu merongrong dirinya.

Karena kepala yang pusing dan otak yang suntuk, Dani lebih memilih untuk pergi ke balkon kamarnya dan merokok di sana. Salah satu spot terbaik dan selalu menjadi tempat favoritnya ketika dia merasa sesak nafas karena masalah hidupnya yang dia cari sendiri. Cari penyakit!!!

Diana sangat hapal dengan kebiasaan suaminya ketika suntuk. Diana memilih untuk meninggalkan Dani dan membiarkan lelakinya merenung sendiri di sana dengan rokok dan alkohol yang tampaknya dibeli oleh suaminya dalam perjalanan pulang ke rumah.

Dani tampaknya tidak menyadari kalau rekeningnya berapa hari yang lalu sudah ditarik oleh Diana tanpa sepengetahuan Dani. Dani terlalu sibuk untuk membahagiakan Marisa dan Andien sampai tidak menyadari kalau ATM dia sudah di ambil oleh Diana dari dompetnya.

Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan dia langsung mengembalikan ATM itu ke dompet suaminya agar Dani tidak curiga. Diana tidak rela uang yang susah payah ditabung demi masa depan Raisa habis karena Marisa dan Andien.

Dani sendiri selama ini selalu melakukan transaksi menggunakan m-banking yang berada di ponselnya. Jarang menggunakan ATM yang dia selalu bawa di dompetnya.

Diana memilih pergi ke mushola yang ada di rumahnya dan melakukan salat tahajud. Diana ingin mengadukan masalah hidupnya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Diana tidak sanggup untuk mengadukan kesedihannya kepada neneknya yang sudah tua.

Kedua orang tua Diana sudah lama pergi meninggalkannya tanpa kabar berita. Diana sendiri tidak tahu bagaimana kabar mereka berdua sekarang. Sejak dia bisa mengingat sesuatu kedua orang tuanya sudah meninggalkannya bersama neneknya.

Diana bahkan sampai tertidur karena saking lelahnya dia memikirkan begitu banyak masalah yang hadir di dalam hidupnya sejak dia dan Dani kembali dari luar negeri dan menetap di Indonesia. Semua masalah seakan silih berganti.

Dani juga terlihat tertidur di balkon. Mereka berdua sama-sama dipusingkan dengan masalah hidup mereka dengan cara yang berbeda untuk melampiaskannya.

Dani terlihat mabuk dan kehilangan kesadaran. Diana terlelap setelah puas mengadu pada Rabb-nya yang maha segalanya di atas sajadah panjang yang membentang di seperempat malam yang syahdu dengan air matanya.

Keesokan harinya, pembantu yang membangunkan Diana untuk salat shubuh. Diana tersentak ketika mendapatkan dirinya ternyata tertidur di mushola tanpa ada yang membangunkannya. "Dimana Tuan Dani?" tanya Diana pada pembantunya.

"Dia keliatannya masih di balkon, Nyonya!"

"Apakah Tuan Dani sudah bangun?" tanya Diana sambil mengerjapkan matanya yang terasa masih berat karena kantuk dan pusing.

"Belum tahu, Nyonya. Saya belum melihat Tuan Dani turun dari kamarnya. Apa perlu saya bangunkan juga, Nyonya?" tanya Bi Esih kepada Diana yang masih belum sadar sepenuhnya dari kantuk.

"Biarkan saja, Bi. Nanti juga bangun sendiri kalau dia sudah merasa puas dengan tidurnya." ucap Diana agak cuek.

Diana membereskan mukenanya dan bersiap untuk mengambil air wudhu kembali dan melakukan sholat shubuh.

'Kenapa susah-susah membangunkan Mas Dani? Begitu bangun malah langsung melayani Tuan Putri Marisa dan anaknya. Biarkan saja Mas Dani tidur dan membiarkan wanita gatal itu marah-marah.' Seringai jahat muncul di wajah Diana yang hatinya seakan mati karena perbuatan suami dan ipar jahatnya.

Permasalahan dalam rumah tangganya benar-benar sudah merubah Diana menjadi wanita yang baru. Jiwa psikopatnya meronta minta melampiaskan kepada orang yang sudah menyakiti hatinya dan putri kecilnya.

Diana memilih untuk membantu Bi Esih dan pergi memasak di dapur. Setelah dia selesai dengan kewajiban paginya sebagai seorang muslim yang taat.

Diana sudah lupa bagaimana kehangatan di rumah itu telah pergi begitu lama. Tidak ada canda tawa lagi yang menghiasi pagi mereka seperti saat mereka tinggal dan menetap di luar negeri.

Sekarang mereka lebih banyak berdebat dan bertengkar untuk merebutkan hal yang sama setiap hari. Dani sampai jam 9 masih saja belum juga bangun dari tidurnya. Tetapi Diana melarang Bi Esih untuk membangunkannya.

Diana tersenyum saat melihat Marisa yang terus menelpon dan mengirimkan pesan berantai ke nomor suaminya. Diana tidak ada keinginan sama sekali untuk membuka ataupun mengangkat telepon itu apalagi membangunkannya Dani untuk bekerja.

Hati Diana rasanya sudah kebas untuk berurusan dengan mereka berdua dan memilih untuk cuek dan tidak peduli.

Sekitar jam 10, saat Diana sedang asyik menulis untuk melanjutkan ceritanya di laptop, terlihat Dani dengan penampilan acak-acakan dan sangat kacau duduk di meja makan.

"Yang, kamu kok tega banget sama aku dengan tidak membangunkanku? Aku telat berangkat ke kantor hari ini, padahal ada meeting dengan orang penting di perusahaan." Dani terlihat kesal dan gugup.

"Marisa yang Mas maksud sebagai orang penting?" tanya Diana dengan nada sinis sambil berlalu meninggalkan suaminya yang tampak bengong.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status