"Apa maksud kamu, Yang?" tanya Dani tak paham dengan apa yang dikatakan oleh Diana.
Diana memilih meninggalkan Dani yang sedang sarapan dan bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Diana bisa melihat raut wajah frustasi yang diperlihatkan oleh Dani.Seketika terbit senyum penuh kemenangan di wajah cantiknya. Sepintas lalu Diana bisa mendengarkan suara Marisa sedang mengomel panjang lebar ditelepon saat Dani menelpon dia dan meminta maaf karena tidak menjemputnya."Dasar perempuan aneh! Sungguh di luar nurul dan fikri, wanita kurang ajar! Aku istri sahnya saja tidak pernah memarahi suamiku seperti itu. Wanita lancang!" monolog Diana yang mulai merasa terganggu dengan kelakuan Marisa di pagi hari. Marisa sukses merusak mood Diana pagi itu yang susah payah dia bangun sejak tadi."Maafkan aku! Tadi malam aku terlalu banyak minum sehingga aku bangun kesiangan. Tidak tahu ada apa dengan Diana, dia tidak mau membangunkanku." terdengar Dhani yang mengeluhkan Diana pada Marisa.Marisa terdengar kesal. "Istrimu itu benar-benar perempuan yang tidak berguna. Masa membangunkan suaminya saja dia ga becus?" Diana mengepalkan tangan saat mendengar makian Marisa di sebrang telpon.Dani segera meninggalkan kediamannya menunjukkan kantor. Walaupun terlambat banyak sekali, tetapi Dani tetap nekat untuk berangkat. Dia tidak ingin mencari masalah dengan bos barunya yang kabarnya akan datang ke kantor hari ini.Saat Dani datang ke kantor terlihat rekan-rekannya yang masih bersiap untuk menyambut pemilik perusahaan tempat Dani bekerja."Kamu kenapa baru datang? Untung saja pemilik perusahaan ini membatalkan kedatangannya hari ini. Kamu masih selamat dari amukan manager kita." ucap atasan Dani terlihat memarahinya yang masih kelihatan mengantuk.Dani hanya bisa mengelus dada dan mengucap syukur atas kunjungan pemilik perusahaan yang dibatalkan. Entah apa yang akan Dani lakukan ketika dia mendapatkan kejutan dari Diana.Sementara itu Diana yang saat ini berada di dalam kantor pamannya hanya bisa tersenyum kecut saat melihat Marisa yang bersikap begitu manja kepada suaminya."Apakah wanita itu selalu melakukan hal seperti itu kepada setiap lelaki?" tanya Diana dengan suara dingin terhadap pamannya.Lukman menatap ke arah pandangan Diana. "Kau baru tahu kalau suamimu begitu dekat dengan Marisa? Kalau saja Paman tidak sedang bersandiwara tidak mengenalmu, paman pasti sudah melabrak mereka berdua yang selalu mengotori pandangan kami dengan kemesraan yang berlebihan." Diana merasa kesal dan sesak dadanya mendengar keterangan yang dikatakan oleh pamannya."Kenapa kau tidak jadi memperkenalkan dirimu sebagai pemilik perusahaan ini kepada mereka? Jujur saja Paman benar-benar sangat penasaran. Bagaimana sikap dan reaksi Dani dan gundiknya ketika mengetahui kalau mereka selama ini telah bekerja di tempat istrinya yang telah dia sakiti." Lukman bisa melihat aura kemarahan terlihat jelas di mata Diana.Lukman merasa bangga kepada keponakannya yang sanggup menahan diri untuk tidak belaku bar-bar dengan melabrak mereka yang sudah menyakiti hati Diana begitu parah."Paman senang kamu tidak melabrak mereka berdua dan mempermalukan dirimu sendiri di hadapan anak buahmu," Diana hanya mendengus kesal mendengar apa yang dikatakan oleh pamannya."Aku tidak ingin menghancurkan reputasiku sendiri dengan berbuat barbar terhadap mereka. Sungguh tidak layak!" Diana terlihat begitu geram ketika membayangkan semuanya.Hati Diana sedikit terobati dengan memikirkan betapa terkejutnya mereka bila tahu mereka bekerja di bawah komandonya selama ini.Diana memang tidak pernah menampakan batang hidungnya sebagai pemilik perusahaan itu. Dia selalu bersembunyi di belakang punggung pamannya yang telah di percaya sang nenek untuk mengelola perusahaan itu.Diana kemudian memilih untuk pergi meninggalkan kantor pamannya. Syal dan kaca mata hitam terlihat digunakan oleh Diana