Call Me Ka
“Mahasiswa, mahasiswi baru diharapkan segera berkumpul dan berbaris di lapangan sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan. Aba-aba ke sepuluh semuanya harus sudah standby di barisan menurut kelompok masing-masing. Satu, dua, tiga ….”
Hari pertama OSPEK (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus) sudah diharuskan untuk menginap di kampus dan pulang besok sorenya lagi. Semua mahasiswa-mahasiswi baru harus sudah berkumpul sebelum pukul tiga sore.
Sayangnya nasib baik tidak memihak pada Aileen dan Daisha. Aileen pagi-pag tersentak karena ingat dia belum membeli barang yang harus dia bawa pas OSPEK.
Apesnya pukul dua sore, Aileen harus membangunkan Daisha dulu yang ketiduran, karena Daisha lupa hari itu ada OSPEK dan harus menginap di tambah harus membawa beberapa barang.
Selain menunggu Daisha bersiap. Aileen juga menemani Daisha membeli barang-barang yang harus dibawa.
Akhirnya mereka tiba di kampus setengah lima sore. Telat satu jam setengah. Mereka pasrah dengan hukuman yang diberikan.
“Eh, itu mahasiswi baru. Kenapa baru datang. Ini jam berapa?”
Salah satu senior yang menunggu di depan gerbang masuk langsung menegur Aileen dan Daisha yang berjalan lunglai.
“Jam setelah lima kak.” jawab Daisha.
“Terus kenapa santuy begitu lagak kalian. Cepet lari! telat, bangga, santuy lagi.”
“Maaf kak.”
Jawab Aileen dan Daisha kompak.
Akhirnya Aileen dan Daisha berlari tunggang langgang.
Brakkk.
Nahasnya Aileen menabrak seseorang yang tiba-tiba muncul dari belakang mobil di parkiran saat dia berlari.
Aileen kaget tidak bisa mengerem. Untungnya Daisha langsung sigap menghentikan langkahnya. Jadi, tidak terjadi tubrukan beruntun.
Aileen menatap ke arah orang tersebut. Cahaya matahari di ufuk barat memancar ke wajah orang tersebut, jadi membuat Aileen silau. Namun, Aileen bisa melihat bahwa yang dia tabrak adalah seorang laki-laki.
“Maaf, maaf.”
Aileen langsung membungkukkan badan meminta maaf.
“Kalian terlambat, sana pergi ke barisan kanan!”
Ternyata yang ditabrak Aileen adalah kakak senior. Dia berperawakan tinggi, kulit putih, rambut macam oppa-oppa Korea, dan gayanya macam anak orang kaya metropolitan. Istilah kerennya good looking. Terlihat juga dari wajahnya dia orang yang berwibawa dan smart.
“Baik kak.”
Setelah balik badan, kotak nasi yang dibawa Aileen tersenggol kakak senior lain yang tiba-tiba berlari di samping Aileen. Akhirnya nasi itu tumpah ke sepatu kakak senior tadi.
Daisha yang melihat momen ini syok bukan main. Daisha mencoba membantu mengambil tutup kotak nasi yang menggelinding lumayan jauh.
Aileen tidak bisa bicara apa-apa, seketika tubuhnya kaku. Banyak mata tertuju padanya, Aileen benar-benar malu dan tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
“Yuks, kabur aja! Lo mau jadi tempe goreng disini?”
Bisikan Daisha menarik lengan Aileen. Aileen mencoba mendekati kakak senior itu dan mengambil kotak makan yang berserakan juga berusaha membersihkan sepatunya yang penuh nasi.
“Hem, kamu sudah telat, nabrak orang, sekarang apa lagi, numpahin sepatu saya pakai nasi lauk kayak gini. Kamu kira kaki saya ini meja makan haaa?”
“Maaf kak, saya tidak sengaja”
“Bersihkan tumpahan nasinya dan segera pergi ke barisan kanan!”
Aileen tidak bisa lari dari tanggung jawab. Dia menatap Daisha dan Daisha mengangguk. Ternyata Aileen jongkok untuk membersihkan sepatu kakak seniornya, tapi kakak senior tersebut menarik kakinya ke belakang.
