Share

Perkenalan

Author: Kanietha
last update Last Updated: 2022-09-29 13:17:15

“Kenapa nggak jadi ke Singapur?”

Raj berdiri bersedekap, di samping ranjang pasien yang digunakan sang istri. Menahan secuil rasa kesal, karena kedatangan Byakta dan Yasmen untuk menjenguk bayi yang baru saja dilahirkan oleh Mai. Dari sikapnya saja, Raj dapat melihat jika kedua orang yang baru saja datang itu, tidak tampak seperti sepasang suami istri.

Raj pun dapat melihat segurat kepalsuan, dalam senyum yang disematkan Byakta ketika mengunjunginya. Pria itu, pasti masih menyimpan rasa untuk Mai, tapi dengan terpaksa harus memendamnya dalam-dalam.

Akan tetapi, satu hal yang masih belum bisa dicerna oleh otak Raj. Kenapa Byakta mau menikahi Yasmen? Kenapa, pria itu justru tidak maju untuk memperjuangkan Mai dahulu kala?

Di sinilah letak kecurigaan Raj, yang membuatnya tidak bisa berpikir positif dengan Byakta.

“Ya, nggak jadi aja,” jawab Yasmen tidak ingin kekisruhan rumah tangganya di dengar oleh orang lain. Mengingat, Pras sudah mewanti-wanti agar semua hal terkait rumah tangga mereka, tidak boleh diketahui oleh orang luar. Cukup menjadi konsumsi Yasmen dan Byakta, kecuali ada hal besar yang sudah tidak bisa lagi mereka handle berdua.

“Ya, nggak jadi itu kenapa?” tuntut Raj semakin curiga.

“Mbak!” Yasmen merungut lalu beranjak dari sofa untuk menghampiri Mai. Namun, langkah Yasmen bergeser menuju boks transparan, yang berisi seorang bayi cantik yang sedang tertidur lelap. “Bilangin Mas Raj, nggak usah kepo sama urusan orang.”

“Heh!” Mai menegur Yasmen dengan ketus. Sesungguhnya, hati Mai merasa tidak nyaman dengan kehadiran Byakta saat ini. Meskipun mereka sudah menjadi keluarga, tapi rasa yang terjalin cukup lama di hati Mai akan kembali bergejolak jika bertemu seperti sekarang. Hany bergejolak, bukan berarti Mai masih menginginkan atau mencintai pria itu seperti dahulu kala. Mai hanya merasa geregetan, sebal dan ingin melempar Byakta yang justru berani menikah dengan Yasmen, dan bukan dirinya. “Kalau orang yang lebih tua tanya itu dijawab! Kalau nggak mau jawab, mending pergi dari sini.”

Yasmen mendesis dengan geligi yang merapat kesal. Meskipun begitu, Yasmen mana berani melawan Mai. “Aku, kan, ke sini mau jenguk Baby Rara,” ujarnya melunak sembari mengalihkan topik pembicaraan. Yasmen memang tidak menyukai dimusuhi oleh keluarga sendiri. “Moga tahun depan, aku juga bisa dapat baby yang lucu, terus banyaaak! Iya, kan, Mas By?”

Byakta tertawa garing menanggapi Yasmen. Jika saja ia memiliki keberanian, Byakta dan Mai pasti sudah bersanding di pelaminan sejak dulu. Bukan itu saja, mereka berdua pasti sudah memiliki bayi yang sangat menggemaskan saat ini.

“Yaa, kita berdoa aja.” Akhirnya, hanya jawaban diplomatis yang bisa diberikan oleh Byakta, yang masih bertahan duduk di sofa. Ada rasa canggung yang menahan kedua kakinya, untuk tidak menyusul Yasmen yang tampak terpana dengan putri cantik Mai.

“Memangnya, semalam sempat malam pertama?” celetuk Raj begitu saja.

