‘Malam ini, saya ingin kamu tidur di tempat saya.’Kalimat tersebut terus terngiang di kepala Reyna, padahal dirinya sudah pernah tidur satu atap dengan bosnya. Namun kalimat yang dilontarkan langsung dari mulut Andreas membuat adrenalin dalam diri Reyna seakan terpacu lebih dari biasanya. “Kenapa tidak dimakan, kamu kurang suka dagingnya?” tanya Andreas membuat Reyna menggelengkan kepalanya. Seakan bermain dengan pikiran masing-masing, Andreas jadi teringat telponnya dengan sang kakek yang kini belum sempat ia temui. Kakeknya menanyakan tentang berita pernikahan serta cucu untuknya, pria tua itu bilang bahwa ia ingin segera melihat cucunya seakan memperingati bahwa waktunya untuk mendapatkan anak seharusnya tak lebih dari seminggu terakhir ini. Anak itu harus lahir sebelum pernikahan kontrak ini kandas tanpa sepengetahuan Reyna, wanita itu masih tidak bisa mengatahui kenyataannya. “Pak Andreas,” panggil Reyna mencoba menyadarkan bosnya dari lamunannya. “Bagaimana jika kamu tingg
“Pak Andreas,” lenguh Reyna membuat Andreas sadar akan apa yang dirinya tengah lakukan. “Kamu tidak menyukainya?” tanya Andreas membuat Reyna mati-matian menahan keinginannya yang mendalam. Reyna menggelengkan kepalanya menandakan dirinya menyukai apa yang Andreas lakukan padanya, hanya saja Andreas tidak dapat melihat itu dalam kegelapan. Hingga lampu kembali menyala dan membuat keduanya saling bertatapan, karena salah tingkah Reyna dengan cepat turun dari pangkuan bosnya dan berlari cepat ke dalam kamar. Sedangkan Andreas mengusap wajahnya sendiri ketika kepalanya kembali mengulang kejadian sebelumnya saat bersama dengan Reyna. “Aku bisa gila,” ucap Andreas sembari melirik kebagian bawah tubuhnya yang menjendol. Miliknya bahkan berdiri hanya dengan mencium Reyna di dalam kegelapan. “Sepertinya aku harus mandi lagi,” gumam Andreas sendirian sebelum memilih masuk ke dalam kamarnya. Keesokan paginya, Reyna dan Andreas berangkat bersama dengan mobil yang sama, sebetulnya ini bukan
Setelah Reyna masuk ke dalam mobil, Andreas menaikan kembali kaca jendela mobilnya hingga tertutup rapat. "Kamu habis berkencan dengannya?" tanya Andreas dengan santainya pada Reyna.Reyna menggelengkan kepalanya. “Lalu, tadi habis apa?” tanya Andreas pada wanita di sampingnya. “Saya habis belanja bahan keperluan pribadi dan bahan makanan untuk di apartemen, lalu hendak pulang dan tidak sengaja bertemu dengan beberapa rekan kerja. Hanya saja tadi tinggal saya dan Pak Alex yang menawarkan untuk mengantar,” ucap Reyna. “Dia mau mengantarmu?” tanya Andreas. Reyna mengangguk. “Tapi saya menolaknya, karena saya tidak bisa membuat Pak Alex curiga tentang tempat tinggal saya sekarang,” ucap Reyna membuat Andreas mengangguk. “Ah, Bagaimana dengan Bu Clara?” tanya Reyna pada Andreas yang mengatakan bahwa wanita itu sudah baik-baik saja. Reyna mengangguk dengan perasaan lega. “Saya pikir Bapak tidak akan pulang malam ini, atau Pak Andreas hanya ingin mengambil baju di rumah saja?” tanya R
“Malam ini, kamu tidur di kamar saya,” ucapan Andreas berhasil membuat Reyna kini berada di dalam kamar Andreas. Wanita itu kini tidur di atas ranjang yang sama dengan bosnya. “Astaga, aku tidak bisa tidur kalau terus begini,” ucap Reyna yang merasa resah sedari tadi di dalam hatinya. Sedangkan Andreas terlihat baik-baik saja di samping Reyna. “Apa Pak Andreas benar-benar hanya ingin tidur di ranjang yang sama saja, tanpa adanya keinginan lain?” pikir Reyna.Melihat Andreas yang tidur menghadapnya, Reyna mencoba ikut tidur menghadap bosnya. Wanita itu menatap dengan lekat wajah Andreas yang tak memiliki kekurangan sama sekali. “Dia benar-benar tampan dan bersinar walau dalam kegelapan sekalipun,” gumam Reyna tanpa sadar mengatakannya. Reyna menelan salivanya, wajahnya memerah ketika mulai membayangkan dirinya yang bisa berciuman dengan pria sesempurna Andreas. “Apakah ada kesempatan untukku untuk benar benar memilikinya?” pikir Reyna dengan wajah masamnya.Reyna hampir saja tersen
