"Jadi, hari ini aku akan menikah?" Kaylee kembali mengulang pertanyaannya.
"Iya Nona! Memangnya Nona tidak ingat?"Tiba-tiba saja Madam Marina terkekeh sendiri membuat Kaylee semakin heran dibuatnya."Biasa, kalau mau pengantin baru memang begitu, Nona! Mungkin yang dipikirkan adalah malam pertama, sampai lupa dengan hal lainnya!""Malam pertama!"Ingatan Kaylee kembali pada perjanjiannya dengan Kenzo. Di mana ia akan menikah dengan Kenzo dan menjalani perjanjian yang sudah di sepakati.Madam Marina menghentikan tawa kecilnya dan kembali dengan wajah serius, "Maafkan saya, Nona! Mari kita mulai jangan sampai Tuan Kenzo marah karena terlalu lama menunggu!"Madam Marina menyuruh Kaylee membersihkan diri di kamar mandi dan setelah itu memakai gaun yang sudah ia bawa.Kaylee menatap pantulan dirinya di depan cermin. Tubuhnya yang ramping berbalut gaun putih nan mewah terlihat sangat sempurna. Namun, wajahnya tidak memancarkan kebahagiaan karena bukan pernikahan ini yang dia inginkan.Andai ia menikah dengan Axel, pria yang ia cintai, Kaylee pasti akan sangat bahagia. Tetapi, kebahagiaan itu pupus begitu saja saat sadar jika memang bukan dengan Axel ia menikah, melainkan dengan Kenzo, pria yang merupakan pelanggan club di tempatnya bekerja."Oh My God, Nona cantik sekali!"Madam Marina terpesona saat Kaylee membalikan tubuhnya, hingga wanita berambut merah itu tak bisa menutup mulutnya dan matanya berbinar-binar."Belum di make-up saja, Nona sudah sangat cantik. Kecantikan ini benar-benar alami. Apalagi dengan sedikit sentuhan make-up, pasti Tuan Kenzo tidak akan mengenali Nona karena terlalu cantik!" puji wanita itu tak henti-hentinya berdecak kagum.Kaylee hanya mampu tersenyum tipis mendengar pujian dari Madam Marina. Secantik apapun ia, tak berarti apa-apa jika bukan Axel yang melihatnya. Haruskah ia bahagia? Atau pura-pura bahagia? Sungguh ia tidak bisa menutupi kesedihannya.Sedari kecil hidupnya tak pernah beruntung. Ia bahkan tidak tahu siapa orang tuanya. Hanya Axel yang ia miliki. Jadi, apapun yang terjadi, Kaylee rela berkorban untuknya, untuk pria yang sangat ia cintai."Nona, Nona!"Kaylee terkejut ketika Madam Marina memanggilnya. Ia gelagapan menghapus air matanya dengan kasar dan tersenyum."Maaf! Maafkan aku!" ucap Kaylee merasa bersalah karena ia sudah membuat semuanya menjadi lama."Tidak apa-apa Nona! Maaf, tapi Nona harus segera di make-up, Tuan Kenzo sudah menunggu!"Kaylee menganggukkan kepalanya dan duduk di depan meja rias. Ia menarik napasnya dalam-dalam guna mengurangi sesak di dadanya.Madam Marina mulai melakukan pekerjaannya dengan penuh keseriusan. Pertama merapikan alis dan mengaplikasikan foundation dengan lembut. Kaylee hanya mampu menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong.Memangnya apa yang bisa ia lakukan selain pasrah? Ingin sekali ia berteriak guna mengeluarkan segala sesak di dadanya. Tetapi, apalah daya, Kaylee harus sadar diri, jika yang terjadi padanya saat ini adalah konsekuensi atas tindakan yang sudah ia ambil."Warna ini pasti cocok untuk anda, Nona!" ucap Madam Marina tersenyum. Ia tidak tahu kalau Kaylee tidak mendengar perkataannya karena sibuk melamun.Setelah memberikan sentuhan akhir dengan warna nude di bibir Kaylee. Madam Marina menata rambut wanita itu dengan telaten. Rambut Kaylee diatur dengan indah, menciptakan tampilan pengantin yang natural namun tetap elegan.Sementara itu diluar, Kenzo yang sudah terlihat tampan dengan balutan tuxedo rancangan desainer terkenal, masih menunggu Kaylee di sofa dengan santai.Tak lama kemudian Madam Marina turun dan menghampirinya. "Permisi Tuan, Nona Kaylee sudah selesai dirias!" ucapnya melapor.Kenzo terpaku ketika sebuah kaki jenjang dengan high heels mewah itu berjalan ke arahnya. Perlahan, matanya