hanya untuk membuat penyamarannya tidak tertangkap oleh Dani maupun Marisa."Belum saatnya kalian tahu siapa diriku yang sesungguhnya. Mas, tunggulah kejutan yang akan kuberikan untuk kalian. Aku bisa jamin kalian akan kejer tujuh hari tujuh malam." Diana tersenyum ketika membayangkan semua itu terjadi pada suami dan gundiknya.Gundik? Ya! Diana bisa mencium hubungan yang tidak biasa antara Dani dan Marisa hanya melalui gerak-gerik mereka saat bersama.Diana bukanlah wanita bodoh yang bisa dikelabui dengan begitu mudah oleh Dani dan Halimah yang menyembunyikan sesuatu darinya begitu dalam."Kalian benar-benar sangat ceroboh karena berlindung di dalam hubungan ipar. Aku pasti akan mendapatkan bukti-bukti perselingkuhan kalian berdua dan menggugat perceraian. Aku gak sudi berbagi suami dengan siapapun, apalagi dengan janda gatel seperti Marisa!" Diana terlihat begitu geram ketika tanpa sengaja dia melihat Marisa dan Dani sedang berada di pantry kantor dan terlihat mesra.Diana hatinya merasa terhiris sembilu saat melihat senyum di bibir suaminya begitu manis. Dani memang termasuk laki-laki yang tampan paripurna. Diana tidak memungkiri itu semua."Mungkin benar apa yang dikatakan oleh ibu-ibu kompleks yang mengatakan bahwa suamiku terlalu tampan, sehingga pelakor begitu bersemangat untuk merampasnya dariku." Diana tiba-tiba saja merasa menyesal karena selama ini selalu menjaga penampilan suaminya agar terlihat berkelas dan menawan saat bekerja.Dulu Diana selalu mengatakan bahwa seorang pekerja adalah cerminan dari perusahaan tempatnya bekerja mencari uang. Sebisa mungkin Diana selalu mendandani suaminya sehingga tampak begitu sempurna.Sejak hari itu Diana berjanji untuk tidak lagi mau mengurus tentang Dani. "Untuk apa aku bersedia lelah-lelah mengurus laki-laki yang ketampanannya dia persembahkan kepada wanita lain? Amit-amit!" Diana kesal bukan kepalang saat membayangkan semua itu.Karena Diana terlalu fokus dengan amarahnya sehingga dia tidak menyadari ketika seseorang menabrak tubuhnya tanpa sengaja."Ya ampun, Mbak! Astagfirullah! Tolong hati-hati dong kalau berjalan. Kenapa saya sampai ditabrak begini?" rutuk pemuda tampan yang entah datang dari mana.Pemuda itu tiba-tiba saja sudah berdiri di hadapan Diana dengan wajah kesalnya karena semua file-file yang dia pegang akhirnya berhamburan karena tadi ditabrak oleh Diana tanpa sengaja karena Diana yang melamun.Diana langsung minta maaf kepada pemuda itu dan membantunya untuk membereskan semua file-filenya yang berhamburan di lantai.Dani hanya melirik sekilas melihat semua itu. Dia tidak mengetahui kalau wanita itu adalah istrinya sendiri. Dani terlalu fokus kepada Marisa sehingga melupakan banyak hal di sekitarnya.Diana yang tidak ingin kehadirannya dicuriga oleh Marisa maupun Dani akhirnya hanya bisa meminta maaf dan bergegas pergi meninggalkan kantor itu. Diana sudah mantap untuk tidak menunjukkan wajahnya di kantor."Belum saatnya!" Hanya kata-kata itu yang selalu dia katakan kepada pamannya ketika sang Paman selalu meminta kepadanya untuk memperkenalkan diri sebagai pemilik perusahaan itu kepada karyawan mereka.Sang paman yang pada dasarnya memang menyayangi Diana hanya bisa menggelengkan kepalanya karena tidak mengerti dengan apa yang sedang direncanakan oleh Diana.Lukman memang tahu tentang kebiasaan hidup Diana yang selalu cenderung tertutup dan merahasiakan masalahnya dari siapapun."Paman akan selalu berdiri di sampingmu dan terus membelamu, walau apapun yang terjadi. Paman hanya ingin kamu baik-baik saja dan hidup bahagia." itulah yang selalu dikatakan oleh Lukman ketika menghibur Diana ketika keponakannya itu bersedih dengan masalah hidup yang menimpanya."Siapa wanita tadi, Paman?" tanya Erik ketika dia sudah berhadapan dengan Lukman.Erik adalah putra sahabat Luqman yang diperintahkan oleh ibunya untuk menemuinya. Mereka mempunyai rencana untuk kerjasama dalam