Share

Rayuan

Author: Prince_Ryu09
last update Last Updated: 2022-08-28 13:52:31

Laysa belum berhenti menangis, tetapi dia tetap berusaha membuka lembaran bukunya dengan satu tangan lain untuk menunjukkan sesuatu kepada Gavin.

[ Hidup dan tubuhku sudah menjadi milikmu, bahkan aku tidak bisa memikirkan hidup di luar sana lagi karenamu. Jika aku diberi dua pilihan sekali pun, aku akan kembali padamu. Karena hidup denganmu lebih baik dari pada menyodorkan nyawa dengan percuma di luar sana. ]

Seketika semua terasa hening. 

Gavin yang semula ingin sekali mengeluarkan kalimat kasar dengan kemarahan terbesarnya, mendadak luluh setelah membaca isi tulisan buku Laysa. 

Gadis itu putus asa, Gavin tahu. Namun, yang membuatnya tersentuh adalah ketika Laysa mempercayakan hidupnya secara tidak langsung.

“Derry, tolong tunggu di luar.” Gavin memberi kode kepada Derry, hingga lelaki itu mengerti dan meninggalkannya berdua saja bersama Laysa.

Gadis itu masih tampak menangis. 

Sisa-sisa ketakutan terlihat jelas di depan mata. Gavin pun melonggarkan pegangan tangannya, lalu mengajak Laysa duduk di pangkuannya hingga jarak mereka semakin dekat.

“Kalau begitu, jangan pernah lagi menjauh dariku apa pun yang terjadi, Lays. Kau adalah milikku, ingat itu baik-baik.” Gavin membenarkan anak rambut yang menghalangi wajah sendu Laysa.

Gadis itu tidak lagi bereaksi banyak, kecuali mencengkeram erat bahu Gavin saat bibirnya terasa hangat oleh sentuhan lembut–menuntun keduanya dalam sebuah kenikmatan tabu. 

“Laysa ....” desah Gavin menyebutkan nama “sang calon istri”.

*****

Tiga minggu berlalu.

Seharian penuh diisi Laysa dengan merenung dalam kesendiriannya. 

Dunia di balik jendela rumah lantai tiga ini sangat luas, tetapi dia terkurung di sini.

Laysa menyadari bahwa dirinya sudah terjerat si tuan muda super posesif dengan segala keangkuhannya itu.

Seketika, dia teringat perbincangannya dengan Xavier Semalam dia sudah berbicara dengan Xavier apa yang harus dilakukan ke depannya.

[ Apa aku bisa terbebas dari Gavin? Kalau ada caranya, aku mau, ] ujar Laysa.

Itu adalah ingatan percakapannya dengan Xavier. 

Lelaki jangkung tersebut tampak terdiam sejenak, kemudian berbicara.

“Caranya ... hanya menikah denganku.”

Kedua mata Laysa terbulat sempurna, tidak percaya dengan perkataan Xavier.

Bukankah mereka baru saling mengenal? Apa Xavier juga sama saja seperti lelaki kebanyakan? Hanya memandang fisik tanpa peduli perasaan pasangan? Dua hal tersebut sempat melintas di pikiran Laysa.

[ Kenapa begitu? ] tanya Laysa dengan bahasa isyarat.

“Karena tidak ada yang bisa melawannya, kecuali aku. Kalau kau berada dalam perlindunganku, setidaknya pergerakannya terbatas. Aku menjamin keselamatanmu,” jawab Xavier sangat tenang dan yakin.

Laysa berpikir banyak mendengar penawaran tersebut, apa itu terdengar bagus? Bagi kebanyakan orang, mungkin iya. Namun, baginya ... Xavier tidak pantas berkorban banyak hanya untuk gadis seperti dirinya yang tidak memiliki apa-apa kecuali kecantikan.

“Bagaimana? Apa kau menerima tawaranku?” tanya Xavier karena Laysa tidak kunjung memberi respons lain kecuali terdiam dengan gerak tubuh gelisah.

[ Maaf ... aku tidak bisa. ] Akhirnya Laysa menjawab, meskipun kelihatannya ini bukan sebuah jawaban yang tepat. 

“Kenapa? Yang kulihat sekarang kau tidak hanya tertekan, Gavin pasti selalu bersikap kasar padamu. Apa benar begitu?”

[ Aku tetap tidak bisa. Aku memiliki perjanjian dengan Gavin. Lagi pula, kalian berdua bersaudara. Aku tidak mau merusak tali persaudaraan kalian, ]

Gerakkan jemari Laysa sedikit pelan, sebab ada sebuah keraguan besar mengganjal dalam hatinya. Dia sangat ingin ... bahkan lebih dari ingin untuk bisa menghirup napas bebas, bisa mengepakkan sayap selebar-lebarnya demi melihat luasnya dunia ini. Namun, pemikiran dan hatinya bertolak belakang. 

Xavier menenggak minumannya sebentar sebelum berkata lagi. Bersama helaan tipisnya, dia menatap Laysa. 