“Mau ngapain kamu?”
“Membersihkan sepatu kakak.”
“Siapa yang nyuruh! Maksud saya, kamu bersihin kotak nasi dan nasi yang berceceran. Kotoran di sepatu saya jangan kamu pegang, saya bisa bersihin sendiri. Dan segera pergi ke barisan kanan! Paham nggak!”
Kakak senior tersebut membentak Aileen dan Daisha. Mereka sampai menjingkat, mereka hanya bisa mengangguk dan Aileen segera membersihkan apa yang dimaksud kakak senior. Lalu, mereka segera pergi menurut perintah yang diberikan.
***
Semenjak kejadian itu, hidup Aileen tidak tenang. Aileen jadi pusat perhatian, terutama oleh para kakak senior utamanya cewek, meski cowok juga ada. Bahkan, Aileen jadi bahan ghibah mahasiswa mahasiswi seangkatan.
Parahnya lagi, kakak senior yang tidak menjadi panitia waktu OSPEK juga mencari tahu Aileen itu siapa. Seolah jadi selebgram dadakan dan penuh kontroversi, Aileen jadi bahan perbincangan dan juga hujatan.
Iya, sebab hanya Aileen mahasiswa baru yang berani mencari masalah dengan mahasiswa senior luar biasa yang bernama “Nevan” itu.
“Nevan Putra Wijaya?”
Nama itu membuat Aileen syok sekaligus penasaran. Saking parnonya Aileen selalu berada di kelas dan jarang keluar.
Meanwhile Daisha mencari tahu sebenarnya siapa itu Nevan dengan bertanya ke teman-temannya.
“Ini mohon maap ya, kenapa semenjak kejadian sepatu kak Nevan ketimpa nasi bekal itu, kok hebohnya nggak selesai-selesai sampai sekarang? Memang siapa kak Nevan itu?”
“Lo, belum tahu siapa kak Nevan?”
Segerombolan mahasiswi tersebut kaget, bisa-bisa Daisha bertanya seperti itu.
Daisha hanya geleng-geleng sambil senyum kecil.
“Begini. Nevan Putra Wijaya adalah putra dari Bapak Wijaya salah satu pengusaha sukses yang jadi salah satu donatur tetap kampus ini. Dia smart banget, good looking abis dan bayangkan saja dia sering mewakili kampus ini olimpiade nasional maupun internasional matematika. Hebat nggak tuh. Sudah seganteng itu, kaya raya, dan pinter banget, waw. Gimana coba nggak satu kampus kenal ma dia?”
Mahasiswi itu menjelaskan dengan ekspresif.
“Oh begitu ya?”
Daisha merespon datar.
“Kak Nevan itu idaman para wanita banget, lihat deh penampilannya macam oppa-oppa Korea, tatanan rambutnya dan gerak-geriknya sumpah kayak oppa-oppa di drakor banget. Emmm, handsome, emmm serius dia good looking abis. Andaikan gue jadi ceweknya …. ”
Mahasiswi satunya berkhayal sambil menggenggam tangan di bawah dagu dan menggerakkan badan ke kanan kiri, sambil tertawa plus memejam mata.
Melihat temannya seperti itu, Daisha langsung nyengir jijik sendiri, sambil bergidik dan mulutnya menegaskan dia jijik dengan apa yang sedang dia lihat.
“Hih. Stop, stop, makasih. Lo baik-baik sajakan? Ini mohon maap otak lo masih di kepala kan? nggak pindah ke sini?”
Kata Daisha sambil nunjuk dengkul. Namun ucapan Daisha kali ini tidak direspon teman-temannya itu, sampai beberapa saat Daisha semakin geli sendiri dan meninggalkan mereka.
***
Daisha menceritakan semuanya kepada Aileen. Betapa syoknya Aileen, sebab orang yang sepatunya dia hujani nasi bekal bukannya orang sembarang.
