Share

Chapter 7

"Jadi, hari ini aku akan menikah?" Kaylee kembali mengulang pertanyaannya.

"Iya Nona! Memangnya Nona tidak ingat?"

Tiba-tiba saja Madam Marina terkekeh sendiri membuat Kaylee semakin heran dibuatnya.

"Biasa, kalau mau pengantin baru memang begitu, Nona! Mungkin yang dipikirkan adalah malam pertama, sampai lupa dengan hal lainnya!"

"Malam pertama!"

Ingatan Kaylee kembali pada perjanjiannya dengan Kenzo. Di mana ia akan menikah dengan Kenzo dan menjalani perjanjian yang sudah di sepakati.

Madam Marina menghentikan tawa kecilnya dan kembali dengan wajah serius, "Maafkan saya, Nona! Mari kita mulai jangan sampai Tuan Kenzo marah karena terlalu lama menunggu!"

Madam Marina menyuruh Kaylee membersihkan diri di kamar mandi dan setelah itu memakai gaun yang sudah ia bawa.

Kaylee menatap pantulan dirinya di depan cermin. Tubuhnya yang ramping berbalut gaun putih nan mewah terlihat sangat sempurna. Namun, wajahnya tidak memancarkan kebahagiaan karena bukan pernikahan ini yang dia inginkan.

Andai ia menikah dengan Axel, pria yang ia cintai, Kaylee pasti akan sangat bahagia. Tetapi, kebahagiaan itu pupus begitu saja saat sadar jika memang bukan dengan Axel ia menikah, melainkan dengan Kenzo, pria yang merupakan pelanggan club di tempatnya bekerja.

"Oh My God, Nona cantik sekali!"

Madam Marina terpesona saat Kaylee membalikan tubuhnya, hingga wanita berambut merah itu tak bisa menutup mulutnya dan matanya berbinar-binar.

"Belum di make-up saja, Nona sudah sangat cantik. Kecantikan ini benar-benar alami. Apalagi dengan sedikit sentuhan make-up, pasti Tuan Kenzo tidak akan mengenali Nona karena terlalu cantik!" puji wanita itu tak henti-hentinya berdecak kagum.

Kaylee hanya mampu tersenyum tipis mendengar pujian dari Madam Marina. Secantik apapun ia, tak berarti apa-apa jika bukan Axel yang melihatnya. Haruskah ia bahagia? Atau pura-pura bahagia? Sungguh ia tidak bisa menutupi kesedihannya.

Sedari kecil hidupnya tak pernah beruntung. Ia bahkan tidak tahu siapa orang tuanya. Hanya Axel yang ia miliki. Jadi, apapun yang terjadi, Kaylee rela berkorban untuknya, untuk pria yang sangat ia cintai.

"Nona, Nona!"

Kaylee terkejut ketika Madam Marina memanggilnya. Ia gelagapan menghapus air matanya dengan kasar dan tersenyum.

"Maaf! Maafkan aku!" ucap Kaylee merasa bersalah karena ia sudah membuat semuanya menjadi lama.

"Tidak apa-apa Nona! Maaf, tapi Nona harus segera di make-up, Tuan Kenzo sudah menunggu!"

Kaylee menganggukkan kepalanya dan duduk di depan meja rias. Ia menarik napasnya dalam-dalam guna mengurangi sesak di dadanya.

Madam Marina mulai melakukan pekerjaannya dengan penuh keseriusan. Pertama merapikan alis dan mengaplikasikan foundation dengan lembut. Kaylee hanya mampu menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong.

Memangnya apa yang bisa ia lakukan selain pasrah? Ingin sekali ia berteriak guna mengeluarkan segala sesak di dadanya. Tetapi, apalah daya, Kaylee harus sadar diri, jika yang terjadi padanya saat ini adalah konsekuensi atas tindakan yang sudah ia ambil.

"Warna ini pasti cocok untuk anda, Nona!" ucap Madam Marina tersenyum. Ia tidak tahu kalau Kaylee tidak mendengar perkataannya karena sibuk melamun.

Setelah memberikan sentuhan akhir dengan warna nude di bibir Kaylee. Madam Marina menata rambut wanita itu dengan telaten. Rambut Kaylee diatur dengan indah, menciptakan tampilan pengantin yang natural namun tetap elegan.

Sementara itu diluar, Kenzo yang sudah terlihat tampan dengan balutan tuxedo rancangan desainer terkenal, masih menunggu Kaylee di sofa dengan santai.

Tak lama kemudian Madam Marina turun dan menghampirinya. "Permisi Tuan, Nona Kaylee sudah selesai dirias!" ucapnya melapor.

Kenzo terpaku ketika sebuah kaki jenjang dengan high heels mewah itu berjalan ke arahnya. Perlahan, matanya terangkat dan kini ia kembali tak bisa berkata-kata saat Kaylee sudah berdiri di depannya.