membangun Resort di Bali. Proyek itu adalah impian Marissa yang ingin dipersembahkan kepada Raisa sebagai hadiah ulang tahun putrinya tahun depan."Dia adalah keponakanku. Kenapa?" tanya Lukman sambil menatap tajam ke arah Erik yang terlihat tersenyum dengan penuh makna.Sesuai dengan pesan Diana Lukman selalu menyembunyikan identitas keponakannya sebagai pemilik perusahaan itu. Diana tidak pernah ingin menonjolkan diri di hadapan siapapun. Dia lebih senang saat semua orang berpikir perusahaan itu milik pamannya. Karena memang selama ini hanya Lukman yang selalu tampil di depan publik sebagai wajah perusahaan mereka."Kenapa?" tanya Lukman menyelidik.Erik menggelengkan kepala. Dia pemuda yang baik dan selalu menjadi andalan ayahnya yang sekarang sudah bersiap untuk pensiun kar
Diana saat ini sedang berada di sekolah. Dia terus menatap ke arah Raisa yang sedang bermain dengan teman-temannya tampak begitu bahagia."Mama sudah datang?" Tanya bocah kecil itu sambil memeluk ibunya dengan begitu senang."Ya, kenapa Mama datang cuma sendiri aja? Mana Papa?? Bukankah kemarin Papa janji akan menjemput Raisa di sekolah?" terlihat raut kekecewaan di wajah gadis cantik itu ketika melihat ibunya datang sendirian saja.Diana merasa terhenyak melihat wajah sedih putrinya. Ketika menanyakan tentang Dani yang saat ini sedang bersama dengan Marissa dan Andien. Diana tidak tega untuk mengatakan yang sesungguhnya kepada putrinya."Papa masih sibuk di kantornya. Nanti pulang kerja pasti akan menemuimu," Tapi Raisa sudah terlanjur merasa kecewa kepada Dani yang selalu ingkar janji kepadanya."Sebenarnya yang anak papa itu aku atau Andien? Kenapa papa lebih mencintai Andien daripada aku, Mah?" tanya Raisa dengan wajah sedihnya.Diana kemudian memeluk Raisa dia pun sebenarnya mera
Marisa marah sekali kepada Dani yang malah meninggalkan dia begitu saja di mall. Dia terpaksa mengeluarkan uangnya sendiri untuk membayar semua belanjaan yang sudah dia pilih. Uang yang diberikan Dani tentu saja, dengan berbagai alasan dramatis yang dia karang soal Andien.Marissa paling tahu bagaimana cara menaklukkan seorang Dani dan membuatnya tidak bisa berkutik. "Kamu apa-apaan, Mas? Seenaknya saja meninggalkan aku di mall begitu saja. Untung saja aku bawa dompet aku. Kalau gak, aku pasti akan malu di sana." Omel Marissa ketika dia sudah sampai di rumah dan melihat Dani yang sedang berbaring lesu.Ya, Dani merasa sangat lemah setelah mendatangi pihak bank yang mengatakan kalau dirinya yang menarik lewat ATM secara berkala. Mungkin karena dia ceroboh tidak sadar terus menghujani Marissa dengan kemewahan sampai tidak sadar sudah menghabiskan semua tabungannya. "Kamu kenapa? Pulang-pulang marah-marah begitu," kesal Dani yang memasang wajah kesal.Dani tiba-tiba saja merindukan ruma
Diana dan Raisa kini bersama di sebuah apartemen mewah dan besar. Diana sangat senang sekali dengan apa yang terjadi pada hidupnya, dengan keputusan nekat yang telah diambilnya. Diana akan memulai kembali kehidupannya tanpa Dani."Mah, kita akan tinggal disini?" tanya Raisa dengan mata berbinar ketika dia melihat kamarnya yang baru. Raisa sesaat melupakan kantuknya yang sejak di mobil tadi menyerang."Ya, sayang. Raisa sekarang mandi sama bibi ya? Lalu tidur. Besok Raisa akan sekolah di tempat baru yang lebih dekat dengan tempat tinggal kita." Diana memeluk putri kecilnya dengan lembut. Hanya Raisa yang menjadi sumber kekuatannya sekarang dalam keadaan terpuruk. "Ye, akhirnya Raisa tidak perlu satu sekolah lagi dengan Andien. Mah, terima kasih ya?" Raisa bahkan sampai mendaratkan ciumannya di pipi Diana yang membuatnya amat bahagia.Marissa memang seketerlaluan itu. Mereka tidak pernah memikirkan perasaanmu sama sekali. Ibu mertuanya juga amat kejam dengan membiarkan Dani dan Marissa