“Ya sudahlah!” timpal Yasmen cepat dengan intonasi yang terdengar begitu sewot. Jangan sampai, orang lain tahu jika Yasmen dan Byakta sama sekali belum menyatu, apalagi bersentuhan. Bahkan, ketika jalan berdua sambil berdampingan, Byakta sama sekali tidak berinisiatif untuk menggandeng tangannya.

“Papi!” hardik Mai dengan mendelikkan kedua matanya. Suaminya itu, terkadang memang tidak bisa mengontrol mulutnya. Mai sangat mengerti, jika masih ada secerca rasa cemburu di hati Raj. Karena itulah, sedari tadi sambutan Raj sangatlah tidak ramah pada Yasmen maupun Byakta. Raj cenderung datar, dan menahan sesuatu agar tidak “menyerang” Byakta.

Raj segera memasang senyum hangatnya ketika menatap sang istri. Duduk di samping Mai, dan dengan sengaja mengusap puncak kepala istrinya di depan Byakta. Setidaknya, Byakta harus sadar jika Mai saat ini merupakan milik Raj seutuhnya, dan sudah tidak bisa diganggu gugat.

“Ngapain tanya-tanya gituan?” tambah Mai.

“Tarik napas,” titah Raj pada sang istri. “Kamu itu habis melahirkan, nggak usah tegang-tegang.”

Sudut bibir Byakta tertarik kecil, menatap pemandangan yang ada di depan mata. Berandaipun, rasanya percuma karena waktu tidak akan bisa kembali berputar kebelakang. Menyesal, juga tiada guna karena hanya menambah rasa sakit belaka.

“Ayo, Yas.” Sampai akhirnya, Byakta memutuskan untuk tidak berlama-lama menjenguk Mai dan bayinya. Melihat wanita itu sehat serta bayinya, hal tersebut sudah cukup membuat hati Byakta lega. Meskipun, masih ada rasa tidak ikhlas ketika melihat Mai berada di pelukan Raj. “Mbak Mai harus istirahat. Lebih baik kita pulang.”

“Pulang?” Padahal, Yasmen belum menggendong bayi cantik yang masih terlelap dalam buaian. “Aku mau gendong Baby Rara dulu. Boleh, Mbak?” tanyanya meminta izin terlebih dahulu pada sang empunya. Jika tidak, bisa habis Yasmen terkena ceramah dari kakak sepupunya itu.

“Nggak boleh,” elak Mai tidak pernah berbasa-basi. “Rara masih kecil, baru lahir. Jadi nggak boleh digendong sembarang orang.”

“Aku, kan, Onty-nya,” sanggah Yasmen tidak terima jika diperlakukan bak orang lain. “Bukan sembarang orang.”

“Nggak, BO-LEH!” sorot mata Mai sudah terhunus tajam pada Yasmen. “Mending kamu pulang, entar kalau sudah besar, baru boleh gendong.”

“Mas Raaaj—”

“Pulang.” Raj juga setuju dengan ucapan sang istri. Lebih baik sepasang suami istri pulang saja, daripada suasana di kamar mereka terasa canggung. Mungkin tidak bagi Yasmen yang memang tidak mengetahui kisang cinta yang pernah terjadi di antara Mai dan Byakta. Namun, bagaimana dengan mereka bertiga?

“Sebentar—”

“Selamat siang,” sapaan asing tersebut tiba-tiba kembali memutus ucapan Yasmen. Seorang pria bersama seorang anak kecil, sudah berdiri di bibir pintu dengan memasang senyum hangatnya.

Raj bergegas berdiri, lalu menghampiri pria itu. Mereka saling sapa dengan akrab, dan Raj segera mempersilakan pria itu untuk masuk lalu duduk sejajar dengan Byakta. Tidak lupa, Raj memperkenalkan Byakta pada pria itu. Pun dengan Yasmen yang sudah diusir sebelumnya oleh May.