“Hubunganku dengan Gavin sudah rusak sejak dulu. Tapi itu terserah padamu kalau memang masih ingin mempertahankannya. Aku hanya bisa menawarkan sebuah bantuan,” ujarnya.

Laysa sedikit merasa tidak enak. 

Dalam hati terdalamnya, penyesalan itu ada. 

Hanya saja, dia merasa lebih baik menyesal sekarang daripada nanti saat dia melihat dua saudara itu saling menyakiti. Laysa juga sudah bukan gadis yang memiliki kesucian lagi.

Tiba-tiba, pintu kamar Laysa terbuka.

Gadis itu lantas menoleh dan mendapati Gavin sudah pulang dengan wajahnya yang lelah. Gavin menanggalkan jas hitamnya, kemudian melonggarkan dasi di leher seraya menatap langkah Laysa yang menghampirinya.

Laysa langsung mengambil tas dan jas Gavin yang dibuang ke sembarang tempat, kemudian menaruh di tempat seharusnya. Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 malam, baru setengah jam dari waktu matahari terbenam dan lelaki itu tampaknya membawa sebuah kekesalan kecil ke rumah.

[ Kau baru pulang? Aku menunggumu sejak tadi, ada yang mau aku bicarakan denganmu.] Laysa menulis di bukunya, lalu memberikan itu kepada Gavin.

Gavin memang sempat menerimanya, tapi tidak lama. Buku itu dilempar ke atas tempat tidur tanpa sempat terbaca isi tulisan Laysa di sana. Pria itu terlihat kesal

“Lebih baik, kau ambilkan aku minum.”

Sebuah perintah dari Gavin membuat Laysa sedih. Bukan hanya tentang bukunya yang dilempar begitu saja, melainkan sebuah perasaan tidak berharga menyelinap di hatinya. 

Ternyata memang seburuk ini derajatnya di mata orang lain setelah hidupnya ‘dibeli’.

Laysa pun memenuhi perintah Gavin dan mengantarkan segelas minuman padanya. Dalam kamar besar ini, memang minuman menjadi sesuatu yang wajib tersedia. Walau segalanya bisa saja diurus oleh pelayan.

Sementara itu, Gavin mengacak rambutnya kasar. Dia mengepal tangannya kencang.

"Sialan kau, Xavier!" lirihnya pelan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri 3 Juta Dolar Tuan Gavin   Manja?

    “Maafkan aku karena terus merepotkanmu dalam segala hal. Padahal kau sangat tulus membantuku,” ujar Laysa melalui gerak jemarinya di depan kamera layar ponsel. Dia mencoba berbicara kepada Xavier yang menelepon kembali untuk memastikan apa Laysa sudah matang dengan keputusannya.“Kau tahu tidak ada orang tulus di dunia ini, Lays? Aku melakukannya karena aku menyukaimu, aku berharap bisa menjadi bagian dari hidupmu setelah kita saling mengenal satu sama lain lebih jauh. Tapi faktanya kau memilih kembali bersama Gavin, sudah jelas aku sedang patah hati sekarang,” ujar Xavier.Laysa terdiam, sekilas dia menoleh ke arah Gavin yang sudah terlelap bersama mimpinya. Dia tetap tidak bisa melihat lelaki lain selain Gavin, hanya Gavin yang ada dalam hati dan pikiran seorang Laysa Florensia. Entah kenapa hal itu bisa terjadi, padahal hanya sedikit kebaikan Gavin yang dia ingat. Namun, Xavier? Mungkin saja kebaikannya tidak pernah terhitung, mereka pun bisa saja saling mel

  • Istri 3 Juta Dolar Tuan Gavin   Kembali lagi, lagi dan lagi

    “Aku tidak mati, Lays. Kenapa kau menangis begini?” tanya Gavin lagi seraya mengusap punggung Laysa, lembut. Kalau Laysa bisa berbicara, mungkin dia akan langsung menjawab pertanyaan Gavin. Faktanya, wanita itu membutuhkan waktu untuk menulis pada sebuah buku kecil yang sering dibawanya ke mana-mana.“Teganya kau berkata begitu, dasar boddoh!”Gavin tersenyum kecil melihat umpatan Laysa pada bukunya. “Lihatlah siapa yang mengomel ini, hmh?” Dia merapikan rambut Laysa yang sedikit berantakkan saat berbicara.Laysa ingin memukul dadda Gavin, tetapi terhenti karena mengingat sakit yang lelaki itu alami. Setelah Laysa cukup tenang, Gavin baru menggenggam tangannya agar mereka bisa berbicara lebih nyaman.“Aku pikir kau tidak akan kembali padaku, Lays. Kau selalu mengatakan bahwa kau menderita selama berada di dekatku. Ini seperti sebuah keajaiban untuk orang sepertiku yang telah banyak melakukan kesalahan padamu,” ujar Gavin bernada lembut.