Dia adalah orang yang terkenal di kampus tersebut dan juga merupakan anak orang kaya, tidak sepertinya yang hanya orang biasa. Aileen menjadi takut kalau nanti akan berdampak dengan kelangsungan kuliahnya disana.
Bahkan, Aileen sempat meminta saran kepada Daisha bagaimana kalau dia keluar saja dari kampus tersebut, pumpung ini masih awal dan belum ada kelas. Daisha langsung tidak setuju dengan pemikiran Aileen yang to the point dan nggak mikir panjang itu.
“Terus gue harus bagaimana dong disini? nama gue sudah jadi bahan gosip dimana-mana. Gara-gara gue tumpahin di sepatunya nasi bekal gue. Hidup gue nggak tenang. Media sosial gue aja yang gue private yang follow jadi banyak banget. Gue mikirnya mereka yang kenal dengan kak Nevan itu deh. Dan mau cari tahu tentang gue.”
Aileen benar-benar tidak tenang.
“Udah lo biarin aja, wong lo juga nggak sengaja. Intinya kita disini juga bayar kale, nggak hanya ngandelin beasiswa juga. Ya meski faktanya kita juga pakai beasiswa sih. Udah lo biasa aja, anggap aja lo numpang tenar, kan ya lumayan kalau pengikut lo naik. Lo bisa kale dapat endorse-an dan dapat uang ya nggak?”
Memang pikirannya Daisha ini hanya kerja uang, uang, uang. Aileen hanya menatap sinis Daisha yang seenak mulutnya ngablak ngomong ke Aileen. Melihat sahabatnya yang tidak mood diajak bercanda, akhirnya si Daisha hanya bisa nyengir sendirian dan diam.
***
Dua minggu sudah berlalu, minggu ketiga kali pertama masuk kuliah. Benar saja, pembicaraan tentang Aileen belum juga reda.
Apalagi sekarang Nevan menjadi salah satu pengisi acara dalam kegiatan seminar yang diadakan khusus untuk mahasiswa dan mahasiswi baru di masing-masing jurusan.
Aileen rencananya tidak mau hadir dalam acara tersebut, tapi karena tidak ingin ketinggalan ilmu, dengan terpaksa Aileen ikut.
“Ai, bukannya kak Nevan itu beda prodi sama kita?, kenapa dia jadi pengisi seminarnya juga?”
Daisha tidak tahu atau memang dia yang masa bodoh.
“Pertanyaan lo gila ya? Dia memang beda prodi tapi satu jurusan sama kita. Ah kenapa sih gue milih jurusan ini?”
Aileen tertekan.
“Ohhhh.”
Jawaban singkat dari Daisha, membuat Aileen tambah tertekan.
Aileen terlihat jelas begitu khawatir, ada ketakutan yang disembunyikan di wajahnya. Kini semenjak Aileen dikenal dengan rambut sebahu, rambutnya dipotong pendek mirip potongan mbak-mbak Polwan. Bahkan penampilannya sekarang juga memakai kacamata.
Benar saja apa yang ditakutkan Aileen terjadi, sebelum masuk ke Aula gedung seminar. Ada Nevan yang berdiri memakai jas hitam dan kemeja putih, memakai dasi dan sepatu, persis macam pejabat yang akan memberikan sambutan.
Terdengar huru-hara para mahasiswi mengatakan Nevan cool abis, pacar idaman, suami idaman, bahkan ada yang menyumpahkan diri akan menjadikan Nevan suaminya. Ocehan itu membuat Daisha bergidik semakin jijik, sedangkan Aileen semakin was-was.
Tidak ada jalan lagi selain pintu utama itu, ditambah sebelum masuk wajib tanda tangan dulu dimana meja daftar hadir tepat di depan Nevan berdiri.
“Habis gue Nges, gimana absennya coba dia disana berdirinya.”
Aileen mematung sambil mengarahkan matanya ke arah Nevan. Tingkat kekhawatirannya mencapai seratus persen, wajahnya memucat dan badannya panas dingin.
