Share

Bab 5 Meredamkan Amarah

Penulis: EL Dziken
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-12 09:36:12

Grombyang!!!! kali ini beberapa peralatan dapur berhamburan dari tempatnya. Dua karyawan segera keluar dari ruangan tersebut. Tinggal Laras, berdiri terpaku melihat Kakak Iparnya, dalam keadaan marah yang amat sangat.

bukannya menjauh, Laras justru mendekat pada Ardi.

"Mas ... Mas Ardi lagi marah?"

Diam. Hanya suaranya yang memburu.

"Kalau marah jangan dibawa ke tempat kerja, Mas. kasihan yang lain pada takut kalau Mas Ardi marah." sambung Laras polos. Maksud hati ingin menenangkan emosi kakak iparnya.

Saat, Ardi berbalik, Laras kaget, wajah sembab dari Ardi.

"Mas, habis nangis ya?"

Ardi mengusap wajahnya kasar. Ardi tahu, adik istrinya ini begitu lugu. Rasanya tak mungkin melampiaskannya dalam marah di hadapannya.

tiba-tiba, Ardi langsung menarik tangan Laras, berjalan ke depan, semua mata karyawan memandang mereka hingga deru motor besar pun meraung.

Laras, memeluk pinggang Ardi kencang-kencang, karena lelaki yang sedang rapuh itu, melajukan motornya sangat kencang.

Hingga, mata Laras hanya terpejam saja, berlindung di balik punggung Ardi.

Akhirnya Ardi melambatkan lajunya motornya, dan berhenti disebuah jalanan yang cukup sepi.

"Turun!" Ardi mengolengkan sedikit motornya. Bentakan Ardi membuat Laras kaget. Laras segera turun, namun, kakinya yang ketakutan masih lemas, tak kuat menopang bobot tubuhnya, Laras jatuh terduduk di tanah. Sambil memegangi kepalanya yang pusing.

""Aduh ... kepalaku, pusing!"

Ardi terdiam, dirinya masih di atas motornya. Niatnya ingin meninggalkan adik iparnya ini, pelampiasan kemarahannya pada kakaknya.

"Kau! merepotkan saja!"

Pelan-pelan Laras tersadar dari sesuatu.

Saat hendak berdiri, lagi-lagi kakinya masih bergetar.

"Ih, kenapa juga kakiku." Pukul Laras pada kakinya sendiri.

Ardi turun dari motornya dan membantu Laras berdiri.

Namun, di akukannya dengan kasar.

"Dulu! kakakmu pun bersikap sama kaya kamu, sok polos! lugu! tapi nyatanya, aku tertipu dengan sifatnya, yang ternyata hanya kedok!'

"Mas Ardi kalau marah pada kakakku, jangan lampiaskan padaku! jangan samakan aku seperti dia!" Akhirnya Laras mampu juga untuk membela dirinya sendiri.

"Mas Ardi sendiri yang memilih menjadi istri kan? jangan salahkan aku!" sambung Laras, tak terima rasanya, sifat dan sikapnya di samakan dengan kakaknya itu.

"Kau!"

"Apa! kaget! Mas pikir aku nggak bisa bicara ketus! atau nggak bisa marah! "

Laras melepaskan cekalan tangan Ardi pada lengannya dengan kasar.

Laras segera membalikkan tubuhnya, hendak pergi secepatnya dari hadapan Ardi. Namun, tangan lelaki itu langsung menariknya kembali, dan mendekatkan Laras dekat dengan tubuhnya, secepat kilat, Ardi langsung mencium bibir Laras dengan brutal. Laras kaget dan berontak, tapi apalah artinya tenaganya kalah dengan emosi Ardi. Laras pasrah saja, gerakan bibir Ardi membuat Laras terpukau, dan mulai menikmati alurnya. Ardi semakin kuat merengkuh tubuh adik iparnya itu. Napasnya memburu. Jalanan yang memang sepi itu, membuat lelaki tampan itu semakin bebas. Ardi memegang kedua pipi Laras dengan tangannya, melepasnya sesaat, memandang wajah Laras yang sudah memerah semu. Mereka saling pandang. Laras merasakan pandangan yang berbeda dalam mata lelaki itu. Pelan Ardi mendaratkan bibirnya kembali, kali ini lebih lembut , Laras tak kuasa untuk menolaknya. Lalu, Ardi melepaskan pautan bibirnya. Melihat Laras memejamkan matanya, nampak sangat menikmati ciuman yang baru saja pertama kali dalam hidupnya.

Keduanya saling tersadar.

Ardi terdiam. Memandang wajah Laras.

