Share

Bab 6. Resah

Penulis: EL Dziken
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-14 18:00:22

Diipandangnya wajah Laras sesaat. Ruangan ganti cafe yang memang sepi, karena jam pulang sudah berakhir dari tadi.

Tangan Ardi bergerak pelan menuju dua gundukan kenyal yang masih terbalut kemeja rapi. Ardi meremas keduanya dengan kedua tangan tangannya, pelan. Laras kaget dan hendak menyingkirkan tangan itu. Tapi apa daya, tangan Ardi begitu kokoh menyerang dua aset miliknya. Gerakan meremas, memutar dari bawah gundukan itu membuat Laras yang baru pertama kali merasakan hal itu, merasa nyaman dan enak. Mata Laras terpejam merasakan pijatan tangan Ardi, satu kepalan pas dalam genggaman tangan itu.

"Ishh ..." Laras mendesis nikmati hal tersebut, antara sakit dan enak. Ardi tak berusaha membuka kemeja milik Laras. Dia hanya meremas-remas gundukan itu, menemukan dua ujungnya yang sudah berdiri. Jari Ardi semakin lihay, memainkannya, penutup bra-nya, sedikit terangkat ke atas. Masih berbalut kain kemeja, Ardi terus menikmati benda kenyal dalam tangannya tersebut. Seakan sudah lama Ardi tak bersentuhan dengan benda tersebut.

Laras memandang wajah Ardi. Ardi memandang wajah Laras dalam tatapan sendu. Tak lama gerakan itu melemah.

"Pergilah, aku pesankan greb, untuk kau pulang."

Laras bingung, atas sikap kakak iparnya ini. Mengapa? Apa nggak pernah menyentuh barang punya istrinya? Kok gragas sekali meremas punyaku, pikir Laras .

Laras hanya mengangguk dan menyingkir pelan dari hadapan Ardi.

***

Dalam kamarnya, Laras masih juga merasakan ciuman dan remasan itu, apa tidak salah?

Jadi selingkuhan? Aku? Laras menunjuk dirinya. Maksudnya apa? Apakah sedang ada perang dingin antara Puspa dan Ardi?

Tapi? Tak sadar, Laras menyentuh dadanya sendiri. Ah, aku ternoda. Mengapa aku mau saja, punya ku ini diremes-remes. Tapi kok enak. Laras meremas punyanya sendiri.

Dan kembali merasakan kenikmatan saat tangan Ardi memainkannya. Ah ... Apa aku keterlaluan hingga aku pun juga menikmati rasa itu? Laras segera mengenyahkan rasa itu, dan segera bangkit keluar dari kamarnya, dan mencari mamanya yang sedang duduk menonton televisi sendirian.

"Mama, mau bicara denganmu, Laras. saat ini ... mama mau kontrak saja, kau ikut mama, atau tinggal di sini.'

"Apa! maksud Mama?! mama mau kontrak rumah?!" Laras terkejut.

Brak! Laras menggebrak meja rias milik kakaknya. Puspa mendelik atas perbuatan Laras tersebut.

"Maksud kamu apa hah! pakai gebrak meja depan aku!"

"Kakak punya otak nggak sih? mengapa menyuruh mama keluar dari rumah ini? nggak tahu diri amat!"

"Hai! tolol! tahu nggak ini rumah sudah aku bayarin semuanya. Aku sudah menebusnya dari Bank. hutang-hutang mama selama ini siapa yang bayarin? enak sekali nuduh aku nggak punya otak. itu terserah mama, pokoknya aku sudah peringatkan mama untuk menghentikan hobi mama yang suka dengan kredit mengkredit itu, kalau mama nggak suka aturan aku, ya udah sana ... keluar saja dari rumah ini, ' jelas Puspa lantang.

Laras hanya terdiam, "tapi tidak menyuruh mama, pergi dari rumah ini kali, kak!'

"Sudah aku bilang , kalau nggak mau turuti perintahku, mama boleh tinggalkan rumah ini, kalau mau tinggal ya, turuti perintahku, enak toh."

Dari dulu memang sifat Puspa yang pemarah dan arogan bikin Laras selalu saja berselisih paham dengannya.

"Aku ikut mama, "

"Oh, terserah ... baguslah kalau begitu. aku tak perlu keluarkan uang untuk biaya makan mi."

"Dari dulu aku pun tak pernah minta makan darimu, Kak!"