Pria yang sedari tadi menatap Yasmen dengan rasa penasaran itu, dengan sigap berdiri dan mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri lebih dulu. “Endy … Endy Hasan.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Aisha Arkana
baca novel ini jadi reunian keluarga Pras...
goodnovel comment avatar
Erni Erniati
Endy sang mantan rival Mai..
goodnovel comment avatar
Ziza Ziz S
ewwwww ...endi jugk di sini ..? haishhhh....
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Imperfect Love   Give Away ~~

    Haluu Mba beb tersaiank … Saia langsung aja umumin daftar penerima koin GN untuk lima top fans pemberi gems terbanyak Imperfect Love : ArPi Kim : 1.000 koin GN + pulsa 200rb Mulya Purnama : 750 koin GN + pulsa 150 rb Elin land : 500 koin GN + pulsa 100 rb Miss Ziza Ziza S : 350 koin GN + pulsa 50 rb Ziza Ziz S : 200 koin Gn + pulsa 25 rb Untuk nama yang saia tulis di atas, bisa klaim koin GN dengan screenshoot ID dan kirim melalui DM Igeeh @kanietha_ . Jangan lupa follow saia duluuuh .... Saia tunggu konfirmasi sampai hari Minggu, 2 April 2023, ya, jadi, saia bisa setor datanya hari Senin ke pihak GN. Daaan, kiss banyak-banyak atas dukungan, juga atensinya untuk Bee and Hunny ~~ Kita ketemu lagi di GN, Insya Allah habis lebaran yaaa .... Kissseeess …..

  • Imperfect Love   Bon~Bira 5

    Apa ini? Asisten nyonya besar keluarga Sagara tiba-tiba menelepon dan meminta Arista datang ke kediaman atasannya. Bukan di rumah jabatan yang ditempati saat ini, tetapi di rumah pribadi kediaman Sagara. Bahkan, Arista dijemput langsung oleh salah satu sopir keluarga tersebut. Arista seperti di sidang. Duduk seorang diri dan menghadapi empat orang yang mentapnya dalam diam. “Maaf, Bu Aida.” Daripada hanya didiamkan, Arista akhirnya membuka mulut. “Kenapa saya dipanggil ke sini? Apa ada masalah, atau butuh bantuan saya?” Tatapan Arista tertuju sekilas pada Bira yang duduk paling ujung, di samping Pras. Jangan-jangan, pertemuan kali ini adalah buntut dari pembicaraan Arista dan Bira malam itu. Jangan-jangan, semua ucapan yang dikatakan Bira saat itu bukan hanya gurauan belaka. Jangan-jangan … Semakin dipikirkan, Aristas semakin sakit kepala karena takut menebak-nebak jawabannya. “Saya minta maaf kalau harus minta kamu datang mendadak seperti sekarang.” Aida berujar dengan sikap ang

  • Imperfect Love   Bon~Bira 4

    Arista mengerjap dengan mulut yang terbuka. Berdiri mematung pada celah pintu mobil yang sudah dibuka Vincent sebelumnya. Mendengar perkataan Bira dan wajah serius pria itu, Arista jadi tidak bisa mengeluarkan kata-kata. “Becanda, Ris.” Bira spontan tertawa saat melihat Arista membeku dengan wajah tegang. Wanita itu mungkin syok akibat mendengar ucapan Bira barusan. “Buruan masuk, aku sudah lapar.” “Ahh …” Mulut Arista ikut melempar tawa, garing. Ia mengangguk, kemudian masuk ke dalam mobil dan menggeser bokongnya ke sisi pintu yang lain, karena Bira jelas akan duduk di sebelahnya. “Jangan terlalu tegang,” kata Bira setelah menutup pintu. “Kerja sama aku memang harus serius, tapi santai aja.” “Iya, Mas.” Arista kembali tertawa, terkesan dipaksakan. “Lagian, masa’ buaya dipercaya.” Bira tertawa. “Eh, tapi aku serius masalah yang tadi. Aku memang lagi nyari istri, soalnya lagi pusing disuruh nikah terus sama nyonya besar.” Arista berdecak. “Cewek-cewek di Casteel High, kan, banyak

