"Siapa wanita tadi, Paman?" tanya Erik ketika dia sudah berhadapan dengan Lukman.
Erik adalah putra sahabat Luqman yang diperintahkan oleh ibunya untuk menemuinya. Mereka mempunyai rencana untuk kerjasama dalam membangun Resort di Bali. Proyek itu adalah impian Marissa yang ingin dipersembahkan kepada Raisa sebagai hadiah ulang tahun putrinya tahun depan."Dia adalah keponakanku. Kenapa?" tanya Lukman sambil menatap tajam ke arah Erik yang terlihat tersenyum dengan penuh makna.Sesuai dengan pesan Diana Lukman selalu menyembunyikan identitas keponakannya sebagai pemilik perusahaan itu. Diana tidak pernah ingin menonjolkan diri di hadapan siapapun. Dia lebih senang saat semua orang berpikir perusahaan itu milik pamannya. Karena memang selama ini hanya Lukman yang selalu tampil di depan publik sebagai wajah perusahaan mereka."Kenapa?" tanya Lukman menyelidik.Erik menggelengkan kepala. Dia pemuda yang baik dan selalu menjadi andalan ayahnya yang sekarang sudah bersiap untuk pensiun karena usia yang sudah tua dan sering sakit-sakitan."Apakah kau sudah punya istri?""Belum, Paman. Kenapa Paman mendadak bertanya seperti itu padaku?" Tanya Erik yang sesaat melupakan tujuannya datang ke kantor untuk menemui Lukman.Lukman kemudian bangkit dari kursi kebesarannya dan mendekati Erik yang masih menunggu jawabannya. "Kalau misalkan aku menjodohkanmu dengan keponakanku yang kau tabtak tadi. Apakah kau bersedia?" Erik sampai terbatuk karena kaget saat mendengar apa yang dikatakan oleh Lukman.Lukman terbahak melihat hal itu,"Paman, jangan bicara sembarangan. Aku tidak mau nanti hubungan kerja sama kita menjadi terpengaruh karena hal itu." Tegas Erik yang berusaha untuk menguasai debar jantungnya yang semakin cepat berdetak.Sejujurnya Erik memang tertarik dengan Diana sejak pandangan pertama. Tapi dia sadar diri. Tadi sepintas lalu ketika mereka berpapasan dia melihat cincin manis yang melingkar di jarinya. Erik bisa langsung menebak bahwa dia adalah wanita bersuami."Jangan khawatir! Mungkin sebentar lagi keponakanku itu akan bercerai dengan suaminya yang jahat kepadanya." Terlihat Lukman yang begitu keram setiap kali mengingat tentang kelakuan Dani yang minta ditonjok olehnya.Erik mengerutkan keningnya mendengar apa yang dikatakan oleh Lukman,"Sebaiknya saya tidak usah mengganggu rumah tangga orang lain. Maafkan saya, Paman. Kalau misalkan Ibu saya mengetahui status keponakan anda sebagai seorang janda. Ibu saya pasti akan mengamuk dan mogok makan selama seminggu!" Lukman hanya tergelak mendengar jawaban dari Erik.Tapi Erik tidak sanggup untuk menatap mata Lukman secara langsung. Dia takut kebenaran di hatinya bisa terbaca oleh lelaki yang sudah berpengalaman dengan asam garam kehidupan.Erik memang seorang laki-laki sejati yang selalu mengutamakan kebenaran di atas segalanya. Secinta apapun dia pada seorang wanita, dia pasti akan selalu meminta dan berharap restu dari ibunya yang merupakan wanita terpenting dalam hidupnya. Surganya terletak dari rido sang ibu tercinta. Erik selalu mengingat pesan dari ayahnya sebelum meninggal untuk selalu memuliakan ibunya dan membahagiakan beliau.Lukman benar-benar terkesan dengan kepribadian Erik yang begitu tenang dan dewasa. 'Seandainya saja Diana menjadi istrinya, pasti kehidupan Diana lebih bahagia. Seorang lelaki yang memuliakan ibunya adalah laki-laki hebat. Dia pasti akan memuliakan istri dan anaknya juga!' Batin Lukman yang tampaknya sudah terpincut dengan pesona seorang Erik Mahendra.Erik Mahendra adalah seorang pewaris dari grup Mahendra yang sangat terkenal di bidang konstruksi dan properti. Rebecca berhasil mengembangkan perusahaan yang ditinggalkan oleh suaminya hingga menjadi seperti saat ini.Wanita tangguh dan hebat yang bisa berdiri di atas kakinya. Walaupun dia harus berjuang sendiri untuk membesarkan putranya tanpa seorang suami di sampingnya. Lukman selalu merasa nyeri setiap kali memikirkan tentang Rebecca yang sejak dulu selalu saja menghindari dia. Ya, ada rahasia diantara mereka yang hanya menjadi masa lalu mereka."Bagaimana