Limousine berwarna hitam itu sudah menunggu di depan club malam. Satu orang bodyguard membukakan pintu dan Kenzo masuk ke dalamnya. Sedangkan, Kaylee masih terpaku di tempat karena bingung harus melakukan apa!
"Kenapa masih berdiri, masuklah!" titah Kenzo menoleh pada Kaylee."Kita mau kemana, Tuan!" tanyanya ragu dan ketakutan."Nanti kamu akan tahu. Sekarang masuk dan jangan membuang-buang waktuku!" geramnya dengan kesal."Silakan, Nona!" ucap salah satu Bodyguard yang masih membuka pintu Limousine.Karena tidak mau membuat Kenzo marah, akhirnya kaylee masuk dan pintu di tutup. Limousine itu meluncur dengan cepat di jalanan yang lengang.Sepanjang perjalanan, Kenzo hanya diam tanpa menoleh sedikitpun. Sedangkan, Kaylee menatap keluar jendela dengan pikiran yang tak menentu.Ia pasrah, jika kehormatannya harus ia serahkan pada Kenzo. Yang jelas, ia harus mendapatkan uang malam ini juga, tak mau keadaan Axel bertambah parah karena terlalu lama menunggu.******Setelah menempuh perjalanan cukup lama, Limousine hitam itu tiba di sebuah mansion mewah bergaya Eropa.Gerbangnya dirancang secara khusus, terbuka sendiri dengan gemerincing elegan saat limousine itu memasuki halaman yang dipenuhi keindahan arsitektur klasik dan taman yang megah.Kenzo keluar setelah bodyguard-nya membuka pintu limousine. Ia melangkah elegan seolah menyatu dengan gemerlapnya malam."Silakan, Nona!" ucap salah satu Bodyguard membukakan pintu limousine di bagian sebelah kanan.Kaylee turun, memperhatikan keindahan mansion. Matanya memancarkan kekaguman ketika kemegahan mengelilingi dirinya."Apa kamu akan tetap berdiri di sana?"Suara maskulin itu kembali membuatnya terlonjak. Sudah berapa kali Kaylee merasa terkejut ketika Kenzo berbicara padanya. Pria tampan itu sudah berdiri di teras mansion, bergegas Kaylee menghampirinya.Kenzo melangkahkan kakinya ke depan pintu megah itu. Tanpa menunggu waktu lama, pintu terbuka lebar, dan beberapa wanita berseragam pelayan, serentak membungkukkan tubuh dengan hormat menyambut kedatangannya."Selamat malam, Tuan!"Kenzo masuk tanpa menjawab sapaan dari para pelayannya. Kaylee dan dua bodyguardnya mengekor di belakang.Kenzo duduk di sofa dengan santai. Lagi-lagi Kaylee hanya berdiri karena Kenzo tidak mempersilahkan dirinya."Duduklah!"Ketika Kenzo sudah memerintah, Kaylee duduk dengan gugup."Kamu pasti tahu kenapa aku membawamu ke sini?"Dengan tatapan tajam dan senyuman misterius, pria tampan itu menatap Kaylee lekat. Udara seakan berhenti sejenak saat keberadaannya menghipnotis pandangan Kaylee saat ini."Un-untuk apa, Tuan?" jawab Kaylee terbata berharap apa yang ia pikirkan tidak menjadi kenyataan."Aku sudah menolongmu dua kali, dan aku mau kamu menerima tawaranku. Bukankah tadi kamu juga menawarkan dirimu padaku, jadi aku pikir kali ini kita sama!" ucapnya santai menaikan satu kakinya dengan angkuh."Ba-baiklah Tuan, aku mau. Tapi, aku punya dua syarat!" jawab Kaylee dan Kenzo hanya mendengarkan."Apa itu?""Aku mau menerima tawaran itu asal Tuan mau memberikan uang 500 juta malam ini juga!"Kenzo terkekeh mendengar perkataan Kaylee. Ia mencondongkan