Share

Bab 5 Meredamkan Amarah

Grombyang!!!! kali ini beberapa peralatan dapur berhamburan dari tempatnya. Dua karyawan segera keluar dari ruangan tersebut. Tinggal Laras, berdiri terpaku melihat Kakak Iparnya, dalam keadaan marah yang amat sangat.

bukannya menjauh, Laras justru mendekat pada Ardi.

"Mas ... Mas Ardi lagi marah?"

Diam. Hanya suaranya yang memburu.

"Kalau marah jangan dibawa ke tempat kerja, Mas. kasihan yang lain pada takut kalau Mas Ardi marah." sambung Laras polos. Maksud hati ingin menenangkan emosi kakak iparnya.

Saat, Ardi berbalik, Laras kaget, wajah sembab dari Ardi.

"Mas, habis nangis ya?"

Ardi mengusap wajahnya kasar. Ardi tahu, adik istrinya ini begitu lugu. Rasanya tak mungkin melampiaskannya dalam marah di hadapannya.

tiba-tiba, Ardi langsung menarik tangan Laras, berjalan ke depan, semua mata karyawan memandang mereka hingga deru motor besar pun meraung.

Laras, memeluk pinggang Ardi kencang-kencang, karena lelaki yang sedang rapuh itu, melajukan motornya sangat kencang.

Hingga, mata Laras hanya terpejam saja, berlindung di balik punggung Ardi.

Akhirnya Ardi melambatkan lajunya motornya, dan berhenti disebuah jalanan yang cukup sepi.

"Turun!" Ardi mengolengkan sedikit motornya. Bentakan Ardi membuat Laras kaget. Laras segera turun, namun, kakinya yang ketakutan masih lemas, tak kuat menopang bobot tubuhnya, Laras jatuh terduduk di tanah. Sambil memegangi kepalanya yang pusing.

""Aduh ... kepalaku, pusing!"

Ardi terdiam, dirinya masih di atas motornya. Niatnya ingin meninggalkan adik iparnya ini, pelampiasan kemarahannya pada kakaknya.

"Kau! merepotkan saja!"

Pelan-pelan Laras tersadar dari sesuatu.

Saat hendak berdiri, lagi-lagi kakinya masih bergetar.

"Ih, kenapa juga kakiku." Pukul Laras pada kakinya sendiri.

Ardi turun dari motornya dan membantu Laras berdiri.

Namun, di akukannya dengan kasar.

"Dulu! kakakmu pun bersikap sama kaya kamu, sok polos! lugu! tapi nyatanya, aku tertipu dengan sifatnya, yang ternyata hanya kedok!'

"Mas Ardi kalau marah pada kakakku, jangan lampiaskan padaku! jangan samakan aku seperti dia!" Akhirnya Laras mampu juga untuk membela dirinya sendiri.

"Mas Ardi sendiri yang memilih menjadi istri kan? jangan salahkan aku!" sambung Laras, tak terima rasanya, sifat dan sikapnya di samakan dengan kakaknya itu.

"Kau!"

"Apa! kaget! Mas pikir aku nggak bisa bicara ketus! atau nggak bisa marah! "

Laras melepaskan cekalan tangan Ardi pada lengannya dengan kasar.

Laras segera membalikkan tubuhnya, hendak pergi secepatnya dari hadapan Ardi. Namun, tangan lelaki itu langsung menariknya kembali, dan mendekatkan Laras dekat dengan tubuhnya, secepat kilat, Ardi langsung mencium bibir Laras dengan brutal. Laras kaget dan berontak, tapi apalah artinya tenaganya kalah dengan emosi Ardi. Laras pasrah saja, gerakan bibir Ardi membuat Laras terpukau, dan mulai menikmati alurnya. Ardi semakin kuat merengkuh tubuh adik iparnya itu. Napasnya memburu. Jalanan yang memang sepi itu, membuat lelaki tampan itu semakin bebas. Ardi memegang kedua pipi Laras dengan tangannya, melepasnya sesaat, memandang wajah Laras yang sudah memerah semu. Mereka saling pandang. Laras merasakan pandangan yang berbeda dalam mata lelaki itu. Pelan Ardi mendaratkan bibirnya kembali, kali ini lebih lembut , Laras tak kuasa untuk menolaknya. Lalu, Ardi melepaskan pautan bibirnya. Melihat Laras memejamkan matanya, nampak sangat menikmati ciuman yang baru saja pertama kali dalam hidupnya.

Keduanya saling tersadar.

Ardi terdiam. Memandang wajah Laras.

"Kau ..." bisik Laras menyembunyikan malunya, atas respon bibirnya saat Ardi menciumnya.

"Ayo, pulang," ajak Ardi kemudian.

Laras terdiam, "aku tak mau ngebut, a–ku ..." kata-kata Laras mengambang.

"Naiklah ..."

Laras naik ke bocengan motor besar milik Ardi. Pelan Ardi melajukan motornya, kali ini tidak sekencang yang tadi, dan Laras tak berani, memeluk pinggang Ardi, seperti yang Laras lakukan tadi. Tiba-tiba, tangan lelaki itu menarik salah satu tangan Laras, untuk berpegangan pada pinggangnya. Laras hanya menurut saja apa yang Ardi minta.