Wajahnya yang memesona memancarkan cahaya kecantikan yang memikat, dan setiap gerakan tubuhnya memancarkan keanggunan yang memukau. Kenzo merasa seakan-akan dirinya tersapu oleh pesona yang tak terlukiskan oleh kata-kata, hanya bisa terpaku dalam keheningan.

"Tuan Kenzo, karena tugas saya sudah selesai, saya permisi!" ucap Madam Marina membungkukkan tubuhnya.

Kenzo masih diam tak menjawab Madam Marina. Ia terhipnotis dengan kecantikan Kaylee. Gaun pengantin itu tampak sederhana tapi terlihat elegan. Apalagi, bahu Kaylee yang putih dan mulus membuat Kenzo tak sanggup berkata-kata. Sungguh Kaylee seperti putri yang ada di Negeri dongeng.

"Baik, kita berangkat sekarang!" ucapnya beranjak dan melangkah lebih dulu.

Seorang Kenzo Alexander Amosu, pria dingin tampan dan mapan terlalu gengsi untuk mengatakan jika Kaylee sangat cantik. Dibalik sikapnya yang acuh, ia menyimpan sejuta misteri.

Kaylee berjalan mengikuti Kenzo dari belakang. Perasaannya sungguh tak menentu ketika Limousine itu sudah menunggunya.

Saat keduanya sudah masuk, Limousine itu pun meluncur menuju gereja yang akan menjadi tempat dan saksi ikatan sakral antara Kaylee dan Kenzo untuk menjadi sepasang suami istri.

******

Kini, limousine itu sudah sampai di depan gereja katedral kota Adenville. Kenzo turun lebih dulu dan berjalan memutar untuk menyambut Kaylee.

Ketika pintu terbuka, Kaylee terkejut saat tangan pria itu terulur padanya. Mau tak mau, ia menyambutnya dan langsung keluar dengan di gandeng Kenzo masuk ke dalam gereja.

Keduanya berjalan anggun menuju altar. Tidak banyak yang hadir. Hanya beberapa anak buah Kenzo dan saksi.

Sempat berpikir kenapa tidak ada orang tua Kenzo yang datang? Namun, pikiran itu Kaylee hapus jauh-jauh ketika sadar dirinya dinikahi hanya untuk membayar uang yang sudah diberikan Kenzo. Jadi, untuk apa Kenzo menyuruh orang tuanya hadir! Pikir Kaylee

Kini, Kenzo dan Kaylee sudah berada di atas altar. Dan di depan mereka ada pendeta yang siap mengikat janji suci keduanya.

"Kaylee Aletha Edmont, apakah engkau bersedia menerima Kenzo sebagai suamimu, untuk mencintai, menghormati, dan setia kepadanya dalam suka dan duka?"

Kaylee menangis. Ia bungkam tanpa menjawab pertanyaan pendeta itu. Kenzo yang berada di sebelahnya nampak geram. Kenapa wanita itu hanya diam? Membuang-buang waktu baginya.

"Kaylee Aletha Edmont, apa anda bersedia menerima Kenzo dalam suka maupun duka?"

Wanita itu terperanjat dan baru sadar jika jawabnya sudah ditunggu. Ia menoleh pada Kenzo, dan tatapan tajam pria itu membuatnya ketakutan.

"Sa-saya bersedia," jawabnya terbata dan berusaha menahan air matanya yang terus keluar dari pelupuk matanya.

"Kenzo Alexander Amosu, apakah engkau bersedia menerima Kaylee sebagai istrimu, untuk mencintai, menghormati, dan setia kepadanya dalam suka dan duka?"

"Saya bersedia," jawab Kenzo tegas tanpa hambatan.

"Maka, dengan kehendak Tuhan dan di hadapan kami semua, saya mengikatkan janji suci ini. Apa yang telah Tuhan satukan, tidak ada yang dapat memisahkan. Kaylee dan Kenzo, kalian sekarang suami dan istri. Yang Kenzo Tuhan satukan, tidak ada yang bisa memisahkan."

"Selamat berbahagia!" ucap pendeta itu mengakhirinya.

Tangis Kaylee pecah. Tubuhnya bergetar ketika ia sudah resmi menjadi istri dari seorang Kenzo Alexander Amosu.

Bagaimanapun ia tidak bisa menjaga dirinya. Walaupun pernikahan itu tidak seperti yang kebanyakan orang pikirkan, namun untuk kehormatannya sudah pasti akan menjadi milik Kenzo.

"Axel, maafkan aku! Maafkan aku yang tidak bisa menepati janji untuk menikah denganmu. Aku sudah tidak pantas untukmu!" batin Kaylee menangis.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status