Reyna menatap wajah Andreas begitu dalam membuat pria itu semakin dibuat jatuh hati. Andreas yang hendak kembali menciumi tekuk leher Reyna kali ini ditahan oleh wanita tersebut. “Saya sedang hamil, apa boleh melakukannya?” ucap Reyna dengan suara kecil yang nampaknya meragu. Andreas tertawa kecil mendengar hal tersebut. “Jelas dong, apa kamu tidak ingat kita sering melakukannya akhir-akhir ini?” ujar Andreas sebelum akhirnya memajukan wajahnya dan mencium bibir Reyna begitu dalam. “Heum, Andreas,” lenguh Reyna untuk pertama kalinya menyebut nama pria di hadapannya secara langsung. Jujur hal itu membuat Andreas semakin terangsang dibuat sang istri. “Saya menyukainya,” ucap Andreas ditengah-tengah napsunya yang membara. Setelah dengan cepat melepaskan pakaian dirinya dan Reyna, Andreas membawa tubuh Reyna perlahan dalam gendongannya menuju ke atas kasur. “Cupmnnghsh…mngscupsmngh,” lenguhan dari ciuman keduanya semakin terdengar. Disusul oleh mengerasnya burung Andreas di bawah pan
Reyna mematung, matanya mengerjap beberapa kali untuk memastikan bahwa dirinya sedang tidak berhalusinasi. "Apa yang baru saja aku katakan pada Pak Andreas,” ujar Reyna dalam hatinya sembari menutup mulut dengan satu tangannya. Reyna menggigit bibir bawahnya saat melihat Andreas yang tengah asik melakukan perintahnya. “Tu-tunggu, saya tidak bisa melihatnya!” ujar Reyna yang pada akhirnya menutup mata. Andreas tertawa kecil. “Nampaknya kamu terlalu banyak berbicara sedari tadi,” ucap Andreas sembari mendekati Reyna. Pria itu menurunkan perlahan kedua tangan Reyna yang menutupi wajahnya sendiri, setelah saling bertatapan selama beberapa detik sebelum akhirnya keduanya kembali berciuman. Kali ini tak mau berlama lama, Andreas meniduri Reyna dengan hati-hati. “Humnckpmngsh,” lenguhan dari bibir Reyna keluar semakin keras ketika junior Andreas mulai masuk ke dalam kewanitaan Reyna. “Ah!” lenguh Reyna dengan wajah memerah menatap Andreas yang nampak tersenyum kepadanya. Andreas menciu
“Jadi kita simpulkan semua settingan iklan di dalam hutan lagi, memang tema tersebut sudah lama tapi saya yakin akan membuat membuat pembaruan,” Andreas termenung hingga harus disadari oleh asistennya sendiri. “Baiklah, rapat sampai disini dulu tolong berikan salinan proposalnya ke ruangan saya segera,” ucap Andreas yang sebetulnya tak mendengar satu kata pun dari karyawannya yang baru saja mempresentasikan proposal kerja baru. Kalimat perpisahan yang diucapkan Reyna malam kemarin membuat Andreas tak bisa fokus bekerja sama sekali. “Bercerai,” gumam Andreas sendirian yang kini hanya duduk termenung di kursi kerjanya. Sang asisten menatap bosnya dalam-dalam mencoba membaca pikiran pria tersebut. Andreas menghela napas panjang lalu mengetik sesuatu di ponsel pintarnya. ‘Kenapa wanita menginginkan perceraian?’ Andreas membaca salah satu artikel yang mendukung pertanyaannya. “Ehm, urusan ranjang,” gumam Andreas ketika melihat poin pertama tersebut. “Kenapa juga urusan ranjang bisa
"Revisi."Satu kata dari pria di hadapannya itu membuat Reyna mendongak. Setengah mati ia berusaha menekan amarah yang sejak tadi sudah ditahan."Lagi, Pak?" tanya Reyna tak percaya. Demi Tuhan, sekarang sudah hampir pukul sebelas malam dan dia masih terjebak di kantor dengan bos paling tidak punya hati nurani ini!Tak ada jawaban dari Andreas. Pria arogan itu hanya mengedik ke arah pintu, mengusir Reyna dari ruangannya tanpa banyak kata.Reyna menghela napas kasar dan berbalik ke arah mejanya sendiri. Suara ketikan pada keyboard menggema memenuhi ruangan yang sudah sangat sepi itu.Kalau bukan karena harus menghidupi diri sendiri dan adiknya, Reyna tidak akan mau jadi orang gila kerja seperti bosnya itu!Reyna memang beruntung bisa bekerja di Hilton House, salah satu perusahaan terkuat dan berpengaruh di negara ini. Sialnya, ia menjadi sekretaris calon pewaris perusahaan, Andreas Hilton. Pria tampan yang tak pernah tersenyum itu benar-benar membuat Reyna harus menambah stok kesabarann