Sesampainya di cafe, nampak sudah ramai dengan para pelanggan. Ardi masih cuek dengan sekitar. Sikap dan semuanya datar, biasa saja. Laras mengimbangi hal tersebut.

Tugas koki pun segera lakukan, tapi kini sudah tidak dalam keadaan marah lagi.

Lukman menyenggol Laras, "Hai, kakakmu sudah nggak marah lagi?"

Laras menggeleng pelan.

***

"Kau, sekarang jadi selingkuhan ku," ucap Ardi pada Laras, yang masih terbengong saat dirinya melihat Ardi hanya bertelanjang dada.

Laras hanya gigit bibirnya pelan, saat Ardi mulai mendekati dirinya.

Laras mundur hingga kini tubuhnya mepet pada tembok kamar ganti. Ardi terus melangkah pelan hingga tubuhnya sangat dekat dengan tubuh Laras.

Mata Laras hanya terpejam, teringat kejadian kemarin, saat dirinya berciuman dengan kakak iparnya ini, dan Laras menikmatinya.

Tangan Ardi mengebrak tembok di atas kepala Laras.

"Buka matamu. Kau dengar tidak!'"

Laras kaget, dan langsung membuka matanya, dan beradu pandang dengan Ardi. Hatinya berdegup kencang. Walaupun ada rasa bahagia, tapi kini berganti khawatir yang amat sangat, saat perilaku Ardi yang biasanya lembut kini terkesan kasar dan penuh emosi.

"Kau dengar tadi kata-kataku?"

"Yang mana?" tanya Laras terbata dan sangat pelan, aroma dari mulut Ardi terasa sekali dalam hidungnya.

Brak! Lagi-lagi Ardi mengebrak tembok itu lagi, jantung Laras semakin kacau.

"KAU! SEKARANG JADI SELINGKUHANKU, INGAT! HARUS NURUT APA KATAKU, PAHAM!"

Arti berkata dalam penuh tekanan. Amarahnya pada Puspa seakan dilimpahkan pada Laras.

Laras hanya diam dan terus memandang Ardi.

"Apa maumu? Bila kau menyuruhku jadi selingkuhanmu?" Laras akhirnya berani juga bertanya tanpa embel-embel sebagai adik ipar.

Sekali lagi Ardi mengernyitkan dahinya, wajahnya semakin dekat pada wajah Laras yang kalah tinggi dengan Ardi.

Tangan Ardi mendongakan dagu Laras, pelan bibir Ardi mendarat di bibir Laras dengan kasar.

Laras hendak berontak, namun wajahnya dengan kuat dipegang Ardi. Hingga Laras tak bisa bernapas. Cepat-cepat Ardi melepas pangutan bibirnya.

"Dengar, aku bisa berlaku lebih, bila kau ..."

"Bila aku apa!!! Aku tak mau kau pak ..." Belum juga Laras selesai berkata. Kembali Ardi merengkuh tubuh Laras dalam pelukannya, dan melumat lagi bibir Laras, kali ini terasa lebih.

Laras merespon semua perilaku Ardi, hingga terdengar decakan bibir saling beradu panas.

"Mphhh ..." Laras merasakan bibirnya begitu nikmat. Ardi begitu pintar melakukan kiss French. Hingga Laras, langsung pandai mengimbangi ciuman Ardi.

Ardi melepas ciuman itu, wajahnya masih sangat dekat dengan Laras.

Wajah Laras memerah karena menahan napas. Ardi merasa terpuaskan.

Sementara itu, dalam kamar, terjadi pertengkaran antara ibu dan anak.

"Aku sudah cukup sabar, Mah! apa lagi saat ini, hobi Mama yang membunuh Papa!"

Plak! Sebuah tamparan mendarat ke pipi Puspa.

"Jangan salahkan kematian Papa, karena Mama, kau tidak tahu bagaimana hidup dengan suami pengangguran dan harus menghidupi dua anak kecil yang butuh banyak biaya!"

Puspa meraba pipinya yang sudah memerah, bukannya Puspa diam. justru dia semakin menjadi.

"Aku akan menebus rumah ini, yang hampir disita Bank, jadi jika Mama tak mengubah kebiasaan mama, lebih baik , mama angkat kaki dari rumah ini!"

"Kau!!!"

"Puspa cape, Mah! bagaimana rasanya, tiap malam cari uang hanya untuk penuhi kebutuhan Laras dan mama!"

Mama terdiam melihat Puspa , anak sulungnya. Rasanya ada rasa tak percaya pada kenyataan yang ada. Dia mendidik anaknya dalam didikan yang keras, agar tak seperti dirinya, yang menikah dengan lelaki malas dan pengangguran. Lalu, menerima begitu saja, lamaran dari Ardi. Mamanya pikir bisa merubah kehidupan anaknya. Tapi nyatanya? Puspa tak bisa dikendalikan.

Mamanya tahu, perbuatan Puspa yang selingkuh di kantornya, tapi seorang ibu, mencoba untuk menutupinya agar anaknya tak tercoreng mukanya di depan suaminya.

Namun, justru ini kenyataannya. Puspa malah tak terima, atas nasehat ibunya. hingga mengungkit luka lama keluarga.

Mamanya diam, kini, Anaknya berani mengusir mamanya sendiri dari rumah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status