Laras langsung keluar dari kamar kakaknya dan membanting pintunya keras-keras.

Saat baru keluar kamar dirinya berpapasan dengan kakak iparnya. Mata mereka saling beradu. Laras segera menunduk dan cepat-cepat menyingkir dari hadapannya.

***

Tak ada suara yang macam-macam, bahkan Puspa yang bicaranya kasar kali ini hanya diam saja, Tatkala Ardi ingin meninggalkan rumah.

"Aku sudah cukup sabar menghadapi kamu, Puspa. tapi kau tak mengindahkan keputusanku. Jadi jangan halangi aku." Ardi memakai tas gunungnya. Dengan tak banyak kata dirinya keluar dari rumah. Tanpa pamit pada Mama.

Mama melihatnya pun tak mencegahnya. Mama tahu tabiat Puspa. Mama hanya menghela napasnya panjang, dan masuk ke dalam kamarku.

"Besok, Mama mau cari rumah kontrakan. Temani Mama ya, oh ya, kalau ada sedikit tabungan, pinjamkan dulu lah sama Mama, nanti tak ganti."

Laras mengangguk, "Iya, Mah " jawabnya pelan. Lalu mengambil dompet, dan menyerahkan uang hampir sebesar satu juta lebih.

"Ini, Mah, cari kontrakan nggak usah yang besar-besar ya, Mah."

Mama, hanya mengangguk. "Sekarang tidurlah. pasti sebentar lagi ada yang mengamuk. tutup pintu kamarmu." Lalu, Mama keluar dari kamar.

kebiasaan Puspa yang selalu mengamuk. kelabilan hatinya terkadang membuat Laras sebal.

Benar saja, kata Mama. sekilas samar-samar Laras, mendengar berbagai benda pecah dari kamar kakaknya itu. Entah apa yang pecah. Laras sudah tak peduli lagi pada Puspa.

***

Malam ini, tampak Ardi berada di sebuah kamar bersama salah satu temannya.

"Maafkan aku bro, jadi numpang di rumahmu, tadinya aku mau ke cafeku, tapi aku lagi ingin punya teman bicara."

"Santai sajalah, bro. Ceritakan apa yang telah terjadi. bukan karena perempuan kan?"

Ardi tersenyum kecut. Selama hidupnya, rasanya sudah puas bergelimang wanita. kini saat hidupnya ingin lebih tenang, dengan memilih Puspa sebagai pelabuhan terakhirnya, ternyata gagal. Ardi bak mendapat buah busuk. Malam pertama pun menjadi aib baginya. Mendapati Puspa sudah tak perawan lagi. Mungkin ini bisa saja karma bagi dirinya. Tapi , perilaku Puspa yang membuatnya tak bisa menahan emosi.

"Ar ... jangan melamun, ini kopimu. Maafkan bila kata-kataku menyinggungmu."

"Tidak, Bas. Aku ingin ... oh ya ... masih kau simpan nomer Mister Road?"

Baskoro, terdiam, "Mengapa kau tanya, apakah?"

"Tidak, aku hanya ingin bertemu saja, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan."

Baskoro hanya mengangguk mengerti. Lalu menyerahkan nomor tersebut.

***

Pagi ini, Ardi kembali seperti biasa, kegiatannya yaitu menjadi koki di cafenya, menu andalan nasi goreng spesial menjadi favorite para pengunjung pagi ini.

Banyak para pekerja kantoran yang tak sempat sarapan, di jam bebas tugasnya, menyempatkan diri mampir ke cafe Ardi hanya untuk sekedar minum kopi ataupun mencari menu spesial tersebut.

Andai, Ardi tak punya kharisma pasti drinya sangat kesusahan mencari pelanggan cafenya.

Hem, sebagian mereka mengenal Ardi dari masih lajang. Seorang yang jagoan di jalanan. Sudah mendarah daging, setiap trek motor besar, dirinya pasti menang. Pundi-pundi uang dikumpulkan hanya untuk bersenang-senang saja. Memuaskan masa muda.

Banyak teman wanita dalam pelukan Ardi.

Lamunan itu, terhenti, kala Laras tak sengaja, menyenggol beberapa barang dekat pintu.

Semua mata memandangnya, termasuk Ardi. Laras segera membungkuk meminta maaf, dan membetulkan kembali barang-barang yang terbuat dari plastik tersebut. Untung saja, tidak pecah, batin Laras.

