Share

Chapter 3

Author: Asayake
last update Last Updated: 2025-07-21 23:25:02

“Kenapa kau tidak memberitahuku sebelumnya, jika akan ada seseorang tinggal di rumah kita?” tanya Grayson, berbicara dengan isterinya melalui telepon.

“Maafkan aku, Sayang. Ini sangat mendadak, aku sampai lupa untuk memberitahumu.”

“Dia anaknya siapa? Aku tidak pernah melihat dia sebelumnya,” tanya Grayson penasaran.

“Isela anaknya teman semasa sekolahku dulu, orang tuanya telah tiada dan sebatang kara, karena itu aku membawanya. Kau bisa membantu proses beasiswanya? Aku berencana menjadikan dia pelayan untuk menggantikan Regina yang akan menikah. Dia bisa bantu-bantu Lilith saat keteteran melayani Avery, Sanders dan Riven.”

Grayson mengusap keningnya dengan pijatan, ia tampak tidak begitu setuju denan rencana isterinya yang memberikan Isela bantuan sekaligus memberinya pekerjaan.

“Dia masih muda, jika masih sekolah, lebih baik bawa dia ke panti asuhan,” ucap Grayson dengan serius.

“Usianya sudah legal jika menjadi pekerja. Aku juga sudah berjanji pada ibunya, dia hanya tinggal menunggu satu tahun lagi untuk lulus sekolah, itu bukan waktu lama bagi kita mengurusnya,” jawab Dahlia memelas.

Grayson menghela napasnya dengan berat, menimang-nimang apa keputusan yang dia ambil atas permintaan tida biasa isteriya.

Dahlia adalah seorang artis papan atas, hampir setiap hari dia selalu sibuk dengan pekerjaannya, rasanya aneh ketika secara tiba-tiba Dahlia mendatangkan seorang anak perempuan dengan asal usul yang antah berantah.

Bagaimana jika gadis itu membuat masalah selama tinggal di rumahnya?

“Ayolah Grayson, untuk kali ini saja aku mohon padamu,” pinta Dahlia sekali lagi.

“Baiklah,” jawab Grayson dengan berat hati menyetujui keinginan isterinya untuk mengizinkan Isela tinggal di rumahnya dan menyekolahkannya.

***

Sebuah kamar sederhana berjajar dengan kamar pelayan lain akhirnya Isela dapatkan. Di kamar itu sudah tersedia kamar mandi, sebuah lemari dan ranjang kecil yang nyaman.

Isela suka..

Akhirnya dia memiliki kamar yang terdapat jendelanya..

Isela terduduk disudut ranjang dengan rambut yang setengah basah, gadis itu membuka koper dan tas yang telah dibawanya untuk ditata di tempat baru.

Saat Isela mengeluarkan beberapa berkas, tanpa sengaja dia menjatuhkan kaleng bekas minyak rambut milik ibunya yang ditempeli secarik kertas dengan tulisan tangan yang berantakan.

Isela mengambilnya kembali dari lantai dan membacanya.

‘Itu uang yang aku tabungkan selama dua tahun terakhir, selebihnya aku mencurinya dan Issabel. Gunakanlah untuk semua keperluanmu.’

Dibukanya kaleng itu yang terdapat sebuah kartu dengan buku tabungan berisi uang sejumlah tiga ribu dollar dan segulung uang yang diikat oleh karet.

Sudut bibir Issela sedikit terangkat mengukir senyuman sedihnya.

Isela sudah pergi sampai sejauh ini karena perjuangan ibunya, maka dia harus bertahan dan berjuang agar tidak mengecewakan ibunya. Isela akan mencari kesempatan dan waktu yang tepat untuk memberitahu Grayson bahwa dia adalah putrinya.

Isela tidak akan menuntut apapun andaipun Grasyon menolaknya, dia bicara hanya untuk memberitahu lelaki itu bahwa dia juga anaknya.

Tok tok tok

Lilith muncul diambang pintu. “Tuan Grayson ingin berbicara denganmu, temui beliau di lantai dua dan bawa berkas sekolahmu, dia ingin melihatnya. Jika kau tidak tahu jalan, telusuri saja ruangan samping dan cari tangga, tuan Grayson ada di ruangan paling ujung berpintu hitam.”

Tanpa membuang waktu, Isela mengambil semua yang diperlukan, sejenak berdiri didepan cermin untuk mengatur napas, mengumpulkan kekuatan untuk tetap tegar dan tidak terbawa perasaan saat nanti berbicara untuk pertama kalinya dengan Grayson.

Isela akhirnya keluar dari kamar. Setiap jengkal lantai yang Isela lalui tidak lepas dari kekaguman, satu demi satu ruangan yag tidak dikenal terlewati.

Langkah Isela perlahan terhenti saat tidak sengaja melihat potret photo besar terpajang di dinding.