"Istri. Saya membutuhkan istri sekarang juga,” ucap Andreas tepat di hadapan Reyna yang tanpa sadar tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Jelas wanita itu tidak percaya dengan apa yang bosnya katakan. “Bapak sedang bercanda ya?” ujar Reyna seraya menggelengkan kepalanya dan mencoba mengakhiri ketawanya. Namun alangkah terkejutnya ketika mata Reyna mendapati wajah serius bosnya yang kini tengah menatapnya. “Saya harus memiliki anak dulu untuk membuat keluarga saya percaya bahwa saya telah memiliki seorang wanita,” ucap Andreas kembali membuat Reyna semakin tertohok dibuatnya. “Apa seperti kebayakan adegan di dalam drama, Pak Andreas akan dijodohkan jika tidak memiliki seorang kekasih?” gumam Reyna sendirian. “Saya rasa Pak Andreas harus mencarinya sendiri, pernikahan tidak bisa dilakukan tanpa adanya keterikatan,” ujar Reyna membuat Andreas kini menatap sekretarisnya. “Lalu anak, bagaimana saya bisa mendapatkannya dalam waktu singkat?” tanya Andreas kepada Reyna untuk pertama kaliny
“Apa Bapak sangat ingin menikah sampai sembarangan menawarkan saya 2 Miliar?” tanya Reyna yang terlihat sedikit kesal. Andreas dengan cueknya menganggukan kepala, karena bagaimanapun dirinya harus menjadi pewaris resmi kekayaan keluarga Hilton yang telah dibangunnya dengan susah payah. “Saya harus menikah dalam waktu cepat ini, tawaran 2 Miliar itu belum termasuk dengan biaya hidup yang nantinya akan saya berikan,” ucap Andreas membuat Reyna jelas menggelengkan kepalanya menolak. “Diluar sana masih banyak wanita waras yang akan menerima perjanjian pernikahan semacam ini, kalau saya sudah jelas akan menolaknya karena saya bukan wanita normal,” ucap Reyna yang mencoba menahan kesalnya terhadap Andreas. Pria itu baru saja memberikan gambaran pernikahan tanpa cinta untuk Reyna yang begitu menghargai pentingnya sebuah pernikahan. “Saya hanya akan menikah dengan pria yang saya cintai,” ucap Reyna. Sedangkan Andreas malah tertawa dibuatnya. “Cinta, hal itu hanya akan membuatmu merugi Rey
Andreas perlahan membuka matanya dan mengerjapkannya hingga berhasil melihat wajah sekretarisnya yang tengah tertidur. Saat akan menggerakan tangannya, pria itu melenguh kesakitan sembari melihat perban putih disana. “Pak Andreas sudah bangun?” ujar Reyna yang baru saja terbangun dari tidurnya karena merasakan ada pergerakan di pahanya. “Saya minta maaf karena tertidur di kakimu,” ucap Andreas membuat Reyna merasa telah salah dengar. Pak Andreas, untuk pertama kalinya pria itu mengeluarkan kata maaf kepadanya. “Sepertinya apa yang diucapkan dokter Ken ada benarnya,” ujar Reyna membuat Andreas menyerngitkan dahinya. “Kamu berbicara dengannya?” tanya Andreas yang diangguki Reyna. “Tentang keadaan Bapak dan dokter Ken meminta saya untuk membawa Pak Andreas ke tempat saya, saya merasa tempat ini tidak aman untuk ditinggali sendirian,” ujar Reyna. Andreas mencoba untuk bangkit dari tidurnya, dibantu oleh Reyna yang sedari tadi setia menunggu bosnya bangun. “Ternyata kamu bisa berpikir
Suara gelas terjatuh dari luar membuat Reyna segera bangkit dari kasur padahal jam sudah menunjukan pukul satu malam. Namun wanita ini seakan tahu bahwa ada seseorang di luar sana yang tengah merecoki area dapurnya. "Pak Andreas," panggil Reyna ketika melihat seorang lelaki dengan pakaian tidur warna pink tengah mencoba membuka kulkas dengan kedua siku tangannya. "Saya sudah bilang kalau mau sesuatu tinggal panggil saya," ucap Reyna membuat Andreas menganggukan kepalanya. "Saya pikir kamu sudah tidur, jadi saya berinisiatif membuat teh susu sendiri karena tidak bisa tidur," balas Andreas membuat Reyna menghela napasnya dengan berat. Reyna mempersilahkan Andreas untuk duduk terlebih dahulu di meja dapur sedangkan wanita itu mulai membereskan beberapa kekacauan yang dibuat bosnya sebelum menyeduh teh susu untuk Andreas. Selesai menyeduh, Reyna memberikan segelas teh susu dengan sedotan di dalamnya. Tidak sampai disana saja, Reyna bahkan memegangi gelas teh susu yang diminum Andreas