Waktu berlalu biasa saja. Laras bekerja tanpa banyak kata. Merasa ada yang janggal saja hari ini. Ingatannya tak pernah lupa atas perlakuan Ardi tempo hari.

Tiba-tiba, telepon Laras, berdering. Laras segera menerima panggilan ponsel itu yang ternyata dari Mamanya.

"Iya, Mah."

Mama mengabarkan kalau sudah mendapatkan sebuah kontrakan yang tak jauh dari tempat kerja Laras.

Laras tersenyum, "Iya, Mah. semoga ini yang terbaik, ya Mah. Maafkan Laras nggak bisa bantu beres-beres deh, tapi besok Laras mau ijin seharian biar bisa secepatnya pindah."

Tak lama panggilan tersebutpun berhenti.

Laras tak menyadari, ada seseorang di belakang Laras.

"Kenapa, pindah? di usir Mak Lampir?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Iparku Mantan Mafia Jalanan   Bab 69. Ulah Bringas Bardi

    Kali ini, cecunguk dari preman pasar itu membuat rencana yang sungguh buruk."Kita harus balas perbuatan ini, Sialan! aku dihinanya tanpa ampun!!""Benar , bos. mengapa kita nggak balas saja. lama-lama bikin enek tuh orang!"Bardi memukul meja di depannya. "Bawa perlengkapan, malam ini kita harus dapat apa yang kita mau! sepertinya banyak harta yang dia sembunyikan!""Siap bos!"Di malam itu, beberapa orang suruhan. Bardi termasuk dirinya masuk menyelinap ke dalam rumah Baskoro. Rumah yang tanpa penjaga itu, begitu gampang disantroni oleh kelompok Bardi yang kali ini membawa anak buahnya yang cukup banyak."Kau jaga bagian Utara, aku mau masuk dan mencari seseorang," bisik Bardi pelan pada anak buahnya. Mereka mengangguk pelan.Bardi mendekati kamar yang paling luas, di sana ada Kartika yang sedang tertidur pulas, tak menyadari kalau rumah besarnya sudah dalam kepungan kawanan perampok. Pelan Bardi masuk dan dengan insting malingnya sudah bisa menggasak beberapa uang dalam lemari.Sa

  • Iparku Mantan Mafia Jalanan   Bab 68. Sukses

    Deni menatap seorang wanita yang sedang berjalan menuju sebuah tempat, dia kenal betul dengan wanita itu, walaupun kini hanya berpakaian seadanya, tanpa ada riasan mikap yang tebal, pelan, Deni mengikuti wanita itu.Terus hingga pada ujung sebuah gang, wanita itu masuk ke dalamnya, rumah yang sangat sederhana, bahkan jauh dari kata sederhana tersebut.Saat wanita itu hendak membuka pintu reotnya, Deni memanggilnya."Mah .... mamah?!"Lastri mendengar suara itu, dan langsung berbalik badan, dilihatnya Deni dengan mata terbelalak. Penampilan Deni yang hampir saja ibunya tak mengenalinya."Siapa kamu?!' Lastri waspada."Mah, aku Deni mah." "Deni?! kau ..." Lastri terbengong melihat penampilan anaknya sekarang.Deni segera mendekati ibunya, dan memeluknya erat.Lastri sungguh shock menghadapi hal ini, mengapa disaat seperti ini dipertemukan lagi dengan anaknya, karena ulah Deni lah yang membuat dirinya dan suami harus kocar-kacir. "Kau ... bagaimana aku harus bersikap, aku membencimu ju

  • Iparku Mantan Mafia Jalanan   Bab 67. Risalah Hati

    Deni mengikuti mobil yang membawa Puspa. Dirinya pun kaget dengan perubahan pada diri Puspa kekasihnya. Wajah dan tubuhnya sudah tak secantik dan seseksi dulu. Tapi Pri masih penasaran siapa yang membawa Puspa tersebut. Selama mengenal Puspa, hanya mendengar cerita dari Puspa saja tentang Mamanya yang dulu selalu meminta uang, sama sekali tak pernah bertemu dan mengenal mama dari kekasihnya ini.Pri mengendarai sebuah sepeda motor butut, dirinya berkali-kali kewalahan dalam mengejar laju mobil yang membawa Puspa. Sudah tiga kali Deni alias Pri harus berhenti untuk mengisi bensin, begitu juga motor yang selalu ngadat. Tapi lelaki itu tak menyerah, terus saja menguntit mobil tersebut. Bukan Deni bila hal lacak melacak saja tak bisa, walaupun kini dengan fasilitas seadanya, dia masih bisa mengejar mobil tersebut, walau terseok-seok. Roman-roman rute yang dilaluinya membuat dahinya berkerenyit? apakah ini menuju villa milik bos Baskoro? dugaan Pri tak salah lagi.Motor Pri mulai dat det d