  • Istri 3 Juta Dolar Tuan Gavin   Jangan Main-main Dengan Gavin

    “Biarkan saja, aku tidak pernah peduli. Mereka malah menguntungkan buatku, karena dengan begini, Laysa akan tahu kalau aku semakin dekat dengan Gavin.”Laura mendekat ke arah Gavin, lalu menyentuh wajah pucat lelaki yang kerap menolak keberadaannya itu. Dia langsung berangkat dari rumah saat mendengar Gavin masuk rumah sakit. “Biarkan momy yang mengurus wanita itu, Laura. Kau fokus saja kepada Gavin. Dulu dia pernah menyukaimu, sekarang pun dia akan menyukaimu lagi jika kau terus berada di dekatnya,” ujar Anne.Laura hanya mengangguk pelan.“Jangan menyentuh wajahku, karena aku tidak mengizinkannya.”Laura dan Anne menoleh bersamaan saat suara pelan Gavin mencuat. Lelaki itu bahkan sudah membuka kedua mata seraya menyingkirkan tangan Laura dari wajahnya.“Kau sudah bangun, Gav. Sejak tadi momy ada di sini dan mengkhawatirkanmu, kau hampir saja membuat momy mati dengan keadaanmu sekarang,” ujar Anne. Dia tersenyum saa

  • Istri 3 Juta Dolar Tuan Gavin   Jangan Pergi ...

    “Kau berpikir begitu?”“Karena kau adalah seorang yang sama licik sepertiku, aku bisa melihatnya kalau kau ikut campur atas tersebarnya berita ini.” Gavin mencengkeram kerah kemeja Xavier, tetapi saudaranya itu tampak tidak terpengaruh.“Kalaupun itu tanggapanmu, terserah. Yang jelas kau tidak akan pernah berhak menentukan hidup Laysa lagi, kau akan hancur karena keserakahanmu, Gav. Sayang sekali kau telah menyia-nyiakan berlian demi batu kerikil.”Xavier berkata, sesudah itu menyingkirkan cengkeraman Gavin dengan tenaga sedikit kuat. Setelahnya, dia pun menggenggam tangan Laysa terang-terangan di hadapan Gavin agar dia bisa melanjutkan rencana seperti pada awalnya, yaitu membawa Laysa pergi dari rumah tersebut dan meninggalkan seluruh pemberian Gavin.Debar jantung Laysa semakin kencang, melihat Gavin juga memegang lengannya agar Xavier tidak bisa membawanya dari sana. Dia sangat takut dua bersaudara itu akan berkelahi karenanya lagi.

  • Istri 3 Juta Dolar Tuan Gavin   Sebuah Skandal Baru

    Setelah hampir satu jam aktivitas siang mereka. Napas Laysa masih sedikit terengah karena Gavin sudah mendapat apa yang diinginkannya. Bahkan lelaki itu belum mau menjaga jarak dari Laysa dan memilih merapatkan tubuh mereka selama mungkin di atas tempat tidur. “Kau masih sama seperti saat kita sering melakukannya. Aku berharap ada bayi kecil yang tumbuh dari rahimmu secepatnya setelah ini,” puji Gavin seraya mengeccup bahu polos Laysa dengan lembut. Laysa menggeliat kecil menyingkirkan bibbir Gavin darinya. Dia kesal karena lelaki ini terus saja semena-mena terhadap orang lain. Padahal Laysa berencana ingin mengakhiri ini, lalu bagaimana jika dia hamil lagi? Musnah sudah kesempatannya menghindari Gavin. “Jangan menghindariku, Laysa.” Gavin sedikit bergerak untuk mengarahkan tubuh Laysa padanya. Dia pun berada tepat di atas tubuh wanita itu agar lebih mudah baginya mendapat jawaban dari Laysa. “Aku sudah tahu penyebab kita kehilangan anak,

  • Istri 3 Juta Dolar Tuan Gavin   Gavin Berulah Lagi

    Laysa duduk termenung seraya memperhatikan berita di sebuah acara televisi. Di sana, dia dapat melihat para wartawan sedang mendatangi rumah Gavin dan mencari informasi yang ingin mereka dapatkan. Namun, sepertinya usaha mereka hanya sia-sia saja karena Gavin tidak muncul sama sekali.Orang-orang di rumah Gavin menutup akses, bahkan pihak rumah sakit yang menangani Laysa hanya bicara seperlunya saja. Gavin tampak tertutup dan tidak ingin kehidupan pribadinya menjadi konsumsi publik kali ini.“Aku harus cepat pergi dari rumah ini, aku tidak akan pernah bisa melupakannya jika seperti ini terus.” Laysa bergumam dalam hati. Rumah yang ditempatinya sekarang masih milik Gavin, itu artinya mereka masih bisa bertemu suatu hari nanti, atau secepatnya. Walau beberapa minggu ini Gavin tidak memunculkan batang hidungnya di hadapan Laysa, kemungkinan itu masih bisa terjadi. Laysa tidak ingin perasaannya berubah lagi, rasa cinta yang hanya tinggal sedikit ini tid

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status