Di potret photo itu, Grayson duduk berdampingan dengan seorang wanita cantik jelita, dikelilingi oleh ketiga anaknya yang memiliki paras menawan, terlihat harmonis dan begitu sempurna.

Isela tersenyum samar, hatinya ditelusupi sakit, tertampar oleh kenyataan yang menyadarkan diri, bahwa kehadirannya sudah seperti setitik nila yang akan menghancurkan kesucian keluarga Grayson.

Isela hanya seorang anak wanita penghibur, dia juga cacat. Apa yang bisa Isela harapkan? Tampaknya dia harus tahu diri tanpa perlu diingatkan siapapun.

“Untuk apa kau berkeliaran di sini?” tegur Avery yang tidak sengaja berpapasan dengan Isela.

Isela menurunkan pandangannya seketika begitu kedapatakan tengah memandangi potret photo keluarga Grayson. “Saya dipanggil tuan Grayson untuk menghadap ke ruangannya,” jawab Isela dengan suara bergetar.

“Lain kali, jangan sembarangan berkeliaran.”

“Saya mengerti, permisi.” Isela terburu-buru pergi mencari tangga yang telah disebutkan oleh Lilith.

Avery melipat tangannya didada, gadis itu tidak berhenti memandangi kepergian Isela dengan tatapan yang sinis. Meski baru pertama kali bertemu dan melihatnya, entah mengapa Avery sangat tidak suka dengan keberadaan Isela.

Disisi lain, Isela yang telah sampai di depan pintu ruangan kerja Grayson kini mengetuk pintu beberapa kali.

“Masuk,” perintah Grayson.

Memegang erat semua berkas sekolahnya, ragu-ragu Isela membuka pintu dan melihat keberadaan Grayson yang tengah duduk di kursi kerjanya.

Dengan langkah gemetar, Isela menghadap Grayson, mempertahankan kepalanya agar tetap terangkat lurus tanpa menyembunyikan wajahnya lagi. “Anda memanggil saya?”

Grayson mengangguk samar. “Silahkan duduk.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Isela: Putri yang Terbuang   Chapter 87

    “Ada undangan untukmu.”Sebuah amplop berwarna hijau terbingkai simpul putih sudah berada di tangan. Dalam satu tarikan, simpul yang mengikat itu terlepas. Amplop itu terbuka, berisikan sebuah undangan agar Jach datang di pesta pernikahan Audrey dan Dante yang akan berlangsung dua hari lagi.Jach akan menghadirinya, jika bisa mungkin bersama Isela. Bukan untuk membuktikan bahwa hatinya telah berlabuh pada perempuan lain, melainkan sebagai bentuk penghormatan atas hubungan lamanya dengan Audrey yang kini telah berakhir dengan menemukan jalannya masing-masing.“Bungamu,” seorang wanita menyerahkan bucket bunga mawar merah yang telah dipesan.“Terima kasih.” Jach memutuskan pergi meninggalkan tempat itu dengan seikat bunga mawar ditangan.Hari ini, Jach memiliki janji bertemu dengan Isela.Michaelin telah mengantarkannya ke tempat yang sudah Jach perintahkan untuk sedikit memolesnya.Jach tahu, Isela tidak perlu berusaha untuk bisa terlihat cantik. Tapi pada kenyataannya, berlian sa

  • Isela: Putri yang Terbuang   Chapter 86

    Lembayung sore memancar di langit barat, cahayanya menembus kaca dan jendela, menyebar lembut ke seluruh ruangan.Isela menyisir rambutnya panjangnya, membiarkannya tergerai lurus menyapu punggung. Lalu dikenakannya sepasang sepatu cantik yang tersimpan di rak. Sore ini, Isela akan bertemu Jach untuk memenuhi janji yang sempat terucap semalam.Isela tidak ingin melewatkannya karena mungkin, ini pertemuan terakhir mereka jika minggu ini Isela menyelesaikan urusan sekolahnya.Uang cek yang telah Dahlia berikan telah berhasil Isela cairkan dan tersimpan di buku tabungan. Esok, setelah Isela memiliki handphone, dia akan mendaftarkan dirinya lagi sebagai pasien yang membunuhkan donor mata.Satu persatu masalah sedikit terselesaikan, hanya tinggal menunggu hati Catelyna luluh, lalu mereka bisa pergi untuk membuka lembaran baru karena ditempat ini tidak ada rumah yang bersedia menjadi tempat mereka pulang.Bagi Isela, kebahagiaan dan keselamatan Catelyna sama berharganya dengan mimpinya u

