Share

Bab 6. Siapa wanita tadi?

"Siapa wanita tadi, Paman?" tanya Erik ketika dia sudah berhadapan dengan Lukman.

Erik adalah putra sahabat Luqman yang diperintahkan oleh ibunya untuk menemuinya. Mereka mempunyai rencana untuk kerjasama dalam membangun Resort di Bali. Proyek itu adalah impian Marissa yang ingin dipersembahkan kepada Raisa sebagai hadiah ulang tahun putrinya tahun depan.

"Dia adalah keponakanku. Kenapa?" tanya Lukman sambil menatap tajam ke arah Erik yang terlihat tersenyum dengan penuh makna.

Sesuai dengan pesan Diana Lukman selalu menyembunyikan identitas keponakannya sebagai pemilik perusahaan itu. Diana tidak pernah ingin menonjolkan diri di hadapan siapapun. Dia lebih senang saat semua orang berpikir perusahaan itu milik pamannya. Karena memang selama ini hanya Lukman yang selalu tampil di depan publik sebagai wajah perusahaan mereka.

"Kenapa?" tanya Lukman menyelidik.

Erik menggelengkan kepala. Dia pemuda yang baik dan selalu menjadi andalan ayahnya yang sekarang sudah bersiap untuk pensiun karena usia yang sudah tua dan sering sakit-sakitan.

"Apakah kau sudah punya istri?"

"Belum, Paman. Kenapa Paman mendadak bertanya seperti itu padaku?" Tanya Erik yang sesaat melupakan tujuannya datang ke kantor untuk menemui Lukman.

Lukman kemudian bangkit dari kursi kebesarannya dan mendekati Erik yang masih menunggu jawabannya. "Kalau misalkan aku menjodohkanmu dengan keponakanku yang kau tabtak tadi. Apakah kau bersedia?" Erik sampai terbatuk karena kaget saat mendengar apa yang dikatakan oleh Lukman.

Lukman terbahak melihat hal itu,"Paman, jangan bicara sembarangan. Aku tidak mau nanti hubungan kerja sama kita menjadi terpengaruh karena hal itu." Tegas Erik yang berusaha untuk menguasai debar jantungnya yang semakin cepat berdetak.

Sejujurnya Erik memang tertarik dengan Diana sejak pandangan pertama. Tapi dia sadar diri. Tadi sepintas lalu ketika mereka berpapasan dia melihat cincin manis yang melingkar di jarinya. Erik bisa langsung menebak bahwa dia adalah wanita bersuami.

"Jangan khawatir! Mungkin sebentar lagi keponakanku itu akan bercerai dengan suaminya yang jahat kepadanya." Terlihat Lukman yang begitu keram setiap kali mengingat tentang kelakuan Dani yang minta ditonjok olehnya.

Erik mengerutkan keningnya mendengar apa yang dikatakan oleh Lukman,"Sebaiknya saya tidak usah mengganggu rumah tangga orang lain. Maafkan saya, Paman. Kalau misalkan Ibu saya mengetahui status keponakan anda sebagai seorang janda. Ibu saya pasti akan mengamuk dan mogok makan selama seminggu!" Lukman hanya tergelak mendengar jawaban dari Erik.

Tapi Erik tidak sanggup untuk menatap mata Lukman secara langsung. Dia takut kebenaran di hatinya bisa terbaca oleh lelaki yang sudah berpengalaman dengan asam garam kehidupan.

Erik memang seorang laki-laki sejati yang selalu mengutamakan kebenaran di atas segalanya. Secinta apapun dia pada seorang wanita, dia pasti akan selalu meminta dan berharap restu dari ibunya yang merupakan wanita terpenting dalam hidupnya. Surganya terletak dari rido sang ibu tercinta. Erik selalu mengingat pesan dari ayahnya sebelum meninggal untuk selalu memuliakan ibunya dan membahagiakan beliau.

Lukman benar-benar terkesan dengan kepribadian Erik yang begitu tenang dan dewasa. 'Seandainya saja Diana menjadi istrinya, pasti kehidupan Diana lebih bahagia. Seorang lelaki yang memuliakan ibunya adalah laki-laki hebat. Dia pasti akan memuliakan istri dan anaknya juga!' Batin Lukman yang tampaknya sudah terpincut dengan pesona seorang Erik Mahendra.

