Beranda / Romansa / Ilusi Cinta Swastamita / Berjalan Terus Terang

Share

Berjalan Terus Terang

Penulis: eka fitriani
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-04 00:16:15

Call Me Ka

Bulan berganti bulan, genap dua semester sudah Aileen dan Daisha masuk bangku kuliah. Pengalaman pertama yang dialami Aileen ternyata semakin membuka lebar jalan Aileen terkenal.

Terbukti karena kejadian tersebut kini Aileen mempunyai hampir dua puluh ribu pengikut di media sosial instagramnya. 

Bahkan kini perkembangan hubungan Aileen dan Nevan mendekati fase yang lebih serius. Bahkan dulu yang terkesan sebagai musuh bebuyutan, kini berubah seperti orang yang bahagia melihat orang yang disukai. 

Sore itu cuaca sedang mendukung desir angin sepoi berhembus pelan dan candikala terlihat jelas di ufuk timur seolah membelah awan. Aileen masih membujuk Daisha untuk mau menemaninya saat itu. 

“Cunges, please temenin gue ketemu sama kak Nevan ya! Iya kale gue nemuin dia sendiri.”

Aileen memelas.

“Nggak mau. Entar gue jadi obat nyamuk kalian gitu?”

Daisha menolak.

“Ngajak Agam lah, gunanya lo punya sahabat buat apa?, eh bukan sahabat deng gebetan.”

“Yakin lo Agam mau ikut?”

“Bentar, tapi lo kan sudah dari SMA sahabatan sama Agam, masa  lo masih nunggu yang sono aja, sedangkan yang sono juga nggak peduliin kamu juga. Udahlah sama Agam aja satu server lo kalau sama dia, sama-sama bodoh amat ama orang. Tapi, gue nggak yakin sih dia mau ikut atau nggak. Ya, gue tahu sendiri Agam kek gimana.”

Aileen mulai menggoda Daisha.

“Eh ucapan lo ya. Inget lo mau masuk kampus, lo nangis malem-malem. Karena apa? lo nggak mau kuliah disini, lo maunya kuliah di sono bareng sama doi lo itu Si Zahir. Lo takut mbangkang omongan nyokap, bokap, ama abang lo, soalnya mereka nggak izinin lo kuliah diluar kota. Makanya lo jadi kuliah disini. Sekarang apa, lo kesem-sem juga ama Nevan. Oh, jangan-jangan awalan lo numpahin nasi bekal ke sepatu Nevan itu hanya akal-akalan lo doang biar lo di notice ama dia. Ngaku lo!”

Daisha membalas godaan Aileen dengan sinis.

“Ih, lo kok jadi ngomel sih. Ya kale gue sengaja, siapa yang tahu juga kalau akhirnya malah jadi gini. Gue deket ama Kak Nevan. Takdir yang bicara Ngesss.”

Aileen bangga. 

Akhirnya Daisha menurut saja diajak Aileen bertemu dengan Nevan.

Aileen mulai dekat dengan Nevan, saat seminar fakultas.

Nevan yang mengikuti Aileen dan Daisha sampai ke tempat duduk hanya untuk menyodorkan handphonenya dan mengatakan bahwa dia ingin meminta nomor Handphone Aileen. 

Momen itu membuat mereka speechless abis, terutama Aileen yang syok berat, sehingga Daisha lah yang mengetikkan nomor Aileen di handphonenya Nevan.

 Seantero aula ternganga melihat kejadian ajaib bin nggak nyangka yang tepat di hadapan mereka. Hingga sekarang mengingat kejadian di seminar fakultas itu, Aileen selalu cengar-cengir sendiri.

Padahal dulu yang mengetikkan nomornya di hp Nevan adalah Daisha dan dia hanya mematung. Aileen selalu mengingat momen itu sampai sekarang dan bahkan ditulis di buku hariannya. Sebagai salah satu hari bahagia yang tidak akan pernah dia lupakan seumur hidup.

***

Agam, yuks temenin gue buat temenin Aileen ketemu sama Nevan, sore ini di cafe Mbok Jum. Bisakan? 

Pesan itu dikirimkan Daisha ke Agam dan tidak lama di read serta dibalas oleh Agam. 

Lo gila, mendadak banget lo bilangnya. Gue lagi di tempat kerja ini, belum pulang. 

Balasan pesan dari Agam membuat Daisha cemberut. 

Lo pulang kerja jam tiga sore. Lo langsung aja ke cafe kale temenin gue, masa iya lo tega, gue jadi obat nyamuknya Aileen sama Nevan. 