"Kau ..." bisik Laras menyembunyikan malunya, atas respon bibirnya saat Ardi menciumnya.

"Ayo, pulang," ajak Ardi kemudian.

Laras terdiam, "aku tak mau ngebut, a–ku ..." kata-kata Laras mengambang.

"Naiklah ..."

Laras naik ke bocengan motor besar milik Ardi. Pelan Ardi melajukan motornya, kali ini tidak sekencang yang tadi, dan Laras tak berani, memeluk pinggang Ardi, seperti yang Laras lakukan tadi. Tiba-tiba, tangan lelaki itu menarik salah satu tangan Laras, untuk berpegangan pada pinggangnya. Laras hanya menurut saja apa yang Ardi minta.

Sesampainya di cafe, nampak sudah ramai dengan para pelanggan. Ardi masih cuek dengan sekitar. Sikap dan semuanya datar, biasa saja. Laras mengimbangi hal tersebut.

Tugas koki pun segera lakukan, tapi kini sudah tidak dalam keadaan marah lagi.

Lukman menyenggol Laras, "Hai, kakakmu sudah nggak marah lagi?"

Laras menggeleng pelan.

***

"Kau, sekarang jadi selingkuhan ku," ucap Ardi pada Laras, yang masih terbengong saat dirinya melihat Ardi hanya bertelanjang dada.

Laras hanya gigit bibirnya pelan, saat Ardi mulai mendekati dirinya.

Laras mundur hingga kini tubuhnya mepet pada tembok kamar ganti. Ardi terus melangkah pelan hingga tubuhnya sangat dekat dengan tubuh Laras.

Mata Laras hanya terpejam, teringat kejadian kemarin, saat dirinya berciuman dengan kakak iparnya ini, dan Laras menikmatinya.

Tangan Ardi mengebrak tembok di atas kepala Laras.

"Buka matamu. Kau dengar tidak!'"

Laras kaget, dan langsung membuka matanya, dan beradu pandang dengan Ardi. Hatinya berdegup kencang. Walaupun ada rasa bahagia, tapi kini berganti khawatir yang amat sangat, saat perilaku Ardi yang biasanya lembut kini terkesan kasar dan penuh emosi.

"Kau dengar tadi kata-kataku?"

"Yang mana?" tanya Laras terbata dan sangat pelan, aroma dari mulut Ardi terasa sekali dalam hidungnya.

Brak! Lagi-lagi Ardi mengebrak tembok itu lagi, jantung Laras semakin kacau.

"KAU! SEKARANG JADI SELINGKUHANKU, INGAT! HARUS NURUT APA KATAKU, PAHAM!"

Arti berkata dalam penuh tekanan. Amarahnya pada Puspa seakan dilimpahkan pada Laras.

Laras hanya diam dan terus memandang Ardi.

"Apa maumu? Bila kau menyuruhku jadi selingkuhanmu?" Laras akhirnya berani juga bertanya tanpa embel-embel sebagai adik ipar.

Sekali lagi Ardi mengernyitkan dahinya, wajahnya semakin dekat pada wajah Laras yang kalah tinggi dengan Ardi.

Tangan Ardi mendongakan dagu Laras, pelan bibir Ardi mendarat di bibir Laras dengan kasar.

Laras hendak berontak, namun wajahnya dengan kuat dipegang Ardi. Hingga Laras tak bisa bernapas. Cepat-cepat Ardi melepas pangutan bibirnya.

"Dengar, aku bisa berlaku lebih, bila kau ..."

"Bila aku apa!!! Aku tak mau kau pak ..." Belum juga Laras selesai berkata. Kembali Ardi merengkuh tubuh Laras dalam pelukannya, dan melumat lagi bibir Laras, kali ini terasa lebih.

Laras merespon semua perilaku Ardi, hingga terdengar decakan bibir saling beradu panas.

"Mphhh ..." Laras merasakan bibirnya begitu nikmat. Ardi begitu pintar melakukan kiss French. Hingga Laras, langsung pandai mengimbangi ciuman Ardi.

Ardi melepas ciuman itu, wajahnya masih sangat dekat dengan Laras.

Wajah Laras memerah karena menahan napas. Ardi merasa terpuaskan.

Sementara itu, dalam kamar, terjadi pertengkaran antara ibu dan anak.

"Aku sudah cukup sabar, Mah! apa lagi saat ini, hobi Mama yang membunuh Papa!"

Plak! Sebuah tamparan mendarat ke pipi Puspa.

"Jangan salahkan kematian Papa, karena Mama, kau tidak tahu bagaimana hidup dengan suami pengangguran dan harus menghidupi dua anak kecil yang butuh banyak biaya!"