terangkat dan kini ia kembali tak bisa berkata-kata saat Kaylee sudah berdiri di depannya.Wajahnya yang memesona memancarkan cahaya kecantikan yang memikat, dan setiap gerakan tubuhnya memancarkan keanggunan yang memukau. Kenzo merasa seakan-akan dirinya tersapu oleh pesona yang tak terlukiskan oleh kata-kata, hanya bisa terpaku dalam keheningan."Tuan Kenzo, karena tugas saya sudah selesai, saya permisi!" ucap Madam Marina membungkukkan tubuhnya.Kenzo masih diam tak menjawab Madam Marina. Ia terhipnotis dengan kecantikan Kaylee. Gaun pengantin itu tampak sederhana tapi terlihat elegan. Apalagi, bahu Kaylee yang putih dan mulus membuat Kenzo tak sanggup berkata-kata. Sungguh Kaylee seperti putri yang ada di Negeri dongeng."Baik, kita berangkat sekarang!" ucapnya beranjak dan melangkah lebih dulu.Seorang Kenzo Alexander Amosu, pria dingin tampan dan mapan terlalu gengsi untuk mengatakan jika Kaylee sangat cantik. Dibalik sikapnya yang acuh, ia menyimpan sejuta misteri.Kaylee berjalan mengikuti Kenzo dari belakang. Perasaannya sungguh tak menentu ketika Limousine itu sudah menunggunya.Saat keduanya sudah masuk, Limousine itu pun meluncur menuju gereja yang akan menjadi tempat dan saksi ikatan sakral antara Kaylee dan Kenzo untuk menjadi sepasang suami istri.******Kini, limousine itu sudah sampai di depan gereja katedral kota Adenville. Kenzo turun lebih dulu dan berjalan memutar untuk menyambut Kaylee.Ketika pintu terbuka, Kaylee terkejut saat tangan pria itu terulur padanya. Mau tak mau, ia menyambutnya dan langsung keluar dengan di gandeng Kenzo masuk ke dalam gereja.Keduanya berjalan anggun menuju altar. Tidak banyak yang hadir. Hanya beberapa anak buah Kenzo dan saksi.Sempat berpikir kenapa tidak ada orang tua Kenzo yang datang? Namun, pikiran itu Kaylee hapus jauh-jauh ketika sadar dirinya dinikahi hanya untuk membayar uang yang sudah diberikan Kenzo. Jadi, untuk apa Kenzo menyuruh orang tuanya hadir! Pikir KayleeKini, Kenzo dan Kaylee sudah berada di atas altar. Dan di depan mereka ada pendeta yang siap mengikat janji suci keduanya."Kaylee Aletha Edmont, apakah engkau bersedia menerima Kenzo sebagai suamimu, untuk mencintai, menghormati, dan setia kepadanya dalam suka dan duka?"Kaylee menangis. Ia bungkam tanpa menjawab pertanyaan pendeta itu. Kenzo yang berada di sebelahnya nampak geram. Kenapa wanita itu hanya diam? Membuang-buang waktu baginya."Kaylee Aletha Edmont, apa anda bersedia menerima Kenzo dalam suka maupun duka?"Wanita itu terperanjat dan baru sadar jika jawabnya sudah ditunggu. Ia menoleh pada Kenzo, dan tatapan tajam pria itu membuatnya ketakutan."Sa-saya bersedia," jawabnya terbata dan berusaha menahan air matanya yang terus keluar dari pelupuk matanya."Kenzo Alexander Amosu, apakah engkau bersedia menerima Kaylee sebagai istrimu, untuk mencintai, menghormati, dan setia kepadanya dalam suka dan duka?""Saya bersedia," jawab Kenzo tegas tanpa hambatan."Maka, dengan kehendak Tuhan dan di hadapan kami semua, saya mengikatkan janji suci ini. Apa yang telah Tuhan satukan, tidak ada yang dapat memisahkan. Kaylee dan Kenzo, kalian sekarang suami dan istri. Yang Kenzo Tuhan satukan, tidak ada yang bisa memisahkan.""Selamat berbahagia!" ucap pendeta itu mengakhirinya.Tangis Kaylee pecah. Tubuhnya bergetar ketika ia sudah resmi menjadi istri dari seorang Kenzo Alexander Amosu.Bagaimanapun ia tidak bisa menjaga dirinya. Walaupun pernikahan itu tidak seperti yang kebanyakan orang pikirkan, namun untuk kehormatannya sudah pasti akan menjadi milik Kenzo."Axel, maafkan aku! Maafkan aku yang tidak bisa menepati janji untuk menikah denganmu. Aku sudah tidak pantas untukmu!" batin Kaylee menangis.Kini, Kenzo dan Kaylee sudah berada di kamar hotel setelah pulang dari gereja tempat mereka