“Lo kenapa sih? Udah santuy aja. Lo berlagak lupa kejadian beberapa minggu lalu. Lagian lo pakai kacamata dan rambut lo sudah dipotong jugak macam mbak-mbak polwan begini. Nggak mungkin dia masih kenal, gue aja kalau nggak denger suara lo kadang gue lupa sama lo. Ayo! Percaya ama gue!”
Aileen tidak bisa menolak ajakan Daisha, sebab tangannya langsung ditarik menuju meja daftar hadir. Sampai disana benar Nevan tidak menyadari kehadiran Aileen dan Daisha.
Wajar selama masa OSPEK, Aileen selalu sembunyi dan sering pura-pura sakit bahkan izin dengan membuat surat izin sakit palsu dan semuanya atas pertolongan dari sang sahabat “Daisha”.
Tiba-tiba Nevan berdiri tepat di samping Aileen dan mengatakan sapaan yang membuat Aileen kaget bukan main. Bukan itu saja Daisha dan semua yang ada disana syok.
“Hay?”
“Astagfirullahaladzim. Hayyy jugaaa, kak.”
Aileen memasang muka senyum terpaksa, sambil melirik ke seluruh penjuru arah melihat semua mata tertuju padanya. Tangannya memegang tangan Daisha dan rasanya dingin banget sampai Daisha kaget,
“Hah, dingin.”
Aileen hanya mengatakan itu dan Nevan hanya melihat saja tanpa menjawab dan mengatakan apapun lagi.
“Kak, mohon maaf kami masuk dulu. Nanti kalau kami telat dapat omelan lagi. Permisi, mohon maap ya numpang lewat.”
Daisha memasang senyum terpaksa melewati banyak mata yang masih tertuju padanya dan Aileen. Tanpa menunggu jawaban Nevan, Daisha menarik Aileen masuk ke dalam Aula.
Hati Aileen dag, dig, dug kenyang sekali, setelah duduk di kursi Aileen mulai tenang dan Daisha memijat pundak sahabatnya itu supaya bisa lebih tenang lagi.
Namun, tidak berapa lama terdengar suara Nevan yang ternyata membuntuti mereka sampai tempat duduk. Syok, hanya itu yang Aileen dan Daisha rasakan.
“Ni orang kenapa nusul kemari?”
Ujar Daisha dalam hati,.
Dia melihat Aileen dan Nevan bergantian. Aileen kringet dingin dan Nevan tersenyum lebar sekali.
Call Me KaNostalgia ada karena kenangan, tapi kini Aileen tidak bisa membuat kenangan itu menjadi nostalgia. Dia melalang buana melupakan semuanya. Dia ingin berada dalam rasio yang jelas hingga tidak di temui lagi sesuatu yang membuatnya menangis.“Ayah, ibu, Kak Deon. Aileen minta izin mau ikut Kakek dan Nenek di Kalimantan. Di sana Aileen mau cari kerja dan nanti Aileen pastikan sering pulang untuk menjenguk ayah, ibu, dan kak Deon … dan untuk pekerjaan aku sekarang, aku mau keluar dan ini masih masa training belum teken kontrak. Jadi, Aileen bisa risent. Ayah, ibu, Kak Deon. Bagaimana?”“Masalahmu apa to nak? Bilang ke Ayah dan Ibu. Kenapa kamu tiba-tiba izin ikut Kakek dengan wajah ceria dan senyam-senyum seperti itu?” Ibu tahu jika senyum Aileen itu palsu.Kak Deon sudah bisa menebak apa yang terjadi dengan adik kesayangannya itu.“Lo nusul Kakek, karena ad