Puspa meraba pipinya yang sudah memerah, bukannya Puspa diam. justru dia semakin menjadi.

"Aku akan menebus rumah ini, yang hampir disita Bank, jadi jika Mama tak mengubah kebiasaan mama, lebih baik , mama angkat kaki dari rumah ini!"

"Kau!!!"

"Puspa cape, Mah! bagaimana rasanya, tiap malam cari uang hanya untuk penuhi kebutuhan Laras dan mama!"

Mama terdiam melihat Puspa , anak sulungnya. Rasanya ada rasa tak percaya pada kenyataan yang ada. Dia mendidik anaknya dalam didikan yang keras, agar tak seperti dirinya, yang menikah dengan lelaki malas dan pengangguran. Lalu, menerima begitu saja, lamaran dari Ardi. Mamanya pikir bisa merubah kehidupan anaknya. Tapi nyatanya? Puspa tak bisa dikendalikan.

Mamanya tahu, perbuatan Puspa yang selingkuh di kantornya, tapi seorang ibu, mencoba untuk menutupinya agar anaknya tak tercoreng mukanya di depan suaminya.

Namun, justru ini kenyataannya. Puspa malah tak terima, atas nasehat ibunya. hingga mengungkit luka lama keluarga.

Mamanya diam, kini, Anaknya berani mengusir mamanya sendiri dari rumah.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Iparku Mantan Mafia Jalanan   Bab 69. Ulah Bringas Bardi

    Kali ini, cecunguk dari preman pasar itu membuat rencana yang sungguh buruk."Kita harus balas perbuatan ini, Sialan! aku dihinanya tanpa ampun!!""Benar , bos. mengapa kita nggak balas saja. lama-lama bikin enek tuh orang!"Bardi memukul meja di depannya. "Bawa perlengkapan, malam ini kita harus dapat apa yang kita mau! sepertinya banyak harta yang dia sembunyikan!""Siap bos!"Di malam itu, beberapa orang suruhan. Bardi termasuk dirinya masuk menyelinap ke dalam rumah Baskoro. Rumah yang tanpa penjaga itu, begitu gampang disantroni oleh kelompok Bardi yang kali ini membawa anak buahnya yang cukup banyak."Kau jaga bagian Utara, aku mau masuk dan mencari seseorang," bisik Bardi pelan pada anak buahnya. Mereka mengangguk pelan.Bardi mendekati kamar yang paling luas, di sana ada Kartika yang sedang tertidur pulas, tak menyadari kalau rumah besarnya sudah dalam kepungan kawanan perampok. Pelan Bardi masuk dan dengan insting malingnya sudah bisa menggasak beberapa uang dalam lemari.Sa

  • Iparku Mantan Mafia Jalanan   Bab 68. Sukses

    Deni menatap seorang wanita yang sedang berjalan menuju sebuah tempat, dia kenal betul dengan wanita itu, walaupun kini hanya berpakaian seadanya, tanpa ada riasan mikap yang tebal, pelan, Deni mengikuti wanita itu.Terus hingga pada ujung sebuah gang, wanita itu masuk ke dalamnya, rumah yang sangat sederhana, bahkan jauh dari kata sederhana tersebut.Saat wanita itu hendak membuka pintu reotnya, Deni memanggilnya."Mah .... mamah?!"Lastri mendengar suara itu, dan langsung berbalik badan, dilihatnya Deni dengan mata terbelalak. Penampilan Deni yang hampir saja ibunya tak mengenalinya."Siapa kamu?!' Lastri waspada."Mah, aku Deni mah." "Deni?! kau ..." Lastri terbengong melihat penampilan anaknya sekarang.Deni segera mendekati ibunya, dan memeluknya erat.Lastri sungguh shock menghadapi hal ini, mengapa disaat seperti ini dipertemukan lagi dengan anaknya, karena ulah Deni lah yang membuat dirinya dan suami harus kocar-kacir. "Kau ... bagaimana aku harus bersikap, aku membencimu ju

  • Iparku Mantan Mafia Jalanan   Bab 67. Risalah Hati

    Deni mengikuti mobil yang membawa Puspa. Dirinya pun kaget dengan perubahan pada diri Puspa kekasihnya. Wajah dan tubuhnya sudah tak secantik dan seseksi dulu. Tapi Pri masih penasaran siapa yang membawa Puspa tersebut. Selama mengenal Puspa, hanya mendengar cerita dari Puspa saja tentang Mamanya yang dulu selalu meminta uang, sama sekali tak pernah bertemu dan mengenal mama dari kekasihnya ini.Pri mengendarai sebuah sepeda motor butut, dirinya berkali-kali kewalahan dalam mengejar laju mobil yang membawa Puspa. Sudah tiga kali Deni alias Pri harus berhenti untuk mengisi bensin, begitu juga motor yang selalu ngadat. Tapi lelaki itu tak menyerah, terus saja menguntit mobil tersebut. Bukan Deni bila hal lacak melacak saja tak bisa, walaupun kini dengan fasilitas seadanya, dia masih bisa mengejar mobil tersebut, walau terseok-seok. Roman-roman rute yang dilaluinya membuat dahinya berkerenyit? apakah ini menuju villa milik bos Baskoro? dugaan Pri tak salah lagi.Motor Pri mulai dat det d