“Ah!” setelah berteriak Reyna reflek memutar tubuhnya hingga sadar bahwa bosnya melakukan hal ini dalam keadaan sadar karena mata pria itu yang terbuka lebar. “Pak Andreas?” ujar Reyna seraya mengedipkan mata berkali kali seakan belum percaya dengan apa yang sebelumnya Andreas lalukan padanya. “Kamu tidak suka?” tanya Andreas membuat Reyna sedikit bingung di detik detik pertama sebelum wanita itu akhirnya menyadari satu hal. Andreas mendekatkan wajahnya ke wajah Reyna yang kini nampak tersipu malu namun tetap ia coba tahan. “Saya pasti salah dengar,” gumam Reyna yang dibalas smirk dari bosnya. “Saya benar benar bertanya, apa kamu menyukai apa yang saya lakukan barusan?” tanya Andreas membuat Reyna menelan salivanya. Reyna mencoba memikirkan hal yang lebih positif dari bayangannya saat ini, namun nampaknya tidak ada hal positif pada kejadian barusan yang ia rasakan. “Maksud Bapak ketika Pak Andreas melakukan itu?” tanya Reyna memastikan dan dibalas anggukan oleh Andreas.Reyna men
"Lipstik saya bisa berantakan kalau begini," bisik Reyna membuat Andreas juga mencoba menghapus noda lipstik di sekitaran mulutnya.Andreas menghela napas berat lalu menganggukan kepalanya tanda bahwa ia akan menghentikan kegiatan ini. "Kamu sudah boleh bekerja," ucap Andreas pada Reyna yang mengangguk sebelum keluar dari ruangan pria itu. Reyna mengeluarkan kaca kecil yang biasa ia letakan di laci meja kerjanya untuk mengecek noda lisptik yang mungkin masih ada di sekitaran bibirnya. Selesai membersihkannya, Reyna kembali memakai lisptik lagi. Di dalam ruangan, Andreas terdiam di atas mejanya seperti tengah memikirkan sesuatu. Sampai sebuah panggilan telepon terdengar membuatnya segera mengangkat panggilan tersebut. "Ada apa menelponku?” tanya Andreas pada orang di sebrang telponnya. “Hari ini ada pesta di rumahku, kamu harus datang,” ucap pria tersebut yang tak lain adalah Ken. Andreas mengerutkan keningnya. “Kamu tidak pernah mengadakan selama ini, apa ada sesuatu yang aku tida
Wanita itu sampai tak sadar kalau sedari tadi dirinya yang berada di bawah sana bersama pria lain terus diperhatikan oleh Andreas. Dari atas sana, Clara dan Ken bisa melihat Andreas yang terus memperhatikan Reyna di bawa sana. “Kamu membawanya juga?” tanya Ken pada Andreas yang terdengsr menghela napas sebelum menganggukan kepalanya. Sedangkan Clara malah salah fokus pada cincin yang di kelilingi berlian saat Andreas mengangkat gelasnya sebelum meminum winenya. Modelnya memang tidak sama, tapi cincin Andreas dan Reyna terlihat seperti cincin pasangan jika di samdingkan pastinya. “Cincinmu bagus, apa itu baru?” tanya Clara yang dijawab santai Andreas dengan menganggukan kepalanya saja. Sepertinya saat kemarin ia bertemu Andreas di kantor, pria itu belum memakainya. Clara jadi semakin curiga dengan hubungan Andreas dan sekretarisnya. “Kalau mau ke bawah, bilang saja. Kamu terus memperhatikannya dari atas?” goda Ken pada Andreas yang menggelengkan kepala menolaknya. Sedangkan Reyna
Keesokan paginya, Reyna terbangun dipelukan Andreas yang masih setengah tidur. Wanita itu dengan perlahan bangkit dari sofa meninggalkan Andreas yang masih tidur. Setelah berhasil Reyna masuk ke dalam kamarnya untuk mandi dan siap-siap bekerja, tak sampai tiga puluh menit saat dirinya keluar dari kamar ia berpapasan dengan Andreas yang terlihat baru bangun. “Kenapa tidak membangunkan saya dari tadi?” tanya Andreas membuat Reyna tersenyum lebar. “Saya baru mau bangunkan Bapak, karena saya melihat Pak Andreas sangat kelelahan sedari malam,” ujar Reyna sebelum bergegas ke dapur untuk memasak sarapan. Hanya telur dan bakar roti serta beberapa slive daging yang kini menjadi sarapan keduanya, tak lupa Reyna juga menyiapkan segelas susu untuk bosnya. Seraya menunggu bosnya selesai bersiap sebentar lagi, Reyna memanfaatkan waktu dengan membaca berita tentang perusahaan Hilton House. “Semua masih terlihat stabil,” gumam Reyna dengan senyuman di wajahnya. “Apa yang membuatmu tersenyum sele