Call Me KaMelukiskan luka yang tidak pernah ada penghapusnya. Kini semua yang Aileen anggap sebagai kebahagiaan sudah musnah. Dia terlalu bersemangat dengan doanya, tapi setelah tahu semuanya. Dia meyakini doanya tidak pernah dikabulkan oleh Tuhan.Aileen melewati hari-hari seperti biasanya. Dia sudah pasrah dan tidak mau berhubungan lagi dengan Nevan. Apalagi sudah beberapa minggu ini Nevan juga jarang menghubunginya. Aileen tidak meminta penjelasan apapun juga. Intinya semuanya sudah jelas bagi Aileen.Ai, minggu sore lo sibuk nggak? Ke Café Mbok Jum yuks!Daisha mencoba mengirim pesan ke Aileen. Soalnya sejak kejadian itu mereka jarang bertemu, saking sibuk dengan kegiatan masing-masing.“Semoga Aileen besok nggak sibuk. Amin.” Doa Daisha.Aileen langsung membaca dan membalas pesan Daisha. Besok dia bisa bertemu dengan Daisha.Okke, aku besok free. Besok
Call Me KaMatahari sejak pagi tak pernah nongol, bahkan dunia seakan di penuhi dengan embun. Pandangan mata pun tidak bisa leluasa melihat , saking banyaknya embun yang turun. Entah, pagi ini pagi apa. Padahal jam sudah menunjukkan pukul sembilan.Daisha penasaran apa mereka akan jadi keluar di cuaca seperti ini. Layaknya tidak diizinkan untuk keluar dari rumah.“Ni orang jadi nggak sih keluar? Ini dah pukul 9 pagi di hubungi nggak ada balasan dari tadi.”Daisha menggerutu sambil sesekali mengintip pintu rumahnya.“Kenapa Nak?”Nenek heran sedari tadi cucunya kayak setrika.“Ini nek, Aileen kemarin ngajak keluar pagi dan dia bilang mau jemput aku. Eh ini dihubungi nggak nyaut dan ini cuacanya nggak mendukung banget buat keluar nek.”“Hems, mungkin Aileen sedang sibuk. Iya, kalau dia udah janji mau jemput kamu berarti nanti Aileen pasti kesini. Sa
Call Me KaNenek dan Agam kaget melihat Aileen langsung lari ke luar rumah. Mereka pikir Aileen akan pulang, tapi tidak berapa lama mereka mendengar teriakan Aileen dari dalam kamar Daisha.“Ai, lo ada di dalam kamar Daisha?”Tok tok tok.Agam dan nenek langsung bergantian mengetok kamar Daisha.“Ya Allah Nges, lo kenapa bisa kek gini. Kamar lo kunci, nggak keluar kamar segala, telepon nggak diangkat juga.”Setelah mengomeli Daisha. Aileen membuka pintu kamar yang ternyata ditutupi meja oleh Daisha. Setelah berhasil menggeser meja, pintu dibuka dan Agam serta nenek langsung masuk ke kamar Daisha.“Ya Allah…” Nenek syok.“Nges, lo kenapa?” Agam tambah syok.Posisi Daisha ada di pojok kamar. Dia merenung di pojokan sambil memegang lipstik merah. Wajah Daisha celemotan di mana-mana. dia menulis kalimat di lantai pakai lipsti
Call Me Ka“Nges bagaimana skripsi lo udah di ACC?”Karena Daisha susah di hubungi. Aileen memutuskan datang ke rumah Daisha. Ternyata benar kalau handphone Daisha sedang di cas dan dia sedang mengerjakan skripsi.“Kapan lo datang? Udah Alhamdulillah senang banget nih gue. Tinggal memenuhi persyaratan untuk ujian skripsi saja.”“Syukurlah … segera sat-set supaya lo bisa segera lulus.”“Iyah ni gue proses mengumpulkan persyaratan, lo tenang aja deh. Eh gimana interview lo kemarin?”“Nggak tahu Nges. Masa iya katanya jadi Admin eh ternyata disuruh jadi sales. Kan nggak cocok sama pengumumannya, kalau dari awal bilang jadi sales ya gue maklumin. Tapi ini pengumumannya admin eh di sana malah jadi sales, nggak jelas banget.”Memang setelah lulus Aileen hampir tiga bulan rajin melamar kerja sana-sini, meski sudah berkali-kali