mengikat janji suci. Tidak ada pesta apapun. Karena pernikahan ini hanya sebuah kesepakatan. Kaylee sendiri tidak berharap lebih. Yang ia inginkan hanya waktu cepat berlalu, agar ia bisa terbebas dari Kenzo.Melihat wanita yang ia nikahi hanya diam saja di atas ranjang, Kenzo mendekat. "Aku mau mandi! Saat aku keluar nanti, aku mau kamu sudah mengganti gaun dengan lingerie itu!" ucapnya berlalu begitu saja membuat Kaylee terperanjat. Setelah Kenzo pergi ke kamar mandi, Kaylee menoleh dan pandangannya tertuju pada lingerie merah yang tergeletak di atas ranjang tak jauh darinya."Haruskah aku memakai ini?" gumamnya benar-benar merasa gugup dan sedih karena sebentar lagi kesuciannya akan ia serahkan pada Kenzo.Dengan pelan, ia meraih lingerie tersebut. Jantungnya berdegup kencang. Kaylee beranjak dari tempat tidur, dan terlihat ragu karena takut Kenzo akan melihat saat ia mengganti gaunnya.Mend
"Aaargghhh!"Kenzo menghentikan gerakannya sebentar, menatap Kaylee yang kini menangis di bawah tubuhnya. Perlahan, ia mulai bergerak kembali hingga teriakan Kaylee mereda.Ia menyeringai saat wanita itu kini hanya bisa memejamkan mata dan pasrah oleh keadaan. Tidak bertanya untuk siapa uang yang ia berikan. Karena baginya itu tidak penting. Yang jelas, Kenzo bahagia karena Kaylee mau menerima tawarannya. "T-tuan, ini rasanya sangat sakit sekali, Tuan!" racau Kaylee mencengkeram pundak Kenzo dengan kuat.Kenzo tak menjawab perkataan wanita itu, ia sibuk dengan gairahnya yang sudah semakin memuncak! Bahkan cakaran Kaylee dipundaknya, seolah tak ia rasakan karena yang ia alami saat ini terlalu nikmat untuk di ungkapkan dengan kata-kata."Shit!" Kenzo mengumpat ketika semakin lama tubuh Kaylee, semakin membuatnya kecanduan.Cukup lama bergerak dan menjadi pemimpin, Kenzo akhirnya bisa mencapai pelepasannya. Pria itu terkulai lemas di atas tubuh Kaylee. Sedangkan Kaylee, hanya bisa menang
Dengan hati yang hancur, Kaylee meremas selimut di sekeliling tubuhnya, mencoba keras untuk menahan tangisnya agar tidak terdengar oleh Kenzo. Kenzo bergerak dengan santainya, tidak peduli dengan perasaan Kaylee. Kenzo segera mengenakan pakaiannya tanpa sepatah kata pun, seolah-olah melupakan keberadaan Kaylee begitu saja. Ia telah membayar Kaylee, jadi mau tidak mau Kaylee harus menuruti perintahnya."Jangan menangis! Bukannya ini yang kamu mau?""Kamu sudah mendapatkan uangmu, maka biarkan aku mendapatkan hakku! Aku menyentuhmu setelah menikah, walaupun pernikahan ini hanya sebuah kesepakatan!" ucap Kenzo yang tahu jika wanita itu menangis karena bahunya berguncang.Kaylee mengusap kasar air matanya, kemudian bangkit sembari mengeratkan selimut yang menutupi tubuhnya. Ia berbicara pada Kenzo. "Tuan, aku mohon izinkan aku ke rumah sakit sebentar saja! Anggap saja kalau aku hanya ingin mengucapkan selamat perpisahan pada Axel!"Dengan berat hati Kaylee berbicara seperti itu. Ia berhar
Kaylee menatap wajah teduh pria tampan di depannya. Ia terus memegang tangan Axel, seperti tidak ingin melepaskannya."Bagaimana kabarmu?" tanya Kaylee sambil menggenggam erat tangan pria yang masih setia memejamkan matanya."Mungkin setelah ini aku tidak bisa menemanimu lagi," ucap Kaylee dengan suara lemah, mengungkapkan rasa sakit dan keputusasaan yang terlalu berat untuk diucapkan.Air mata mulai mengalir di pipinya. Dia berusaha menahan rasa sakit dan kehilangan yang melanda dirinya. Namun, dia tahu dia harus tetap kuat untuk Axel. Walaupun Kaylee tahu, saat ini dia sudah tidak pantas untuk Axel. Tetapi harapan itu tetap ada, meskipun hanya setetes air."Sekali lagi maafkan aku, Axel! Setelah sembuh nanti, aku harap kamu bisa menjalani hidup ini dengan baik tanpa aku!"Dengan susah payah, Kaylee menyeka air matanya dan berusaha untuk tetap tersenyum, walaupun dia tahu Axel tidak bisa melihatnya. Tetapi, Kaylee yakin pria itu bisa men