Balasan pesan dari Daisha hanya dibaca dan dibalas emoticon jempol oleh Agam itu artinya Agam setuju atas permintaan Daisha. 

“Yes, kayaknya kita itu cocoknya jadi kekasih deh. Lo selalu ada banget buat gue hahaha. Daisha sadar lo, sadar.” 

Seperti orang gila Daisha tertawa dan ngoceh sendiri. 

Aileen sibuk berdandan ria menghias wajahnya supaya terlihat cantik dan menarik saat bertemu orang yang sudah berhasil memikat hatinya.

Daisha sendiri yang sudah bersiap di teras rumah Aileen hanya memakai pakaian simple dan tidak seribet Aileen. 

Iya, Aileen layaknya orang mabuk asmara dan pastinya ingin tampil sempurna di hadapan orang yang disukainya.

Saking lamanya Aileen dandan, Daisha tidak betah dan nyelonong masuk kamar Aileen. 

“Ai, lo dandan apa istighosah sih lama bener? Ini sudah jam tiga lebih, gilak lo ya.”

“Bentar dong Nges, gue kan harus terlihat sempurna dihadapan kak Nevan.”

“Sejak kapan Lo kek gitu? Heh malahan lo tu dandannya biasa aja kale. Kalau dia orangnya baik ya akan menerima lo apa adanya. Nggak perlu lo dandan selama dan semenor itu. Lihat bibir lo udah macam ikan Louhan aja. Lo ombre berapa kali itu tadi?”

“Hush, gue dandan sesimple dan senatural mungkin ini. Iya gaya-gaya unnie Korea gitu.”

“Bodoh amat, terserah lo. Ayo segera berangkat!”. 

Aileen masih sibuk menanyakan kepada sahabatnya itu bagaimana penampilannya, sehingga membuat telinga Daisha benging.

Sudah di jawab berkali-kali masih saja bertanya, tapi memang itulah ciri khas dari Aileen. Tidak ada puasnya hanya dengan satu jawaban, maka harus memberi jawaban yang sama beberapa kali. 

***

Sampai di lokasi, tangan dan jantung Aileen tidak bisa dibohongi, detaknya keras dan suhu tubuhnya berubah dingin seperti orang nervous saat akan tampil di depan ribuan orang, wajahnya juga pucat. 

Melihat itu Daisha langsung kaget, bagaimana bisa di momen penting seperti ini Aileen seperti itu. Masa iya hanya ketemu dengan Nevan saja, harus se-nervous itu ngalah-ngalahin ketemu guru B.K.

Berkali-kali Daisha mengingatkan agar Aileen tetap tenang, tarik napas dan santuy dengan keadaannya sekarang. Jadi, pertemuannya tidak gagal total gara-gara Aileen hanya diam mematung saja. 

“Mohon maaf kak, Permisi, sudah menunggu lama ya?” 

Kata Daisha, karena Aileen tidak bisa berkata apa-apa, akhirnya Daisha yang memberanikan diri menyapa Nevan duluan. 

Melihat Aileen yang tampil cantik, membuat Nevan ternganga. Seolah melihat bidadari yang baru turun dari langit.

Bahkan keberadaan Daisha diantara mereka, kini bagaikan angin semriwing.

 Nevan dan Aileen terus lempar pandang.

“Hoe kalian! Ini lihat ada orang disini!”

Daisha sebel. Nevan dan Aileen hanya tersenyum cekikikan saja.

Akhirnya Daisha meninggalkan mereka ngobrol dan makan berdua di dalam cafe. Sedangkan Daisha menunggu Aileen di teras cafe yang juga ada tempat duduknya.

***

Sekitar pukul empat kurang sepuluh menit, Agam datang dengan membawa makanan menemui Daisha. Agam memang pengertian dengan Daisha, layaknya kekasih.

Perhatian Agam ke Daisha kadang membuat Aileen dan sahabatnya yang lain iri. Mereka pikir hanya sahabat kok tingkahnya seperti itu. 

“Nih, gue bawain terang bulan kesukaan lo. Pasti lo boring nunggu Aileen nge-date.” 

“Eh, lo mikirnya bagaimana sih sama kak Nevan itu? Sebenarnya serius apa tidak sama Aileen? Soalnya gue tuh nggak yakin. Hati gue bilang, kak Nevan tidak sebaik dan semulus penampilannya.”