  • Iparku Mantan Mafia Jalanan   Bab 66. Kebersamaan

    Laras dan Ardi menceritakan keinginannya pada Heri, ajudan pribadi Baskoro yang sangat terpercaya. Dengan dibantiu Hamdan, mereka mempersiapkan semua keperluan pernikahan dari pendaftaran ke KUA, dan segala urusan.Baskoro dan Kartika mengurus rumah ngaji dengan sungguh-sungguh. Kini ijin dari sarana pendidikan ini pun sudah turun, dari RT dan kecamatan setempat, bahkan banyak warga yang tak mampu, menitipkan anaknya untuk menimba ilmu keagamaan di rumah ngaji. Baskoro pun merekrut beberapa guru agama dan beberapa guru dengan ilmu bidang pengetahuan yang lainnya.Kartika semakin memperhatikan keadaan Baskoro, rahasia kesehatan lelaki gaek itu kini menjadi tanggung jawabnya.Sejak kecelakaan yang mengakibatkan dirinya sakit berbulan-bulan, Baskoro di prediksikan oleh dokternya hanya punya kesempatan hidup beberapa bulan saja, klep jantung yang terpasang mulai bermasalah, napasnya gampang sesak, tubuhnya semakin melemah. Namun, keajaiban Tuhan memberikan pada Baskoro hingga dirinya masi

  • Iparku Mantan Mafia Jalanan   Bab 65. Langganan Tetap

    Kinasih mampu merekrut banyak pelanggannya lewat pijet plus-plusnya yang tak disengajanya. Dia kini bisa menghimpun banyak komunitas , banyak kenalan di tempat yang baru, identitasnya yang baru tak dikenal banyak orang. Dirinya kini dikenal dengan nama Lastri, janda tanpa anak yang masih menyiratkan kecantikannya walau dalam usia yang tak muda lagi."Saya ingin tahu, bang, memang villa itu milik siapa? tanya Lastri pura-pura tak tahu menahu tentang kepemilikan dari vila milk Baskoro tersebut."Itu dulu punya orang besar, yang katanya sekarang sudah insaf dan menjadikan villa itu jadi tempat ngaji.""Orang besar? pejabat kang? atau apa?""Kau banyak tanya sih!! yang aku tahu dulu dia punya banyak centeng yang bisa membungkam seluruh warga dengan uangnya paham!""Bungkam? untuk apa?" "Ya, untuk tidak membocorkan adanya vila tersebut. ah sudahlah , ayo pijat punggungku ini, jangan lupa pijat punya ku juga ya." jawil lelaki yang sudah bertelanjang dada itu pada dagu Lastri dengan manja.

  • Iparku Mantan Mafia Jalanan   Bab 64. Kasih Sayang

    Tangan Baskoro pelan mengusap rambut anaknya, Andai waktu bisa diputar pasti Baskoro akan mengambil Laras dari Kartika. Tapi semua sudah menjadi takdir yang kuasa. Juga Laras yang mencintai Ardi, dirinya sudah tak asing dengan lelaki macho itu, bahkan sudah pernah duel, jadi tahu kemampuan mading-masing. Kini Baskoro ingin menata hidupnya sebaik mungkin. Menjalin hubungan antara manusia sebaik mungkin, juga seimbang hubungan dengan sang maha pencipta."Ayah, apa sudah ayah pikirkan menikah dengan mama?"Baskoro mengangguk, "Aku butuh seseorang yang akan menjadi sahabat dan tumpuan anak perempuanku.""Jadi karena aku, bukan karena cinta?"Baskoro, mengangguk lagi," Aku sudah tua, tak butuh cinta di atas ranjang. begitu juga mama kamu, tak memikirkan hal berbau birahi."Laras memandang Ayahnya dengan tatapan syahdu."Mengapa kau tanyakan itu?'"Aku baru pertama mengenal ayah, yang aku tahu ayah adalah ....'"Preman? atau orang yang kejam? aku menyadari segalanya, saat nyawaku tinggal se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status