kabar ibumu? Paman sudah hampir 5 tahun tidak pernah bertemu dengannya. Setiap kerjasama perusahaan kita, selalu kamu yang mewakili ibumu untuk bertemu denganku." Lukman merasakan nyeri yang begitu dalam di hatinya setiap kali mengingat tentang Rebecca.Rebecca dan Abdi adalah sahabat Lukman di masa lalu. Mereka bertiga selalu menghabiskan waktu bersama. Tetapi Rebecca lebih mencintai Abdi hingga akhirnya memutuskan untuk menikahinya setelah mereka lulus kuliah dan Abdi mendapat pekerjaan yang layak.Sementara Lukman harus merasa puas dengan wanita yang dijodohkan oleh ibunya tanpa pernah mencintainya. Wanita sabar itu hingga saat ini masih bertahan mendampingi Lukman. Bahkan sudah memberikan dua orang anak padanya. Sekarang istri Lukman ada di Australia untuk mendampingi anak bungsu mereka yang sedang kuliah di sana."Mama baik, Paman. Apa Paman ingin aku untuk mengatur pertemuan dengan beliau dan membicarakan proyek ini bersama?" tawar Erik dengan senyum sumringahnya yang bagai belati dirasakan oleh Lukman.Lukman langsung menggelengkan kepalanya. Karena dia sampai saat ini masih belum sanggup untuk bertemu dengan Rebecca. Dia masih ingat dengan jelas apa yang sudah terjadi di antara mereka berdua pada malam meninggalnya Abdi.Flashback on"Menikahlah denganku setelah masa iddahmu. Aku pasti akan memberi bahagia!" pinta Lukman pada Rebecca yang saat itu sedang menidurkan Erik yang seharian menangis karena meninggalnya sang ayah yang tiba-tiba.Rebecca menatap ke arah Lukman sekilas," Pergilah dari sini dan jangan pernah menemuiku lagi. Sampai kapan pun juga aku tidak akan pernah menikah denganmu. Sebaiknya kau fokus untuk membahagiakan keluargamu sendiri! Lupakan semua perasaan kamu padaku. Jangan ada orang yang terluka karena itu!" Pinta Rebecca tanpa menatap sedikitpun kepada Lukman yang begitu kecewa.Lukman begitu mencintai Rebecca dan berharap wanita itu mau hidup bersamanya Setelah meninggalnya Abdi. Tapi harapan dan penantian Lukman selama bertahun lamanya harus kembali runtuh dengan sikap acuh Rebecca.Flashback off"Tidak perlu, Erik. Paman rasa, pembicaraan kita berdua sudah cukup mewakili semua yang ingin ibumu sampaikan pada Paman soal proyek itu. Bulan depan datanglah kemari untuk membicarakan globalnya bersama pemilik perusahaan ini. Hari ini seharusnya dia bertemu denganmu. Tetapi beliau tiba-tiba saja Ada hal mendesak yang harus dia urus." Ucap Lukman sambil berdiri dan menyalami tangan Erik.Erik paham kalau Lukman bukanlah orang pengangguran yang bisa diajak ngobrol dengan waktu yang lama. Apalagi pembahasan soal proyek Mereka pun sudah selesai sejak tadi. Oleh karena itu dia pun kemudian berpamitan kepada Luqman. "Kapan-kapan datanglah ke rumah paman untuk makan malam bersama. Mungkin kamu bisa berkenalan dengan putriku. Siapa tahu kalian ada jodoh, bukan?" iseng saja Lukman mengatakan hal itu.Erik tergelak mendengar ucapan Lukman tadi. Dia bertanya di dalam hati kenapa lelaki di hadapannya ini begitu menginginkan dirinya untuk menikahi wanita yang ada dalam keluarga nya?? Apakah ada rahasia yang tidak dia ketahui tentang lelaki itu?? Entahlah!!Diana saat ini sedang berada di sekolah. Dia terus menatap ke arah Raisa yang sedang bermain dengan teman-temannya tampak begitu bahagia."Mama sudah datang?" Tanya bocah kecil itu sambil memeluk ibunya dengan begitu senang."Ya, kenapa Mama datang cuma sendiri aja? Mana Papa?? Bukankah kemarin Papa janji akan menjemput Raisa di sekolah?" terlihat raut kekecewaan di wajah gadis cantik itu ketika melihat ibunya datang sendirian saja.Diana merasa terhenyak melihat wajah sedih putrinya. Ketika menanyakan tentang Dani yang saat ini sedang bersama dengan Marissa dan Andien. Diana tidak tega untuk mengatakan yang sesungguhnya kepada putrinya."Papa masih sibuk di kantornya. Nanti pulang kerja pasti akan menemuimu," Tapi Raisa sudah terlanjur merasa kecewa kepada Dani yang selalu ingkar janji kepadanya."Sebenarnya yang anak papa itu aku atau Andien? Kenapa papa lebih mencintai Andien daripada aku, Mah?" tanya Raisa dengan wajah sedihnya.Diana kemudian memeluk Raisa dia pun sebenarnya mera