tubuhnya ke depan dengan tatapan yang sulit di artikan."Kamu tau, 500 juta hanya seharga pakaianku! Aku berani membayarmu sepuluh kali lipat!"Jawaban Kenzo membuat Kaylee terperangah. Iya tahu jika Kenzo sangat berkuasa dan kaya. Tetapi, Kaylee melakukan semua ini hanya demi Axel.Jika ada pilihan lain, iya pasti tidak akan melakukan hal bodoh dengan cara menjual diri demi mendapatkan uang."Terima kasih Tuan, tapi aku hanya membutuhkan 500 juta dan aku mau hari ini juga!"Kenzo mengernyit heran ketika Kaylee menolak tawarannya. Ia lebih memilih mengambil uang yang ia butuhkan. padahal Kenzo sudah memberinya tawaran sepuluh kali lipat."Baiklah. Apa syarat yang kedua?"Kaylee menarik nafasnya dalam-dalam berharap untuk syarat yang kedua ini Kenzo tidak mempermasalahkannya. Karena semua yang ia lakukan telah ia pikirkan dulu, dan ia tidak mau menambah dosa, walaupun ia sudah berdosa."Untuk syarat yang kedua ini, mungkin anda akan menolaknya. Jika itu terjadi tolong berikan aku pekerjaan lain, karena aku benar-benar membutuhkan uang ini!"Kaylee menarik napasnya dalam-dalam, "Aku hanya bisa menyerahkan diriku pada pria yang berstatus suamiku! Jadi aku ....""Aku setuju! Apa ada syarat lain?" tanyanya masih menatap Kaylee yang sedari tadi terus meremas jemarinya."Hanya itu saja, Tuan!" jawabnya menganggukan kepalanya."Baiklah, kita akan menikah besok!"Tentu saja jawaban Kenzo membuat mata Kaylee terbelalak. Ia pikir, Kenzo akan menolaknya, tapi ternyata pria itu menyetujuinya."Sekarang aku yang akan mengajukan syarat!"Kaylee mendongakkan kepalanya menatap Kenzo yang kini dengan wajah serius mulai mengatakan apa syarat yang dia ajukan."Kamu akan mendapatkan uang 500 juta mu, bahkan aku akan tetap memberikan sisanya sesuai perjanjian. Tapi, satu syarat yang harus kamu patuhi!"Seketika suasana tegang tercipta di ruangan itu. Jantung Kaylee berdegup kencang takut jika syarat yang Kenzo katakan akan memberatkan dirinya.Lagi-lagi, ia hanya bisa pasrah karena ada seseorang yang saat ini sedang membutuhkan biaya untuk bertahan hidup."Jika aku berkata tidak, kamu harus menerima dan tidak boleh membantah. Kontrak berjalan tiga bulan. Dan bisa berubah sewaktu-waktu jika aku menginginkannya!"Sebenarnya Kaylee merasa ragu dengan syarat yang Kenzo ajukan. Jika seperti itu sudah dipastikan ia hanya akan menjadi boneka dan harus mematuhi setiap perkataan pria di depannya.Ketika jam dinding sudah menunjukkan pukul 23.00 malam, ingatannya beralih pada Axel yang kini sedang menunggunya. Tanpa banyak berpikir lagi Kaylee menganggukan kepalanya."Baik Tuan, aku setuju! Tapi, tolong berikan uang itu malam ini juga dan izinkan aku pergi sebentar, aku berjanji akan segera kembali!"Kenzo memberikan kode pada bodyguard-nya. Dan kedua Bodyguard itu langsung mendekat ke arah Kaylee hingga membuat wanita itu terkejut."Kedua Bodyguard ku akan mengantarmu, karena aku tidak mau kamu membohongiku. Masalah uang, aku akan segera mentransfernya. Tinggal kirim saja berapa nomor rekeningmu!"Helaan nafas lega untuk sesaat keluar dari bibir wanita itu. Ia beranjak dari duduknya."Kalau begitu