“Yah, emang apa yang tidak bisa di dapetin orang kaya? Nih, ibarat kata ada terang bulan kalau gue orang kaya gue beli sekalian sama gerobak sama penjualnya juga. Ngapain gue beli sebungkus doang.”

“Eh, gue serius ini ngajak ngobrol lo? lihat deh soalnya dia kek gitu. Lagaknya aja sudah menyembunyikan sesuatu. Gue takut Aileen bakalan sakit hati lagi seperti yang lalu saat sama Zahir yang sudah janji mau ke kampus yang sama dengan Aileen ….”

Daisha menjeda ceritanya, dia minum dulu. Kemudian lanjut cerita.

“Nyatanya dia lebih milih kampus yang sama dengan si cewek yang baru dia kenal, kan gilak. Padahal hubungan mereka sudah direstui dua belah keluarga. Takutnya nanti kejadian semacam itu lagi. Nggak tega gue bayanginnya aja.”

“Nggak usah mikirin hidup Aileen berlebih! lo mikirin hidup lo aja belum bener gitu. Nah, sebenarnya Aileen tuh sama aja kaya lo. Coba gue tanya, lo udah nungguin Danish dari kelas berapa? Sekarang apa? Dia juga sama yang lain kan? Dan sekarang lo juga masih jomblo ngenes.”

Agam menasehati sahabat sejak kecilnya itu.

“Lo tahu gue jomblo, ngapain lo nggak segera maju gitu, nyatain perasaan lo? Masa iya perhatian lo yang kayak gini hanya nganggep gue sahabat saja. Gue tahu kale isi hati lo ke gue itu bagaimana.” 

Daisha bicara dalam hati sambil melihat Agam yang sibuk minum cappucino yang sudah dipesankan.

Agam dan Daisha sudah berteman sejak TK. Mereka telah tahu kelebihan, kekurangan masing-masing. Jadi, tidak ada kecanggungan apapun di antara mereka.   

Dalam perbincangan Aileen dan Nevan, terlihat begitu serius. Namun, Aileen masih kikuk dan tidak berani menatap langsung mata Nevan, sebab jantungnya masih dag dig dug dan tangannya masih dingin, seakan lidahnya kaku untuk berbicara. 

“Bagaimana dengan olimpiadenya, sukses?” 

Nevan mulai membuka pembicaraan. Sebab, memang baru-baru ini Aileen mewakili prodinya mengikuti olimpiade Biologi. 

“Sukses kak, usaha yang saya lakukan tidak sia-sia dan terimakasih juga sudah membantu saya.” 

Aileen tersenyum, memang olimpiade anak fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam selalu ditangani, salah satunya oleh Nevan yang merupakan mahasiswa jurusan matematika. 

“Ini maaf sebelumnya kalau saya lancang, kamu sudah punya pacar atau belum? Maaf lo ya ini.”

“Hah pacar? Be, be, belum kak.” 

Aileen begitu grogi, jantungnya mulai tidak beraturan dan jawabannya pun terbata-bata. 

“Oh, eee kapan-kapan saya boleh main ke rumah kamu? Iya, bertemu keluarga kamu begitu.”

“Hah, buat apa kak?”

“Buat memberikan kamu selamat, kan kamu sudah sukses masuk tiga besar tingkat nasional dalam olimpiade Biologi dan artinya itu kamu membanggakan kampus ini dan pastinya saya juga ikut bangga sama kamu.”

Aileen hanya membalas dengan tersenyum. Dia masih bingung urusannya sama main ke rumah apa. Tapi, Aileen mengiyakan Nevan untuk berkunjung ke rumahnya. 

Tepat ketika Aileen tersenyum sinar matahari terbenam di ufuk barat menepis wajahnya. Sebab, mereka duduk tepat di samping jendela yang terbuka dan langsung bisa menatap pemandangan indah langit senja. Hamparan taman bunga, pepohonan yang jelas di lihat dari tempat duduk mereka, membuat suasana semakin romantis dan indah. 

Nevan juga tidak henti-hentinya melihat wanita dihadapannya yang tersenyum manis dengan sorot cahaya matahari di wajahnya. Nevan ikut tersenyum sambil menyeruput kopi yang sudah di pesan. 

Percakapan mereka berlanjut, kadang mereka saling diam kemudian kembali bercerita. Saling menatap dan tersenyum bersama.

***

“Daisha, Lo lihat deh langit senja hari ini bagus banget, cahaya candikala seolah membelah bumi. Separo warna biru cerah satunya orange cerah. Lihat juga taman bunganya, tambah asri banget!” 

