14 - Faresta!
Sander membawa Kanara keluar masion, lalu pergi meninggalkannya tergeletak di jalan. Pria itu mengusap wajah dengan kasar, tidak habis pikir wanita yang dianggapnya baik bisa berkelakuan seperti itu dia kira Kanara berubah ternyata masih sama. Dia memilih mengistirahatkan tubuh dari pada memusingkan hal ini.
***
Sere merasa nyenyak sekali tidurnya, bahkan ia sama sekali tidak ingin membuka mata. Benda keras yang menjadi bantalan, saat rasa nyaman sampai tak ingin beranjak dari situ.
"Nyenyak ya tidurnya." Suara bariton itu membuat Sere langsung membuka matanya cepat.
"Kamuuuuu," seru Sere saat mendongak matanya langsung bertubruk dengan manik Faresta.
"Iya, aku siapa lagi," sahut Faresta tak lupa mengulas senyuman.
"Kenapa bisa ada dikamarku!" bentak Sere melemparkan bantal ke wajah Faresta.
"Aishhhh, main lempar - lempar aja, tubuh kamu aja lempar sini aku terima dengan senang hati," goda Faresta deng
15 - Usaha KanaraKanara saat membuka matanya, pusing langsung menyerang ia sesekali memukul kepalanya agar sedikit reda. Ingatan kejadian semalam membuat ia menggeram kesal, ia sangat bodoh sampai mabuk dan menemui Faresta bahkan memaki suaminya. Dirinya harus bagaimana sekarang, bahkan kini berada diluar mansion, terduduk lesehan dibawah. "Aku harus bagaimana? bodohnya aku," gumam Kanara pelan."Mana mungkin aku diterima, saat tadi malam aku memakinya," katanya lagi sambil memukul kepalanya atas kecerobohan."Aku coba saja, mungkin Sander akan menerimaku. Diakan sangat mencintaiku," tekad Kanara ia berusaha berdiri walau sempat terjatuh karena kepalanya masih terasa pusing.Kanara langsung masuk menerobos mansion, karena pintu sudah terbuka saat Sander mengeluarkan barang - barang milik istrinya.Ia melangkah dengan cepat menuju kamarnya, dia membuka pintu dan menemukan Sander yang tengah memakai pakaian."Apa yang kau lakukan!
16 - PernikahanHari pernikahan sudah tiba, Sere tengah di make - up oleh perias. Ia tampak sangat menawan sampai - sampai yang mendandani memuji kecantikan alami dari dalam dirinya."Nona sudah cantik alami, apalagi sekarang di make - up. Tambah wah, pasti banyak yang bakal iri," puji perias menatap pantulan diri Sere dicermin."Kamu bisa aja," kata Sere tersipu, ia sangat pangling dengan dirinya."Apa ini, benar - benar diriku?" tanya Sere pada dirinya sendiri, ia memutar - mutar tubuh."Iya Nona, Nona sangat cantik," ungkap perias yang tengah merapikan alat make - up.Bulan masuk ke dalam kamar Sere, membuat kedua orang yang tengah berbincang menoleh ke arahnya."Nona sudah ditunggu, waktunya telah tiba," tutur Bulan dibalas anggukan oleh Sere, wanita itu dibantu Bulan memegang gaunnya."Aku gugup, Lan," ungkap Sere saat mereka berjalan keluar."Tarik napas buang, ulangi terus. Nanti sedikit mengurangi gugup Nona," intru
17 - Akal bulus FarestaSere telah berada di kamarnya, sedangkan Faresta masih sibuk berbincang bisnis dengan sang Ayah. Bulan ikut masuk untuk menyiapkan air hangat dan membantu melepaskan gaun, saat ini dia tengah menikmati kehangatan yang menyentuh kulitnya sedangkan Bulan pamit keluar."Enaknya," gumam Sere pelan, ia mulai memejamkan mata menikmati tubuh yang terendam air hangat beraroma lavender.Tidak terasa dua puluh empat menit Sere telah berendam, ia sangat menikmati sampai terlelap terdengar dengkuran halus dari bibir ranumnya. Air yang semula hangbat sekarang berubah dingin, tetapi dirinya masih nyaman dengan posisi itu. Faresta baru saja ke kamar, dan tak menemukan istrinya di dalam."Di mana Sere," gumam Faresta saat menghempaskan bokongnya ke ranjang dan mulai melepaskan kancing dipakaiannya."Apa dia mandi, tapi 'kan ini udah lumayan lama," kata Faresta menaruh pakaiannya ke kasur, lalu bangkit meraih jubah mandi dan masuk ke k