  • Isela: Putri yang Terbuang   Chapter 85

    “Aku berhenti disini.” “Kenapa berhenti disini?” tanya Berry ragu untuk menepikan mobilnya. “Aku mau main dulu Berry,” jawab Isela berdusta. Pada akhirnya Berry menepikan mobilnya dan menurunkan Isela ditengah hiruk pikuk ibukota. Dengan energy yang kembali terisi penuh setelah sepanjang perjalanan tidur, Isela tidak membuang waktunya untuk pergi ke dinas social tempat ibunya berada. Hari ini, Isela harus memastikan Catelyna dalam keadaan aman, setelahnya, Isela akan pergi ke bank memeriksa keaslian cek yang dberikan Dahlia. Meski terlihat tidak tahu malu, Isela akan tetap mencairkan uangnya dan memindahkannya ke dalam tabungan pribadi untuk mempermudah semua kepentingan biaya operasinya. Mencari donor mata tidaklah mudah, membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk menanti. Namun dengan adanya uang, setidaknya Isela bisa pergi ke negara manapun yang memiliki donor untuknya. Dengan langkah sedikit terpincang-pincang itu Isela menelusuri bahu jalanan yang kini ramai. D

  • Isela: Putri yang Terbuang   Chapter 84

    Disaat semua orang berkumpul menunggu kabar Derec yang tengah ditangani. Isela memutuskan pergi dengan kondisi kaki yang telah terobati.Isela ingin kembali ke ibukota hari ini juga, perasaannya tidak tenang dan dilanda ketakutan.Saat dalam perjalanan ke rumah sakit, Dahlia yang ikut serta mendampingi, diam-diam berbisik padanya, menyampaikan sebuah ancaman menakutkan.“Kau sudah mendapatkan uang untuk biaya operasi matamu, sekarang pilihan ada di tanganganmu Isela. Jika kau mengaku sebagai anakku dan Grayson, kau tidak hanya akan menerima kebencianku seumur hidupmu, kau juga harus membayarannya dengan nyawa Catelyna yang saat ini ada di dinas social. Atau pilihan kedua, bungkam selamanya, lalu pergi keluar negeri tanpa menunjukan diri lagi, jalani hidup yang sesuai dengan kelasmu bersama Catelyna.”Uang sudah ada di tangan Isela, akselerasi sekolahnya telah diterima. Isela hanya perlu bertahan kurang dari satu minggu lagi untuk bisa angkat kaki dari kediaman Dahlia.Sesuai dengan ap

  • Isela: Putri yang Terbuang   Chapter 83

    “Ibu..”Dahlia terbelalak dengan wajah pucat pasinya, seluruh darah dinadinya membeku memenjarakan tubuhnya untuk berdiri terpaku menghadapi ketakutan yang begitu hebat sampai membuatnya lupa bagaimaca cara untuk bersuara.Ketegangan di ruangan itu meresap ke setiap inci udara, menjalar hingga ke kulit. Semua orang saling berpandangan, masing-masing membawa perasaan yang berbeda di dalam dada.Menyadari bahwa situasi buruk akan terjadi, Isela menghapus kasar air matanya dengan kasar, terburu-buru mengambil cek senilai $200.000 yang tergeletak di atas rerumputan dan segera memasukannya ke dalam saku.Derap langkah dan napas terengah tidak beraturan terdengar, Dahlia mundur selangkah, ia menggeleng dengan mata berkaca-kaca dicekik oleh ketakutan.“Ibu.. ibu katamu?” tanya Derec mendekat dengan langkah tertatih memegang erat tongkat, matanya gemetar hebat memandangi Isela dan Dahlia dengan tatapan tidak percaya setelah menyaksikan apa yang terjadi dengan mata kepalanya sendiri.Mendenga

  • Isela: Putri yang Terbuang   Chapter 82

    Riven menjinjing seember besar ikan yang telah didapatkanya dari memancing. Dilihatnya Isela tengah duduk sendiri di sebrang dapur dengan senyuman berseri terukir dibibirnya.Riven meninggalkan embernya dan menghampiri Isela. “Kau terlihat senang sekali,” celetuk Riven penasaran.Senyuman Isela kian lebar bersama suara tawa yang samar-samar. “Nyonya Marizawa memberikan aku sepatu es sakting,” ceritanya berantusias mengeluarkan kembali kotak sepatu dari dalam tasnya dan menunjukannya kepada Riven.Isela berceloteh tentang jantungnya yang berdebar kencang saat menerima hadiah dari Marizawa. Isela terlihat sangat bersemangat sekaligus malu-malu menceritakan ruangan Marizawa yang sebagiannya sudah pernah dia lihat di televisi.Alis Riven sedikit terangkat bersama senyuman. “Itu sepatu yang dirancang khusus dan memiliki nilai sejarahnya, kau tidak akan menemukannya di toko manapun.”“Kau tidak marah kan?” tanya Isela berhati-hati, Isela tidak mau hadiah yang diterimanya menimbulkan kecem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status