Agam terpesona melihat langit senja yang begitu indah

“Pemandangan indah ini tuh namanya swastamita Gam. Lihat noh matahari hampir terbenam! keren euy.”

Daisha menjelaskan sambil mengacungkan jempolnya. 

“Ow, swastamita. Daisha, seandainya ya ini, kita bisa nggak sih nggak jadi sahabat lagi. Seandainya …”

Agam yang tadinya bercanda, kini mulai serius tidak seperti biasanya. 

“Maksud lo? Ow lo mau pergi dari hidup gue gitu? Sudah punya teman baru lagi lo? Atau gimana?”

“Maksud gue bukan gitu. Kan gue sudah kenal orang tua lo, lo juga udah kenal orang tua gue. Ya, kenapa kita harus terus sahabatan gitu?”

“Gue sih bukan hanya nganggep lo sahabat, lebih malah. To the point aja ya ini gue. Lo yang setiap saat gue repotin terus dan lo yang selalu ada buat gue. Masa iya, gue hanya sekedar nganggep lo sahabat doang?”

Mendengar jawaban Daisha, Agam hanya bisa tertawa, dia paham apa yang dimaksud sahabatnya itu. Mereka saling tertawa dan meminum cappucino yang belum habis. 

Senja kala itu jadi saksi bisu hubungan Aileen dan Nevan juga Daisha dan Agam. Cahaya atau pemandangan indah sebelum matahari terbenam itu, seolah menunjukkan jalan bahwa apa yang ada dalam hati mereka itulah yang sebenarnya.

Namun, senja tak menuntaskan pertanyaan di hati masing-masing. Hanya sang waktu yang akan memberi jawaban atas pertanyaan itu dan terlebih apakah benar mereka akan selamanya menjadi seindah SWASTAMITA hari itu???

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ilusi Cinta Swastamita   Menjadi Terbiasa Baik-Baik saja

    Call Me KaNostalgia ada karena kenangan, tapi kini Aileen tidak bisa membuat kenangan itu menjadi nostalgia. Dia melalang buana melupakan semuanya. Dia ingin berada dalam rasio yang jelas hingga tidak di temui lagi sesuatu yang membuatnya menangis.“Ayah, ibu, Kak Deon. Aileen minta izin mau ikut Kakek dan Nenek di Kalimantan. Di sana Aileen mau cari kerja dan nanti Aileen pastikan sering pulang untuk menjenguk ayah, ibu, dan kak Deon … dan untuk pekerjaan aku sekarang, aku mau keluar dan ini masih masa training belum teken kontrak. Jadi, Aileen bisa risent. Ayah, ibu, Kak Deon. Bagaimana?”“Masalahmu apa to nak? Bilang ke Ayah dan Ibu. Kenapa kamu tiba-tiba izin ikut Kakek dengan wajah ceria dan senyam-senyum seperti itu?” Ibu tahu jika senyum Aileen itu palsu.Kak Deon sudah bisa menebak apa yang terjadi dengan adik kesayangannya itu.“Lo nusul Kakek, karena ad

  • Ilusi Cinta Swastamita   Terimakasih Sahabatku Untuk Selalu Ada

    Call Me KaMelukiskan luka yang tidak pernah ada penghapusnya. Kini semua yang Aileen anggap sebagai kebahagiaan sudah musnah. Dia terlalu bersemangat dengan doanya, tapi setelah tahu semuanya. Dia meyakini doanya tidak pernah dikabulkan oleh Tuhan.Aileen melewati hari-hari seperti biasanya. Dia sudah pasrah dan tidak mau berhubungan lagi dengan Nevan. Apalagi sudah beberapa minggu ini Nevan juga jarang menghubunginya. Aileen tidak meminta penjelasan apapun juga. Intinya semuanya sudah jelas bagi Aileen.Ai, minggu sore lo sibuk nggak? Ke Café Mbok Jum yuks!Daisha mencoba mengirim pesan ke Aileen. Soalnya sejak kejadian itu mereka jarang bertemu, saking sibuk dengan kegiatan masing-masing.“Semoga Aileen besok nggak sibuk. Amin.” Doa Daisha.Aileen langsung membaca dan membalas pesan Daisha. Besok dia bisa bertemu dengan Daisha.Okke, aku besok free. Besok

  • Ilusi Cinta Swastamita   Brengsek!