18 - Malam pertamaSetelah meminum susu itu, Sere kembali memainkan benda pipih yang dipegang. Tak berselang lama tubuhnya merasakan sesuatu, rasa panas menjalar ia mulai mengibas - ibas baju."Kenapa panas sekali," gumam Sere."Apa AC-nya mati," imbuhnya lagi dengan suara pelan, lalu menatap AC yang ternyata menyala."Ada apa denganku," katanya lagi terdengar oleh Faresta membuat pria itu menyeringai kecil."Ahhhhh, panassss," erangnya mulai membuka baju tidurnya."Kenapa masih terasa panas," keluhnya mengibas - ibaskan baju yang tadi dilepas untuk mendinginkan tubuhnya yang tiba - tiba panas."Kenapa milikku gatal sekali," batinnya bertanya."Ada apa Sere? kenapa kamu tidak bisa diam," ujar Faresta menutup laptopnya lalu berbalik menatap istrinya yang menutupi tubuh dengan baju yang tadi dipakai mengipas."Tidak ada apa - apa, eummmm, AC-nya bisa tambahkan volume agar lebih dingin?" tanyanya membuat Faresta ingin
19 - Godaan Sander pada menantunyaSere segera keluar dan mengambil pakaian lekas masuk ruang ganti dan memakainya. Setelah itu ia ke kamar lagi untuk mengoles bedak tipis dan lipbalm di bibir, gaya jalan yang sedikit ngangkang dan pelan menunjukan jika rasa nyeri dan perih masih menyerang. Ia sesekali menggerutu kesal dengan Faresta, dia sekarang ingat selepas minum susulah badannya jadi panas dan gairahnya muncul, curiga bahwa suaminya memasukan obat perangsang disana."Geram sekali aku," batin Sere berseru sambil menyisir rambutnya dan menatap cermin melihat hasil karya Faresta semalam."Dia melakukan segala cara agar mendapatkan apa yang ia inginkan," gumam Sere bertepatan suara pintu terbuka membuat ia menoleh."Eh, kok sudah disini. Kamu udah selesai mandinya," ucap Faresta mendekat lalu tangannya berlabuh di bahu Sere yang terekpor karena dia memakai dress tanpa lengan."Sudahlah, ini aku sedang menyisir rambut," sahut Sere ketus lalu menaru
20 - Merajuk"Sudahlah Papa, jangan terus menggoda Sere, kasian istriku sampai pipinya memerah gitu," tegur Faresta menarik dagu Sere memperlihat pipi istrinya pada Papanya dan wanita itu segera tepis."Sudahlah, aku sudah kenyang," kata Sere bangkit dari duduknya lalu melangkah pergi meninggalkan kedua pria yang memandang kepergiannya."Jadi ini salah siapa?" tanya Sander menaik turunkan alisnya pada anaknya."Entahlah, ayo kita makan saja dulu," ujar Faresta mengangkat bahunya lalu melanjutkan makannya.Sere menghentakan kakinya saat tau ternyata Faresta tidak berusaha membujuknya makan lagi, padahal perutnya masih sangat lapar."Dasar, pria gak peka!" maki Sere ia melangkah menuju kamar, lebih baik dia berbaring di sana dan memainkan benda pipih miliknya yang berada dinakas.Sudah satu jam Sere berada di kamar, dan dirinya sangat lapar bahkan perutnya sampai berbunyi. Tapi tidak ada tanda - tanda kedatangan Faresta untuk memb
21 - Perkara memasakSetelah kejadian tadi pagi di meja makan, Sere belum keluar kamar padahal matari sudah berada diatas kepala. Perutnya sangat lapar tetapi malu rasanya menyembul pintu dan bertemu Faresta, pria yang terus menggodanya saat tau dia ingin dibujuk."Sialan bukan," batin Sere menggerutu sambil mengelus perutnya yang berbunyi."Ahhhhh, aku sangat lapar," keluh Sere ia mengerucutkan bibirnya sambil bersandar di kepala ranjang.Suara ketukan pintu membuat Sere menegakkan tubuhnya, ia turun dari ranjang melangkah ke pintu lalu membukanya perlahan melihat siapa yang datang, dirinya menghela napas lega saat tau itu Bulan."Ada apa, Bulan?" tanya Sere menyandarkan tubuhnya di pintu."Tuan Faresta izin pergi sebentar, Nona. Dan dia juga menyuruh Nona untuk makan siang," ujar Bulan dibalas anggukan dan senyuman mengembang di bibir Sere."Akhirnya dia pergiiii, aku sangat lapar," gumam Sere membuat Bulan menaikan alisnya bingung.
22 - Insiden di dapurKean sudah pergi sejak tadi, sedangkan Sere tengah menenangkan semua orang di dapur yang berwajah pucat."Tenanglah, kalian tidak akan dipecat. Aku berjanji," ujar Sere mereka semua saling lirik lalu menghela napas dan saling membalas senyuman."Terimakasih Nona, semoga Nona bisa menyakinkan agar kami tidak dipecat oleh Tuan Faresta," seru Koki itu dibalas senyum lembut oleh Sere, membuat semuanya menunduk."Ya sudah, kalian lakukan pekerjaan kalian. Aku mau melanjutkan memasak lagi," tutur Sere membuat mereka mengangguk lalu menghela napas."Semua Nona Sere bisa membantu kami nanti," batin Bulan berseru lalu mulai membantu Nonanya lagi."Akhirnya selesai," kata Sere puas, ia segera menghidangkan bersamaan Faresta berada dihadapannya."Apa yang kamu lakukan di dapur," tegur Faresta dingin memandang tajam semua penghu