Erik Mahendra adalah seorang pewaris dari grup Mahendra yang sangat terkenal di bidang konstruksi dan properti. Rebecca berhasil mengembangkan perusahaan yang ditinggalkan oleh suaminya hingga menjadi seperti saat ini.

Wanita tangguh dan hebat yang bisa berdiri di atas kakinya. Walaupun dia harus berjuang sendiri untuk membesarkan putranya tanpa seorang suami di sampingnya. Lukman selalu merasa nyeri setiap kali memikirkan tentang Rebecca yang sejak dulu selalu saja menghindari dia. Ya, ada rahasia diantara mereka yang hanya menjadi masa lalu mereka.

"Bagaimana kabar ibumu? Paman sudah hampir 5 tahun tidak pernah bertemu dengannya. Setiap kerjasama perusahaan kita, selalu kamu yang mewakili ibumu untuk bertemu denganku." Lukman merasakan nyeri yang begitu dalam di hatinya setiap kali mengingat tentang Rebecca.

Rebecca dan Abdi adalah sahabat Lukman di masa lalu. Mereka bertiga selalu menghabiskan waktu bersama. Tetapi Rebecca lebih mencintai Abdi hingga akhirnya memutuskan untuk menikahinya setelah mereka lulus kuliah dan Abdi mendapat pekerjaan yang layak.

Sementara Lukman harus merasa puas dengan wanita yang dijodohkan oleh ibunya tanpa pernah mencintainya. Wanita sabar itu hingga saat ini masih bertahan mendampingi Lukman. Bahkan sudah memberikan dua orang anak padanya. Sekarang istri Lukman ada di Australia untuk mendampingi anak bungsu mereka yang sedang kuliah di sana.

"Mama baik, Paman. Apa Paman ingin aku untuk mengatur pertemuan dengan beliau dan membicarakan proyek ini bersama?" tawar Erik dengan senyum sumringahnya yang bagai belati dirasakan oleh Lukman.

Lukman langsung menggelengkan kepalanya. Karena dia sampai saat ini masih belum sanggup untuk bertemu dengan Rebecca. Dia masih ingat dengan jelas apa yang sudah terjadi di antara mereka berdua pada malam meninggalnya Abdi.

Flashback on

"Menikahlah denganku setelah masa iddahmu. Aku pasti akan memberi bahagia!" pinta Lukman pada Rebecca yang saat itu sedang menidurkan Erik yang seharian menangis karena meninggalnya sang ayah yang tiba-tiba.

Rebecca menatap ke arah Lukman sekilas," Pergilah dari sini dan jangan pernah menemuiku lagi. Sampai kapan pun juga aku tidak akan pernah menikah denganmu. Sebaiknya kau fokus untuk membahagiakan keluargamu sendiri! Lupakan semua perasaan kamu padaku. Jangan ada orang yang terluka karena itu!" Pinta Rebecca tanpa menatap sedikitpun kepada Lukman yang begitu kecewa.

Lukman begitu mencintai Rebecca dan berharap wanita itu mau hidup bersamanya Setelah meninggalnya Abdi. Tapi harapan dan penantian Lukman selama bertahun lamanya harus kembali runtuh dengan sikap acuh Rebecca.

Flashback off

"Tidak perlu, Erik. Paman rasa, pembicaraan kita berdua sudah cukup mewakili semua yang ingin ibumu sampaikan pada Paman soal proyek itu. Bulan depan datanglah kemari untuk membicarakan globalnya bersama pemilik perusahaan ini. Hari ini seharusnya dia bertemu denganmu. Tetapi beliau tiba-tiba saja Ada hal mendesak yang harus dia urus." Ucap Lukman sambil berdiri dan menyalami tangan Erik.

Erik paham kalau Lukman bukanlah orang pengangguran yang bisa diajak ngobrol dengan waktu yang lama. Apalagi pembahasan soal proyek Mereka pun sudah selesai sejak tadi. Oleh karena itu dia pun kemudian berpamitan kepada Luqman. "Kapan-kapan datanglah ke rumah paman untuk makan malam bersama. Mungkin kamu bisa berkenalan dengan putriku. Siapa tahu kalian ada jodoh, bukan?" iseng saja Lukman mengatakan hal itu.

Erik tergelak mendengar ucapan Lukman tadi. Dia bertanya di dalam hati kenapa lelaki di hadapannya ini begitu menginginkan dirinya untuk menikahi wanita yang ada dalam keluarga nya?? Apakah ada rahasia yang tidak dia ketahui tentang lelaki itu?? Entahlah!!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status