"Apa? Diana dan Raisa pergi dari rumahmu? Kok bisa?" tanya Halimah kaget saat Dani bilang menantu tak di anggapnya berani pergi dari rumah mewah putranya.Sungguh di luar dugaannya kalau Diana akan berani melakukan hal itu. Padahal dia begitu percaya diri mengatakan kepada Dani, bahwa Diana selamanya tidak akan pernah melepaskan putranya yang berharta. Makanya dia dengan enteng menyuruh Dani menikahi Marissa begitu masa idah wanita itu selesai."Tentu saja bisa, Mah. Diana Itu wanita yang keras kepala dan tinggi harga dirinya. Aku curiga kalau Diana sudah mengetahui pernikahanku dengan Marissa. Mama sih, main suruh-suruh aku nikahin janda adikku segala. Lihat nih!! Rumah tanggaku bersama Diana kacau jadinya!" kesal Dani sambil mengacak rambutnya.Hatinya kacau banget saat ini. Dia tidak ingin kehilangan Diana dan Raisa. Dani menyesali tindakan ceroboh yang sudah diambil oleh Diana tanpa bertanya dulu padanya.'Kenapa kamu main pergi begitu saja? Padahal Mas sudah mengatur untuk kepin
"Apa? Kamu berniat untuk menceraikanku? Gila kamu, Mas?" tanya Marissa sambil menatap tajam Dani yang sekarang berada di hadapannya.Halimah sekarang sudah duduk anteng di dalam pelukan Marissa. Aksi bunuh dirinya dia batalkan setelah melihat Andien yang menangis terisak sambil memeluk dirinya.Sesayang itu memang sosok Halimah pada Andien. Dani sendiri tidak mengerti. Kenapa Ibunya membedakan antara Andien dan Raisa. Padahal mereka sama-sama anaknya. Darah dagingnya yang itu artinya cucunya sendiri."Aku tidak mau kehilangan Diana dan Raisa. Aku mencintai dan menyayangi mereka. Marissa, kamu dan Andien hadir dalam kehidupanku setelah aku bahagia bersama mereka. Kau menghancurkan segala yang aku miliki. Aku tidak bisa kehilangan hal yang selama ini sudah buat aku bahagia." Marisa Tentu saja sangat tersinggung mendengar perkataan Dani.Marissa menggenggam telapak tangan Dani tetapi langsung ditepis olehnya. "Apakah kau benar-benar tidak menginginkan kehadiran kami lagi di dalam hidupmu?
Diana memutuskan untuk datang ke kantor menemui pamannya. Dia sudah mantap akan menunjukkan wajahnya di hadapan semua karyawan yang bekerja di sana."Paman, aku ingin segera mengambil alih perusahaan dari tanganmu. Paman bisa pensiun setelah itu. Aku merasa tidak enak karena sudah menahan cita-cita Paman untuk pensiun dini," ucap Diana begitu dia masuk ke ruangan Lukman yang begitu besar dan megah."Kamu yakin dengan keputusanmu? Apa kamu nanti tidak akan menyesalinya? Satu kali kamu muncul di hadapan mereka. Maka kamu tidak bisa mundur lagi," sahut Lukman dengan senyum hangatnya yang selalu menghiasi wajahnya yang tampan walau usianya sudah tak muda.Diana mengangguk, "paman, aku sudah memutuskan untuk bercerai dengan Mas Dani. Rasanya tidak perlu untuk bersembunyi lagi darinya dan gundik dia!" Geram Diana sambil menatap tajam ke arah Dani yang sedang fokus dengan pekerjaannya.Ruangan Lukman memang bisa mengawasi semua karyawan yang ada di perusahaannya. Tetapi orang yang ada di lua
Marisa tersenyum sinis mendengar pertanyaan Dani padanya. "Kenapa aku takut padamu! Bagiku Diana tidak ada artinya sama sekali. Aku hanya merasa kecewa kepadamu yang sudah berani menceraikanku untuk perempuan tak berharga itu!" Kesal Marissa yang bersiap meninggalkan Dhani yang masih terlihat marah padanya."Tutup mulutmu yang seperti sampah itu! Bagiku Diana sangatlah berharga dan aku sangat mencintainya. Kalau Bukan kamu yang selalu berusaha menjeratku masuk ke dalam pelukanmu tidak mungkin Diana akan membuang aku seperti ini. Kau memang wanita yang sangat mengerikan!" Dani begitu murka kepada Marissa yang Bahkan tidak merasa bersalah sama sekali setelah memberi masalah kepadanya."Kau itu aneh sekali. Diana pergi meninggalkan rumahmu bukan karena salahku. Kenapa kau malah marah-marah kepadaku seperti ini? Pria menyedihkan!" Cicit Marissa sambil menatap sinis ke arah Dani yang selama beberapa hari benar-benar sudah membuatnya kecewa dan jengkel sekali."Menyerah saja Mas! Tampaknya