  • Imperfect Love   Bon~Bira 3

    “Kenapa belum pulang?” Bira menatap layar komputer yang dipandang Arista. Wanita itu memandang situs web yang berisikan berbagai video, yang bisa diunggah oleh penggunanya di berbagai belahan dunia manapun asal memiliki akses internet.“Hujan deras, Mas,” kata Arista sembari mengangkat wajah, menatap Bira yang berdiri di sampingnya. Dari pria itu datang ke kantor di pagi hari, sampai pulang di sore hari, atau malam sekali pun ketika mereka lembur, wangi parfum Bira tetap setia menempel di tubuh pria itu. Intensitas wanginya tidak berubah sedikit pun. “Saya nggak bawa jas hujan.”“Terus kenapa belum pulang?” ulang Bira kembali mempertanyakan hal yang sama. “Kita nggak lembur, dan kamu sebenarnya bisa pulang duluan.”“Hujan deras, Mas.” Arista juga mengulang jawaban yang sama, dan mulai menahan kekesalannya.“Aku tahu sekarang hujan deras, tapi kenapa kamu belum pulang?” tanya Bira sekali lagi. “Pesan taksi, kek! Gajimu di sini lebih besar dari Firma Sagara, masa’ bayar taksi buat pulan

  • Imperfect Love   Bon~Bira 2

    Pagi itu, Bira berhenti di depan meja sekretarisnya sebelum memasuki ruang kerja. Perangkat komputer di meja Arista tampak belum menyala, pun dengan kursi kerja yang masih rapi menempel rapat dengan sisi meja.Bira mengeluarkan ponsel. Melihat notifikasi yang masuk di dalamnya. Tidak ada nama Arista di sana. Itu berarti, wanita itu tidak memberi info sama sekali tentang ketidakhadirannya, atau mungkin keterlambatannya. Kalau begitu, biarlah Bira menunggu kabar dari wanita itu sembari melakukan pekerjaannya.Saat Bira baru membuka pintu, hawa sejuk pendingin udara langsung menerpa wajahnya dengan suhu seperti biasa. Itu artinya, sudah ada seseorang yang menyalakan pendingin ruangannya lebih dulu, dan itu pasti Arista.“Mas Bira!”Bira terkejut mendengar seruan yang dilontarkan dengan nada kesal padanya. Namun, entah mengapa seruan tersebut juga terdengar sedikit manja. Sedikit mengusik indra pendengarannya.“Arista? Kamu kenapa?”“Mas Bira pasti tahu kalau pak Lex sudah nikah sama bu

  • Imperfect Love   Bon~Bira 1

    Bira berhenti melangkah di depan meja sekretaris barunya. Ia bersedekap, lalu menghela saat melihat paras manis itu memanyunkan bibirnya.“Pagi, Mas Bira.” Arista tidak mengerti, mengapa ia harus dipindahkan dari Firma Sagara ke Casteel High seperti sekarang. Sejak awal menginjakkan kaki di dunia kerja, Arista sudah berada di firma hukum tersebut dan semua karyawan yang ada di sana sudah seperti keluarga baginya.Namun, perintah tiba-tiba dari Pras membuatnya tidak bisa mengajukan protes. Memangnya, karyawan mana yang berani membantah titah seorang Pras? Arista mungkin masih bisa bernegosiasi bila Lex yang memberinya perintah. Akan tetapi, sayangnya orang tersebut adalah Pras.Pria arogan yang selalu saja bertindak sesuka hati.“Pagi.” Bira berdecak, karena Pras benar-benar mengganti sekretaris lamanya dengan Arista. Apapun alasan yang ada di balik itu, Bira harus tetap menutup mulut dan tidak boleh membocorkannya pada siapapun. Jika Arista bertanya, maka Bira cukup mengatakan semua i