    Call Me KaMatahari sejak pagi tak pernah nongol, bahkan dunia seakan di penuhi dengan embun. Pandangan mata pun tidak bisa leluasa melihat , saking banyaknya embun yang turun. Entah, pagi ini pagi apa. Padahal jam sudah menunjukkan pukul sembilan.Daisha penasaran apa mereka akan jadi keluar di cuaca seperti ini. Layaknya tidak diizinkan untuk keluar dari rumah.“Ni orang jadi nggak sih keluar? Ini dah pukul 9 pagi di hubungi nggak ada balasan dari tadi.”Daisha menggerutu sambil sesekali mengintip pintu rumahnya.“Kenapa Nak?”Nenek heran sedari tadi cucunya kayak setrika.“Ini nek, Aileen kemarin ngajak keluar pagi dan dia bilang mau jemput aku. Eh ini dihubungi nggak nyaut dan ini cuacanya nggak mendukung banget buat keluar nek.”“Hems, mungkin Aileen sedang sibuk. Iya, kalau dia udah janji mau jemput kamu berarti nanti Aileen pasti kesini. Sa

  • Ilusi Cinta Swastamita   Ternyata Kamu Selama Ini Luka

    Call Me KaNenek dan Agam kaget melihat Aileen langsung lari ke luar rumah. Mereka pikir Aileen akan pulang, tapi tidak berapa lama mereka mendengar teriakan Aileen dari dalam kamar Daisha.“Ai, lo ada di dalam kamar Daisha?”Tok tok tok.Agam dan nenek langsung bergantian mengetok kamar Daisha.“Ya Allah Nges, lo kenapa bisa kek gini. Kamar lo kunci, nggak keluar kamar segala, telepon nggak diangkat juga.”Setelah mengomeli Daisha. Aileen membuka pintu kamar yang ternyata ditutupi meja oleh Daisha. Setelah berhasil menggeser meja, pintu dibuka dan Agam serta nenek langsung masuk ke kamar Daisha.“Ya Allah…” Nenek syok.“Nges, lo kenapa?” Agam tambah syok.Posisi Daisha ada di pojok kamar. Dia merenung di pojokan sambil memegang lipstik merah. Wajah Daisha celemotan di mana-mana. dia menulis kalimat di lantai pakai lipsti

  • Ilusi Cinta Swastamita   Belum Capek Berpura-pura

    Call Me Ka“Nges bagaimana skripsi lo udah di ACC?”Karena Daisha susah di hubungi. Aileen memutuskan datang ke rumah Daisha. Ternyata benar kalau handphone Daisha sedang di cas dan dia sedang mengerjakan skripsi.“Kapan lo datang? Udah Alhamdulillah senang banget nih gue. Tinggal memenuhi persyaratan untuk ujian skripsi saja.”“Syukurlah … segera sat-set supaya lo bisa segera lulus.”“Iyah ni gue proses mengumpulkan persyaratan, lo tenang aja deh. Eh gimana interview lo kemarin?”“Nggak tahu Nges. Masa iya katanya jadi Admin eh ternyata disuruh jadi sales. Kan nggak cocok sama pengumumannya, kalau dari awal bilang jadi sales ya gue maklumin. Tapi ini pengumumannya admin eh di sana malah jadi sales, nggak jelas banget.”Memang setelah lulus Aileen hampir tiga bulan rajin melamar kerja sana-sini, meski sudah berkali-kali

  • Ilusi Cinta Swastamita   Dia telah berubah???

    Call Me Ka“Ini jam berapa sih? Ganggu orang tidur aja.”Aileen bangun dan melihat jam yang masih menunjukkan setengah lima pagi. Dia lalu mengecek dering di handphonenya dan mengagetkannya yang menelpon sepagi itu adalah Nevan. Entah ada angin apa, Nevan yang hampir satu bulan menghilang bak ditelan bumi kini bangkit lagi dan menghubungi Aileen.“Assalamualaikum Ai, bagaimana kabarmu?”“Wa'alaikumussalam, sehat. Kabar kakak sendiri bagaimana?”Ingin sekali Aileen menanyakan selama ini Nevan di mana saja dan sedang apa, namun dia mengurungkan niatnya. Dia khawatir Nevan tersinggung atas pertanyaan itu. Akhirnya dia hanya berbasa-basi, bagi Aileen apa yang dia tanyakan dan apa yang ditanyakan Nevan kepadanya tidak berguna.“Kak, saya lulus Sempro beberapa hari yang lalu. Ini sudah mulai revisi dan kemungkinan minggu depan saya daftar wisuda gelombang ini. Apakah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status