Share

Bab 23. Tuduhan Keji

"Hana!" teriakan lain membuat kami berpaling ke arah pintu masuk secara bersamaan. Teriakan Dek Hana langsung terhentikan, setelah melihat siapa yang di sana.

"Mas Farhan," ucapku lirih tanpa tenaga. Suamiku berdiri ditengah pintu, wajahnya mengeras dengan mata yang menyiratkan amarah. Aku tidak pernah menemui sorot seperti itu selama ini.

"Hana! Kamu semakin dibiarkan semakin melunjak, ya! Adik tidak tahu diri! Disayang malah menggigit! Kamu tidak tahu, bagaimana mbakmu ini memperjuangkanmu? Kenapa kami tidak sopan kepadanya?!" teriak Mas Farhan ke arah adiknya.

"Mas, aku tidak memintanya untuk memperjuangkan aku. Biaya sekolah? Biaya kuliah? Itu saja yang diungkit-ungkit. Dulu bayarnya saja telat-telat, gitu saja sok!"

"Hana! Kamu semakin kurang ajar, ya!" teriak Mas Farhan dengan tangan terkepal dan meninju tembok di sampingnya. Dia seperti kehabisan kata-kata untuk memberi tahu adiknya itu.

Rendra yang sedari tadi berdiri, langsung menghampiri suamiku itu. Mencoba menenangkan dan
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status