Marisa marah sekali kepada Dani yang malah meninggalkan dia begitu saja di mall. Dia terpaksa mengeluarkan uangnya sendiri untuk membayar semua belanjaan yang sudah dia pilih. Uang yang diberikan Dani tentu saja, dengan berbagai alasan dramatis yang dia karang soal Andien.Marissa paling tahu bagaimana cara menaklukkan seorang Dani dan membuatnya tidak bisa berkutik. "Kamu apa-apaan, Mas? Seenaknya saja meninggalkan aku di mall begitu saja. Untung saja aku bawa dompet aku. Kalau gak, aku pasti akan malu di sana." Omel Marissa ketika dia sudah sampai di rumah dan melihat Dani yang sedang berbaring lesu.Ya, Dani merasa sangat lemah setelah mendatangi pihak bank yang mengatakan kalau dirinya yang menarik lewat ATM secara berkala. Mungkin karena dia ceroboh tidak sadar terus menghujani Marissa dengan kemewahan sampai tidak sadar sudah menghabiskan semua tabungannya. "Kamu kenapa? Pulang-pulang marah-marah begitu," kesal Dani yang memasang wajah kesal.Dani tiba-tiba saja merindukan ruma
Diana dan Raisa kini bersama di sebuah apartemen mewah dan besar. Diana sangat senang sekali dengan apa yang terjadi pada hidupnya, dengan keputusan nekat yang telah diambilnya. Diana akan memulai kembali kehidupannya tanpa Dani."Mah, kita akan tinggal disini?" tanya Raisa dengan mata berbinar ketika dia melihat kamarnya yang baru. Raisa sesaat melupakan kantuknya yang sejak di mobil tadi menyerang."Ya, sayang. Raisa sekarang mandi sama bibi ya? Lalu tidur. Besok Raisa akan sekolah di tempat baru yang lebih dekat dengan tempat tinggal kita." Diana memeluk putri kecilnya dengan lembut. Hanya Raisa yang menjadi sumber kekuatannya sekarang dalam keadaan terpuruk. "Ye, akhirnya Raisa tidak perlu satu sekolah lagi dengan Andien. Mah, terima kasih ya?" Raisa bahkan sampai mendaratkan ciumannya di pipi Diana yang membuatnya amat bahagia.Marissa memang seketerlaluan itu. Mereka tidak pernah memikirkan perasaanmu sama sekali. Ibu mertuanya juga amat kejam dengan membiarkan Dani dan Marissa
"Apa? Diana dan Raisa pergi dari rumahmu? Kok bisa?" tanya Halimah kaget saat Dani bilang menantu tak di anggapnya berani pergi dari rumah mewah putranya.Sungguh di luar dugaannya kalau Diana akan berani melakukan hal itu. Padahal dia begitu percaya diri mengatakan kepada Dani, bahwa Diana selamanya tidak akan pernah melepaskan putranya yang berharta. Makanya dia dengan enteng menyuruh Dani menikahi Marissa begitu masa idah wanita itu selesai."Tentu saja bisa, Mah. Diana Itu wanita yang keras kepala dan tinggi harga dirinya. Aku curiga kalau Diana sudah mengetahui pernikahanku dengan Marissa. Mama sih, main suruh-suruh aku nikahin janda adikku segala. Lihat nih!! Rumah tanggaku bersama Diana kacau jadinya!" kesal Dani sambil mengacak rambutnya.Hatinya kacau banget saat ini. Dia tidak ingin kehilangan Diana dan Raisa. Dani menyesali tindakan ceroboh yang sudah diambil oleh Diana tanpa bertanya dulu padanya.'Kenapa kamu main pergi begitu saja? Padahal Mas sudah mengatur untuk kepin
"Apa? Kamu berniat untuk menceraikanku? Gila kamu, Mas?" tanya Marissa sambil menatap tajam Dani yang sekarang berada di hadapannya.Halimah sekarang sudah duduk anteng di dalam pelukan Marissa. Aksi bunuh dirinya dia batalkan setelah melihat Andien yang menangis terisak sambil memeluk dirinya.Sesayang itu memang sosok Halimah pada Andien. Dani sendiri tidak mengerti. Kenapa Ibunya membedakan antara Andien dan Raisa. Padahal mereka sama-sama anaknya. Darah dagingnya yang itu artinya cucunya sendiri."Aku tidak mau kehilangan Diana dan Raisa. Aku mencintai dan menyayangi mereka. Marissa, kamu dan Andien hadir dalam kehidupanku setelah aku bahagia bersama mereka. Kau menghancurkan segala yang aku miliki. Aku tidak bisa kehilangan hal yang selama ini sudah buat aku bahagia." Marisa Tentu saja sangat tersinggung mendengar perkataan Dani.Marissa menggenggam telapak tangan Dani tetapi langsung ditepis olehnya. "Apakah kau benar-benar tidak menginginkan kehadiran kami lagi di dalam hidupmu?