  • Iparku Mantan Mafia Jalanan   Bab 66. Kebersamaan

    Laras dan Ardi menceritakan keinginannya pada Heri, ajudan pribadi Baskoro yang sangat terpercaya. Dengan dibantiu Hamdan, mereka mempersiapkan semua keperluan pernikahan dari pendaftaran ke KUA, dan segala urusan.Baskoro dan Kartika mengurus rumah ngaji dengan sungguh-sungguh. Kini ijin dari sarana pendidikan ini pun sudah turun, dari RT dan kecamatan setempat, bahkan banyak warga yang tak mampu, menitipkan anaknya untuk menimba ilmu keagamaan di rumah ngaji. Baskoro pun merekrut beberapa guru agama dan beberapa guru dengan ilmu bidang pengetahuan yang lainnya.Kartika semakin memperhatikan keadaan Baskoro, rahasia kesehatan lelaki gaek itu kini menjadi tanggung jawabnya.Sejak kecelakaan yang mengakibatkan dirinya sakit berbulan-bulan, Baskoro di prediksikan oleh dokternya hanya punya kesempatan hidup beberapa bulan saja, klep jantung yang terpasang mulai bermasalah, napasnya gampang sesak, tubuhnya semakin melemah. Namun, keajaiban Tuhan memberikan pada Baskoro hingga dirinya masi

  • Iparku Mantan Mafia Jalanan   Bab 65. Langganan Tetap

    Kinasih mampu merekrut banyak pelanggannya lewat pijet plus-plusnya yang tak disengajanya. Dia kini bisa menghimpun banyak komunitas , banyak kenalan di tempat yang baru, identitasnya yang baru tak dikenal banyak orang. Dirinya kini dikenal dengan nama Lastri, janda tanpa anak yang masih menyiratkan kecantikannya walau dalam usia yang tak muda lagi."Saya ingin tahu, bang, memang villa itu milik siapa? tanya Lastri pura-pura tak tahu menahu tentang kepemilikan dari vila milk Baskoro tersebut."Itu dulu punya orang besar, yang katanya sekarang sudah insaf dan menjadikan villa itu jadi tempat ngaji.""Orang besar? pejabat kang? atau apa?""Kau banyak tanya sih!! yang aku tahu dulu dia punya banyak centeng yang bisa membungkam seluruh warga dengan uangnya paham!""Bungkam? untuk apa?" "Ya, untuk tidak membocorkan adanya vila tersebut. ah sudahlah , ayo pijat punggungku ini, jangan lupa pijat punya ku juga ya." jawil lelaki yang sudah bertelanjang dada itu pada dagu Lastri dengan manja.

  • Iparku Mantan Mafia Jalanan   Bab 64. Kasih Sayang

    Tangan Baskoro pelan mengusap rambut anaknya, Andai waktu bisa diputar pasti Baskoro akan mengambil Laras dari Kartika. Tapi semua sudah menjadi takdir yang kuasa. Juga Laras yang mencintai Ardi, dirinya sudah tak asing dengan lelaki macho itu, bahkan sudah pernah duel, jadi tahu kemampuan mading-masing. Kini Baskoro ingin menata hidupnya sebaik mungkin. Menjalin hubungan antara manusia sebaik mungkin, juga seimbang hubungan dengan sang maha pencipta."Ayah, apa sudah ayah pikirkan menikah dengan mama?"Baskoro mengangguk, "Aku butuh seseorang yang akan menjadi sahabat dan tumpuan anak perempuanku.""Jadi karena aku, bukan karena cinta?"Baskoro, mengangguk lagi," Aku sudah tua, tak butuh cinta di atas ranjang. begitu juga mama kamu, tak memikirkan hal berbau birahi."Laras memandang Ayahnya dengan tatapan syahdu."Mengapa kau tanyakan itu?'"Aku baru pertama mengenal ayah, yang aku tahu ayah adalah ....'"Preman? atau orang yang kejam? aku menyadari segalanya, saat nyawaku tinggal se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status