Call Me Ka“Ini jam berapa sih? Ganggu orang tidur aja.”Aileen bangun dan melihat jam yang masih menunjukkan setengah lima pagi. Dia lalu mengecek dering di handphonenya dan mengagetkannya yang menelpon sepagi itu adalah Nevan. Entah ada angin apa, Nevan yang hampir satu bulan menghilang bak ditelan bumi kini bangkit lagi dan menghubungi Aileen.“Assalamualaikum Ai, bagaimana kabarmu?”“Wa'alaikumussalam, sehat. Kabar kakak sendiri bagaimana?”Ingin sekali Aileen menanyakan selama ini Nevan di mana saja dan sedang apa, namun dia mengurungkan niatnya. Dia khawatir Nevan tersinggung atas pertanyaan itu. Akhirnya dia hanya berbasa-basi, bagi Aileen apa yang dia tanyakan dan apa yang ditanyakan Nevan kepadanya tidak berguna.“Kak, saya lulus Sempro beberapa hari yang lalu. Ini sudah mulai revisi dan kemungkinan minggu depan saya daftar wisuda gelombang ini. Apakah
Call Me Ka“Doain gue ya! Sumpah rasanya jantung gue mau copot kurang 30 menit lagi gue masuk ruang ujian.”Aileen akhirnya bisa berada di tahap ujian skripsi atau biasa disebut Sempro. Hadir juga Ghina, Iva, Daisha, Genta kecuali Brian yang sedang sibuk mengurus narasumber skripsinya.Banyak sahabat menemani Aileen ujian. Tapi meski sahabatnya ada di sana, tetap saja Aileen merasa ada yang kurang. Nevan hingga saat ini belum pernah menghubungi Aileen, bahkan Aileen belum mendapat ucapan selamat dari Nevan. Meski demikian, Aileen berusaha tidak memperdulikan, rasa gugup saat menghadapi ujian skripsi ternyata lebih besar dari rasa penasarannya tentang Nevan.“Lo nggak usah mikirin macam-macam! Lo harus fokus sama ujian ini, kalau fokus lo terpecah-pecah yang ada elo kena skak dosen penguji, habis lo.” Nasehat Daisha.“Kak Nevan?” tanya Aileen kepada Daisha.“Mana
Call Me Ka“Cublak Cublak suweng, suwenge teng gelenter ….”“Ngesss. Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh.”Daisha yang sibuk menyapu teras sambil mengikuti adiknya yang sedang latihan menyanyi di dalam rumah kaget saat ada yang memanggilnya dan ternyata itu Agam.Siang itu tanpa memberi kabar Agam datang ke begitu saja ke rumah Daisha.“Ngapain lo kesini?”“Ya Allah, salam gue juga belum lo jawab kali. Udah pedes aja pertanyaannya.”“Wa'alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh … ngapain lo kesini?”“Udah tiga hari kenapa lo nggak ngabarin gue sih? Gue telfon nggak lo angkat, gue kirim pesan nggak lo bales. Heran.”“Sebentar!”Daisha berjalan menuju halaman depan dan tidak menyuruh Agam duduk dulu. Akhirnya Agam sendiri yang duduk di kursi teras dan minum air mineral
Call Me Ka“Alhamdulillah, skripsi gue di ACC gaes.”Aileen jingkrak-jingkrak bahagia di depan Daisha, Iva, dan Ghina yang menunggu di lobi kampus.Memang akhir-akhir ini Aileen lebih fokus menyelesaikan skripsinya dan dia berusaha keras melupakan Nevan. Iya, meski sebenarnya dia masih terus mengharapkan Nevan menemuinya dan merajut kisah seperti dulu.Terlepas itu semua Aileen sadar, hati Nevan bukan hanya untuknya saja, ada banyak wanita yang berada di sampingnya. Aileen tidak pernah berhenti untuk berharap, tapi semakin dalam dia berharap semakin sakit juga dia rasakan.Semenjak itulah Aileen berusaha santai tentang hubungannya dengan Nevan. Dia fokus menyelesaikan skripsi sampai mendapatkan ACC dari dosen pembimbing. Ucapan selamat diperoleh Aileen dari sahabat dekatnya. Namun tidak dengan Nevan, dia tidak pernah menghubungi Aileen sama sekali meski hanya sekedar mengucapkan