aku akan pergi sekarang!""Yah, pergilah! Tapi ingat, kamu harus kembali sebelum jam 12 malam!"Jika jam 00.00 ia harus kembali, itu berarti Kaylee hanya mempunyai waktu satu jam. Dan sudah dipastikan ia tidak bisa menunggu Axel yang akan menjalani operasi."Tapi, Tuan!""Sudah kubilang tidak boleh membantah. Pergi dan segera selesaikan semua urusanmu. Setelah itu segeralah kembali. Aku tidak suka menunggu lama!!"Mau tidak mau akhirnya Kaylee menganggukkan kepalanya dan berlalu diikuti kedua Bodyguard Kenzo di belakangnya.Kenzo mengukir senyum smirk di bibirnya, menatap Kaylee yang kini sudah menghilang dari pandangannya.Kaylee merasa semakin terpuruk. Dia memilih Axel daripada Kenzo, suaminya yang ia cintai. Setelah seminggu tinggal di rumah Axel, mereka bahkan tak lagi berkomunikasi semenjak kejadian malam itu.Ia merasa terlalu lemah untuk keluar dari kamar. Dia duduk di tepi tempat tidur, menangis sendirian, terjebak dalam rasa sesal dan kebingungan. Tetapi kecemburuan itu membuatnya tidak memilih Kenzo.Tiba-tiba, pintu terbuka dan Axel masuk membawa nampan berisi makanan dan minuman."Kapan kamu akan berhenti menangis seperti ini? Apa kamu menyesal telah memilihku?" ucap Axel dengan nada sinis.Kaylee terkejut melihat perubahan sikap Axel. Dia merasa tak mengerti apa kesalahannya, tapi akhir-akhir ini Axel sering menyudutkannya dengan kata-kata kasar."Tidak perlu membahas itu. Aku sudah membuat keputusan," jawab Kaylee sambil menghapus air matanya."Aku tahu kamu masih mencintai suamimu. Kamu pasti menyesal telah memilihku!" jawabnya lagi
BUGH!"ARGH!"Kenzo terhuyung ketika Axel memukulnya. Sontak saja, pria itu tidak bisa menerima perlakuannya dan hendak membalas. Namun, Kayla berdiri di tengah mereka, menghalangi Kenzo dengan tegas, membuat pria itu terkejut sekaligus kecewa."Kamu membelanya? Kamu masih mencintainya?" tanya Kenzo dengan mata memerah, dadanya terasa sesak. Baru saja ia hendak menjalin hubungan baik lagi dengan sang istri, tetapi kejadian itu membuat hatinya kembali kesal."Cukup! Aku tidak membela siapapun. Berhentilah, aku mohon!" jawab Kaylee sambil menangis, mencoba meredakan ketegangan di antara mereka."Dia pantas dipukul, dia sudah menyakitimu!" sentak Axel, masih menatap tajam Kenzo yang sudah mengepalkan tangannya, siap untuk melawan."Tidak, cukup! Berhenti!" seru Kaylee dengan lantang, berusaha menghentikan pertengkaran mereka.Keduanya saling diam ketika Kaylee terus berteriak. Hanya emosi dan suasana tegang yang ada disekit
Kaylee menghampiri Axel yang sedang duduk di sofa dengan ragu. Dia terus meremas jemarinya, bingung apakah dia seharusnya pergi bersama Axel. Meskipun dia membutuhkan hiburan, dia merasa itu bukan keputusan yang baik."Kamu sudah siap?" tanya Axel, melirik Kaylee yang hanya diam dan berdiri di depannya. Pandangan wanita itu kosong."Kaylee!" panggil Axel lagi, mencoba mendapatkan perhatiannya."Ah, iya, ayo kita berangkat!" jawab Kaylee dengan paksa, mencoba tersenyum.Mereka berdua pergi menggunakan mobil. Sepanjang perjalanan, Axel terus berceloteh, tetapi Kaylee tetap diam dan sibuk dengan pikirannya sendiri. Kesedihan masih melanda hatinya, membuatnya sulit untuk fokus."Kaylee!" panggil Axel berharap wanita itu mau membuka mulutnya.Kaylee menoleh ketika Axel memanggilnya. "Ya!" jawabnya singkat, mencoba menyembunyikan keraguan dalam suaranya."Aku mau, kita bersama seperti dulu. Maafkan aku yang sudah membuatmu menderita dan membuatmu harus menghadapi semuanya sendirian!" ujar A