  • Imperfect Love   Bulan Madu yang Tertunda

    “Rajaaa.” Hari masih terbilang masih pagi, tapi Yasmen mulai mengeluarkan “tanduknya” karena baru saja menginjak sebuah lego yang membuat telapak kakinya nyeri seketika. Padahal, Yasmen sudah berulang kali memberitahu putranya, agar selalu membereskan semua mainannya ketika sudah selesai bermain. Namun, berapa kali pun Yasmen berujar dan memberi perintah, hasilnya tetap saja sama. Setelah bermain, bocah yang sudah berusia lima tahun itu, langsung meninggalkan semua mainannya begitu saja. Alhasil, Susilah yang akan membersihkan semuanya seperti biasa dan Yasmen hanya bisa mengelus dada. Anehnya, Raja akan selalu bersikap patuh bila sudah berada di rumah Pras. Mana berani bocah itu menghambur mainannya yang ada di sana. Seusai bermain, Raja akan selalu membereskan semua barangnya pada tempatnya, walaupun dalam keadaan yang tidak sempurna. Ternyata, merawat dan mendidik anak tidak semudah bayangan Yasmen. Keinginan untuk memiliki banyak anak pun Yasmen urungkan seketika, karena itu sem

  • Imperfect Love   Biarin

    Ternyata, semua tidak seperti yang ada di bayangan Yasmen. Setelah sebulan tinggal di rumah Bira, akhirnya Yasmen mengerti bagaimana perasaan Byakta. Mungkin hampir sama seperti yang dirasakan Yasmen saat ini, ketika memutuskan tinggal di rumah Mario.Bukan … kedua mertua Yasmen bukanlah sosok mertua kebanyakan, yang ada di sinetron maupun novel-novel online yang bertebaran di jagat maya. Justru sebaliknya. Mario dan Miskah bahkan terlalu baik, hingga membuat Yasmen semakin merasa tidak nyaman berada di rumah tersebut. Ditambah, tidak adanya asisten rumah tangga di rumah Mario, membuat Yasmen yang terbiasa memerintah jadi semakin segan berada di rumah mertuanya.Tidak mungkin, kan, Yasmen menyuruh mertuanya untuk membuatkannya ini dan itu? Belum lagi, Yasmen mau tidak mau harus tahu menempatkan diri. Ia harus berusaha bangun lebih pagi, walaupun, semalam hanya tidur beberapa jam karena putranya yang terus meminta ASI. Dan masih banyak hal lain yang membuat Yasmen semakin tidak enak ha

  • Imperfect Love   Siapa Namanya

    Akhirnya, Yasmen bisa pulang dari rumah sakit dan langsung menuju ke rumah orang tuanya. Yasmen sudah menetapkan hati, untuk tidak menambah anak lagi. Ditambah dengan proses menyusui yang penuh dengan drama, semakin membuat Yasmen enggan untuk hamil, dan melahirkan di masa mendatang. “Apa itu, Bu?” Yasmen melihat Susi membawa sebuah nampan ketika memasuki kamarnya. “Sayur bening, tapi pake daun katuk,” jawab Susi meletakkan satu mangkok sayur di nakas. Setelahnya, ada sebuah piring yang sudah berisi nasi dan ayam goreng bagian dada dengan potongan besar di atasnya. Susi juga meletakkan segelas air putih, dan segelas susu. “Di suruh makan sama ibu. Pelan-pelan aja, yang penting dihabisin.” “Tapi aku sudah makan tadi di rumah sakit, Bu.” Yasmen melihat boks bayi yang letaknya tidak sampai satu meter dari tempat tidurnya. “Mbak Yasmen sekarang menyusui, jadi makannya harus banyak dan bergizi biar ASInya juga lancar,” terang Susi kemudian bergeser ke samping boks bayi untuk melihat bay

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status