Diana memutuskan untuk datang ke kantor menemui pamannya. Dia sudah mantap akan menunjukkan wajahnya di hadapan semua karyawan yang bekerja di sana."Paman, aku ingin segera mengambil alih perusahaan dari tanganmu. Paman bisa pensiun setelah itu. Aku merasa tidak enak karena sudah menahan cita-cita Paman untuk pensiun dini," ucap Diana begitu dia masuk ke ruangan Lukman yang begitu besar dan megah."Kamu yakin dengan keputusanmu? Apa kamu nanti tidak akan menyesalinya? Satu kali kamu muncul di hadapan mereka. Maka kamu tidak bisa mundur lagi," sahut Lukman dengan senyum hangatnya yang selalu menghiasi wajahnya yang tampan walau usianya sudah tak muda.Diana mengangguk, "paman, aku sudah memutuskan untuk bercerai dengan Mas Dani. Rasanya tidak perlu untuk bersembunyi lagi darinya dan gundik dia!" Geram Diana sambil menatap tajam ke arah Dani yang sedang fokus dengan pekerjaannya.Ruangan Lukman memang bisa mengawasi semua karyawan yang ada di perusahaannya. Tetapi orang yang ada di lua
Marisa tersenyum sinis mendengar pertanyaan Dani padanya. "Kenapa aku takut padamu! Bagiku Diana tidak ada artinya sama sekali. Aku hanya merasa kecewa kepadamu yang sudah berani menceraikanku untuk perempuan tak berharga itu!" Kesal Marissa yang bersiap meninggalkan Dhani yang masih terlihat marah padanya."Tutup mulutmu yang seperti sampah itu! Bagiku Diana sangatlah berharga dan aku sangat mencintainya. Kalau Bukan kamu yang selalu berusaha menjeratku masuk ke dalam pelukanmu tidak mungkin Diana akan membuang aku seperti ini. Kau memang wanita yang sangat mengerikan!" Dani begitu murka kepada Marissa yang Bahkan tidak merasa bersalah sama sekali setelah memberi masalah kepadanya."Kau itu aneh sekali. Diana pergi meninggalkan rumahmu bukan karena salahku. Kenapa kau malah marah-marah kepadaku seperti ini? Pria menyedihkan!" Cicit Marissa sambil menatap sinis ke arah Dani yang selama beberapa hari benar-benar sudah membuatnya kecewa dan jengkel sekali."Menyerah saja Mas! Tampaknya
"Suami kamu tampaknya masih mencintaimu Oleh karena itu dia bersikap seperti itu di hadapanmu." Ucap Bryan dengan sinis.Dani melotot kepada Brian yang dia nilai sedang mengolok dirinya. "Kamu Kenapa masih berada di sini dan tidak segera meninggalkan kami? Apa kau mau melihat kami bercinta disini?" tanya Dani dengan senyum menjengkelkannya.Diana memutar bola matanya dengan malas mendengar perkataan Dani. Diana benar-benar tidak menyangka kalau dan bisa mengatakan hal-hal konyol seperti itu di hadapan Brian yang sejak dulu selalu menjadi Rival suaminya."Brian, jangan mendengarkan ucapan laki-laki ini. Aku sudah memasukkan gugatan perceraian kami. Jadi, kamu tidak usah khawatir untuk bersamaku sekarang!" Dani langsung menarik tangan Diana yang hendak pergi bersama Bryan.Dani benar-benar sangat marah melihat kelakuan Diana yang tidak menganggapnya sebagai suami lagi. "Kau kenapa begitu? Aku tidak pernah setuju untuk bercerai denganmu. Aku juga tidak pernah mengucapkan talak untukmu.