Kenzo melangkah dengan berat menuju mansion miliknya setelah mencari Istrinya tanpa hasil. Wajahnya mencerminkan kelelahan dan kecemasan yang mendalam.Begitu memasuki ruang kerjanya, dia melemparkan jasnya secara sembrono dan melonggarkan dasinya yang terasa sesak di lehernya."Aku yakin ada sesuatu yang terjadi padanya! Aku tidak bisa terus seperti ini!" gumam Kenzo dalam keputusasaan, mencoba meredakan kegelisahan yang melanda pikirannya.Tangannya merogoh ponsel di saku celananya, menekan tombol panggil pada nama kontak Marko, salah satu bodyguardnya."Halo Marko, cepat cari di mana istriku berada, dan aku tidak mau mendengar alasan apapun. Kalian harus segera menemukannya!" perintah Kenzo dengan suara tegas seolah perkataannya itu tidak pernah bisa dibantah.Setelah memberi perintah, Kenzo menutup sambungan teleponnya dan berjalan menuju lemari minumannya. Dia mengambil botol Vodka dan gelas kecil, menuangkan minuman itu dengan gerak
Kenzo berjalan tergesa-gesa di lobi apartemen. Setelah berada di depan ia segera mengakses kartu apartemennya dan langsung masuk begitu saja tanpa menunggu dibukakan pintu."Kaylee!" Ia berteriak memanggil istrinya, membuka pintu kamar, kamar mandi dan di dapur pun wanita yang sedang ia cari itu tak kunjung ia temukan. "Kemana dia? Bukankah aku menyuruhnya untuk tetap tinggal di sini?" gumam Kenzo mulai merasa kesal. Saat sedang berpikir tiba-tiba matanya menangkap sebuah foto yang tergeletak di atas meja. Sontak saja pria itu langsung menyambarnya. Mendadak rahangnya mengeras dan tangannya mengepal dengan emosi yang menggebu-gebu. "Brengsek! Siapa yang sudah memberikan ini padanya?" Rasa khawatirnya pun terbukti jika seseorang yang tadi memotret dirinya di perusahaan ternyata memang berniat buruk. Buktinya sekarang foto itu sudah berada di apartemennya. "Jangan-jangan dia sudah melihat ini semua!"Merasa
Chapter 71Kaylee membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan perasaan kesal yang memenuhi hatinya. Ingatannya tentang apa yang baru saja dilihatnya di apartemen membuatnya merasa hancur. Dalam kebingungannya, ia bergumam pada dirinya sendiri, "Kenapa kamu bisa melakukan hal itu. Kenapa tidak memberiku kesempatan untuk memutuskan perasaan ini sampai kamu harus berselingkuh dengan wanita lain!" lirih Kaylee merenung.Beberapa saat kemudian, pintu kamar terbuka, dan Axel masuk membawa segelas susu dan semangkuk bubur."Kenapa kamu tidak istirahat?" tanyanya menatap wanita yang masih duduk di atas tempat tidur. "Ah, tidak! Aku belum ngantuk!" jawab Kaylee merasa canggung. Karena ia sudah menjadi istri Kenzo, hubungannya dengan Axel tidak lagi sehangat dulu."Ya sudah kalau begitu minumlah susu dan bubur ini. Ingat di dalam perutmu ada kehidupan lain, jangan biarkan dirimu kelaparan karena bukan hanya kamu yang menderita, tet