Kaylee melangkah masuk ke dalam kamarnya dengan gontai. Dia merasakan beban yang begitu berat di pundaknya, membuatnya hampir tidak mampu untuk bernapas. Setelah menutup pintu kamar, Kaylee menyingkirkan sepatunya dan duduk di pinggiran ranjang. Matanya memandang kosong ke dinding, mencoba mengatasi gelombang kecemasan yang menghantamnya. Dia mengambil napas dalam-dalam, berusaha membebaskan diri dari belenggu yang menyiksa hatinya. Setelah beberapa saat, dengan perlahan-lahan, Kaylee merebahkan diri di atas ranjang, membiarkan tubuhnya meresapi kenyamanan tempat itu. "Lelah sekali! Aku sangat lelah!"Masih memakai gaun pengantin, Kaylee terlelap begitu saja ketika tubuh dan hatinya benar-benar lelah.Ia dan Kenzo tidak tidur dalam kamar yang sama. Dan Kaylee merasa sedikit tenang ketika Kenzo mengatakan akan pergi dalam waktu dua hari, itu berarti dirinya tak harus melayani pria itu.*****Sementara itu di rumah saki
Kini, Kaylee dan Jessi sudah berada di depan butik. Namun, pikiran Kaylee terus berkelana pada Axel. Bagaimana keadaannya? Apa dia sudah sadar?"Nyonya Kaylee!" Panggilan Jessi mengejutkannya. Kaylee menoleh dan tersenyum tipis."M-maaf!" ucap Kaylee yang merasa tak enak karena sudah melamun. Andai ia pergi bersama Kenzo, sudah dipastikan pria itu akan memarahinya."Tidak apa-apa, Nyonya! Ayo, masuklah! Tuan Kenzo berpesan agar Nyonya mengambil gaun yang banyak untuk ganti!"Sepasang mata hazel itu tercengang, "Mana bisa! Aku mau ambil beberapa potong saja!" jawab Kaylee tersenyum tipis. Ia tidak mau suatu saat Kenzo meminta imbalan lagi untuk semua itu. "Ini sudah perintah, Nyonya! Jadi, Nyonya tidak boleh menolak."Sudah Kaylee duga, jawaban itu pasti yang akan di katakan Jessi. Akhirnya ia menganggukkan kepalanya, kemudian mereka berdua masuk ke dalam butik.Wanita yang sedang berbincang dengan karyawannya itu menole
"Jadi, totalnya 100 juta, Nyonya!" ucap pegawai butik Cassandra yang berhasil membuat Kaylee tercengang."Mahal sekali!" gumamnya melirik ke arah Jessi yang masih setia berdiri di sampingnya.Kemudian, Kaylee memberikan black card pemberian Kenzo pada pegawai butik. Dengan cepat wanita yang memakai baju putih itu menggesek kartu tersebut dan tak lupa menyuruh Kaylee memasukan pin."Aku tidak tahu pin nya!" batinnya karena Kenzo belum memberitahunya. Mungkin pria itu lupa.Ting!Satu notifikasi pesan masuk ke dalam ponselnya dan Kaylee segera membukanya.[Pin nya tanggal pernikahan kita!]Kaylee kembali dibuat tercengang. Bagaimana bisa Kenzo tau apa yang ia butuhkan saat ini. Apa mungkin dia menebak? Atau dia cenayang? pikirnya."Nyonya?" Panggilan dari pegawai butik itu membuat Kaylee tersadar. Dengan cepat ia memasukkan no pin yang sudah diberitahukan Kenzo padanya. Pembayaran selesai dan barang suda
"Tuan, bukannya anda ...."Kaylee mencoba menyembunyikan kecemasan yang melonjak di dalam dirinya. Kenapa Kenzo ada di mansion? Bukankah seharusnya dia kembali besok malam?"Kenapa? Kamu tidak suka melihatku ada di sini?" tanyanya dengan nada dingin."Bukan begitu, Tuan, tapi ...."Matanya memandang Kaylee dengan ekspresi datar, hingga wanita itu tak berani melanjutkan perkataannya.Kenzo berdiri dan ia melangkah untuk menghampirinya. Wajahnya sangat dingin, hampir tidak menunjukkan emosi apa pun. Tatapannya tajam seperti pedang yang siap menghunus mangsanya. Seketika itu juga, degup jantung Kaylee berdebar kencang. Setiap langkah yang semakin mendekat, kecemasan Kaylee semakin memuncak. "Berikan ponselmu?"Ia kembali terkejut saat Kenzo kini sudah berada di depannya. Wajahnya terlihat ragu, namun lagi-lagi gestur tubuh Kenzo membuatnya takut."Po-ponsel untuk apa, Tuan?""Berikan saja!" jawa