Share

Chapter 7 : Teror

Happy reading guys 💜

🟤 Disclaimer, nama-nama yang ada disinj adalah nama samaran 🟤

Sore itu aku dan keluargaku baru saja datang dari kerja dan sekolah tidak ada hal aneh yang terjadi sampai akhirnya menjelang malam tiba terdengar suara keras dari belakang kamarku saat itu sudah jam satu malam tapi, aku belum juga tidur dikarenakan ada tugas yang harus aku selesaikan. karena suaranya yang sangat keras ayahku terbangun dari tidurnya dan bertanya kepadaku "apakah aku yang membuat kegaduhan itu" tapi, aku menggeleng. aku dan ayahku duduk di depan kamarku untuk berjaga-jaga. beberapa menit kemudian ayahku berpamitan untuk pergi ke belakang setelah ayahku kembali terdengar suara seperti keris yang sengaja dibenturkan ke tembok kamar ibu dan ayahku. suaranya terdengar jelas suara benturan itu terdengar 3x sebelum benar-benar berhenti ibuku menangis karena melihat adikku tidak bisa bergerak dan tetap menangis.

Kami panik dan tidak tau harus melakukan apa. ibuku dan ayahku terus membaca doa sembari menjaga tangan adikku agar tetap terbuka karena sedari tadi tangannya tergenggam kuat. badannya kaku. ayah, ibu dan kakakku yang sibuk dengan adikku sementara aku tetap berjaga di luar kamar adikku sampai akhirnya beberapa menit kemudian terdengar suara langkah kaki, aku mengajak kakakku untuk mengecek apakah ada orang atau tidak. perlahan kami membuka pintu sembari memegang kayu untuk berjaga-jaga. pintu yang setengah terbuka menampilkan seorang laki-laki mengenakan baju hitam yang baru saja turun dari genteng rumah tetangga.

BRUKK!!

Aku yang kaget segera menutup pintu dan menyuruh ayah dan ibuku menelepon beberapa warga agar segera datang ke rumah. seakan tau maksudku ayahku menghubungi ketua RT di dusunku. cukup lama mereka datang sampai akhirnya sekitar delapan menit kemudian ketua RT datang sambil membawa beberapa warga. aku dan ayahku keluarga sambil membawa pisau untuk berjaga-jaga jika orang itu punya maksud untuk menyakiti salah satu dari kami walau aku sangat takut tapi, aku lebih takut jika keluarga ku yang menjadi target. para warga berpencar mencari di segala sudut rumah sampai akhirnya ada tiga warga yang berteriak.

"Iki wes ketemu/ini sudah ketemu"

para warga yang lain berlari menuju ke sumber suara termasuk aku dan ayahku. kami melihat orang berbaju hitam itu meloncat dari pohon belakang rumahku dan berlari menuju arah sawah. kami ikut berlari mengejar hingga ke sawah aku hanya bisa mengikuti ayahku sampai di tepi sungai karena ayahku tidak memperbolehkan aku berlari lebih jauh lagi karena bahaya. aku melihat para warga berlari dari jauh yang perlahan menghilang.

aku yang mengingat bahwa kakak, ibu dan adikku masih dirumah aku memutuskan untuk segera kembali ke rumah untuk memutuskan adikku tidak kenapa-napa. sesampainya di rumah ternyata adikku sudah tidur. para warga kembali dan mengatakan bahwa dua orang penyusup itu tidak bisa tertangkap. setelah menjelang pagi tiba mereka (para warga) berpamitan untuk pulang.

Disiang harinya, aku sendirian di rumah karena yang lain sekolah dan kerja. radio ayahku selalu ada di ruang tamu dan akan nyala di pagi hari dan akan dimatikan ketika ayahku akan berangkat kerja. anehnya di siang itu radio itu mati dan ketika aku sedang asik menonton televisi dengan suara keras radio itu hidup sendiri ketika kabelnya tidak dicolok ke sakelar. aku mencoba untuk berpikir positif dan mencoba untuk menutup pintu ruang tamu yang terhubung dengan ruang untuk menonton televisi. beberapa menit kemudian radio itu kembali hidup walau sudah dipastikan tidak ada listrik yang terhubung ke radio itu. aku yang sudah merasa bahwa ada yang tidak benar pun segera mematikan televisi dan berjalan ke arah luar untuk meredam rasa takutku. kucing ku mengeong dan terus memandang ke arah ruang tamu seperti ada seseorang disana aku tidak berani menoleh ke arah belakang (jendela ruang tamu) kucing-kucing yang semula tenang ikut mengeong dan dua kucing berlari ke arah jendela ruang tamu. kucing-kucing itu seperti tidak menyukai kehadiran makhluk itu. aku mencoba memberanikan diri untuk menengok ke sisi belakang. aku melihat dari arah jendela ada sesosok wanita yang sedang melotot ke arahku, ia berdiri tepat di depan radio itu berada. setelah lama melototiku ia mengangkat jarinya yang seolah menunjukku. aku yang kaget segera membalikkan badanku. terdengar suara tangisan dari arah ruang tamu karena rasa penasaran aku mencoba untuk membalikkan badanku lagi dan ternyata wanita itu yang sedang menangis dengan mengeluarkan darah dari matanya. setelah beberapa saat tiba-tiba ia menghilang begitu saja.

Teror datang bertubi-tubi hari itu, ayahku memutuskan untuk bertanya kepada salah satu kyai "siapa yang merencanakan teror ini?" dan setelah tau jawaban dari kyai itu membuat aku dan keluargaku tidak percaya pasalnya itu adalah tetangga yang dekat dengan rumah tempat tinggal kami. hanya beda beberapa rumah saja dan mamaku dulu adalah teman mainnya. kita sebut saja di Riri. nah si Riri ini pernah datang ke rumah ketika aku, adikku, kakak, dan mamaku sedang tidak ada di rumah hanya ayahku yang berada di rumah dan masuk siang. dia bertamu hanya untuk membahas hal yang tidak penting. dia juga baik kepada keluarga ku tapi, ternyata dia juga pelaku teror itu. 

See you di next chapter 💜

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status