"Axel!" lirih Kaylee terkejut saat melihat pria itu yang ada di dalam mobil."Kaylee, kenapa kamu ada di sini?"Namun, Kaylee hanya diam membisu, pandangannya masih terpaku pada jalan di depan tanpa memberikan jawaban apapun. Pikirannya masih terombang-ambing di tengah-tengah kekacauan emosional yang baru saja dia alami di apartemennya."Kaylee!"Axel memanggilnya lagi, kali ini dengan sedikit keras, membuat Kayla terlonjak kaget dari lamunannya. "Kaylee, apa yang terjadi? Kenapa kamu diam saja?"Kaylee menggelengkan kepalanya perlahan, bibirnya bergetar tetapi tidak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Dia merasa kebingungan dan putus asa, tidak tahu harus bagaimana mengatasi semua masalah yang menghantui pikirannya."Baiklah, kalau begitu," kata Axel dengan suara lembut, mencoba menenangkan Kaylee. Tanpa menunggu jawaban lebih lanjut, Axel membuka pintu mobilnya, "Masuklah, kita bicara di tempat lain!""Hmm, tapi ...."Kaylee merasa ragu sejenak, tetapi setelah mempertimbangkan situ
Tiba-tiba seorang wanita yang tidak dikenal memakai topi berdiri di depan pintu membuat Kaylee terkejut."Maaf, Anda siapa?" tanya Kaylee, merasa tidak mengenal wanita yang masih berdiri sambil tersenyum itu."Maaf, Nyonya. Saya hanya ingin memberikan paket ini," jawab wanita itu sambil menyodorkan sebuah bingkisan kecil yang dibungkus rapi."Dari siapa ini?" tanya Kaylee penasaran Karena ia merasa tidak memesan sebuah paket apapun bahkan di tinggal du apartemen saja imbaru satu hari."Saya hanya ditugaskan untuk mengantar, Nyonya. Selebihnya, saya tidak tahu. Kalau begitu, saya permisi!" ucap wanita itu sebelum pergi tanpa memberi kesempatan bagi Kaylee untuk bertanya lebih lanjut.Kaylee, yang awalnya hendak pergi, memutuskan untuk kembali ke dalam apartemen. Dia menutup pintu rapat dan membolak-balikkan bingkisan yang ada di tangannya."Apa Kenzo yang mengirimnya?" gumamnya, mencoba menebak-nebak. Dalam hati, dia berharap bahwa suaminya ingin berbaikan dengannya, dan dia bersiap un
Kenzo memegang kemudi mobilnya dengan gemetar, mata membelalak, hatinya berdegup kencang. Dia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi"Brengsek, tidak akan kubiarkan kamu lolos begitu saja!"Berkali-kali ia memukul kemudi meluapkan segala emosi yang ada di dalam hatinya. Sebisanya ada seseorang yang hendak memanfaatkan situasi di saat hatinya sedang tidak baik-baik saja. Seseorang itu pasti tidak tahu bagaimana seorang Kenzo Alexander omosu saat marah! Nyawa bisa menjadi taruhannya."Damn it!" pekik Kenzo, menekan pedal gas dengan keras. Mobilnya meluncur di jalanan kota yang ramai, mengejar mobil hitam yang yang dikendarai oleh seorang penguntit. Pikirannya dipenuhi dengan kemarahan yang meledak-ledak."Shit! Kamu pikir, kamu bisa melakukan sesuatu padaku," gumam Kenzo kepada dirinya sendiri, tatapan tajamnya menatap mobil yang menjadi targetnya. "Aku yakin kamu berniat buruk!"Mobil Kenzo mempercepat, melewati lampu merah dan menabrak tanpa ampun setiap tikungan jala