Share

Bab 2. Tidak Mungkin

"Apa, Pak?“

“Saya … gak suka sama perempuan.“

Salma mendelik, matanya terbuka lebar. “B—bapak gay?“

“Bisa dikatakan begitu. Saya tak suka perempuan apalagi dengan tampilan seperti kamu ini.“ Fariz tersenyum samar seketika membalikkan badannya dan melangkah meninggalkan Salma yang sepertinya shock dengan pernyataan laki-laki itu.

“Gay?“ tukasnya lirih sembari berpegangan pada sofa di samping tubuhnya. Seumur hidup ia tak pernah bertemu langsung dengan pelaku gay. Ia hanya membaca kisah-kisah seperti itu di televisi atau tidak pada berita internet di ponsel.

Kini, ada seseorang yang mengaku sendiri bahwa dirinya gay? Sungguh gila! Benar-benar gila. Dunia sedang tidak baik-baik saja.

Ini tidak bisa dibiarkan. Sebagai pemudi yang menganut ilmu agama, Salma tahu gay itu sangat dilarang. Bagaimana bisa sosok pemimpin seperti itu melakukan hal yang sangat hina.

“Wah, gak bener ini!“ ucap Salma sambil menggeleng. Dengan langkah menghentak ia keluar dari ruangan Fariz.

Sementara di sisi lain, salah satu karyawan Fariz yang diminta untuk menemani laki-laki itu untuk pergi merasa heran melihat tingkah bosnya yang terus tersenyum tanpa sebab.

Biasanya laki-laki itu memasang wajah sangar juga tak bersahabat meskipun itu pada karyawannya. Namun kali ini ada yang berbeda. Apa itu disebabkan oleh gadis yang datang tadi?

Kebetulan mobil Fariz dipenuhi banyak berkas. Karyawan Fariz sudah lebih dulu duduk di kursi belakang. Hanya tinggal tempat duduk di samping Fariz yang tersisa untuk Salma.

"Ini mobil orang kaya perasaan, rapi dikit dong, Pak!" ucap Salma yang melihat dari jendela mobil banyak berkas memenuhi kursi belakang mobil.

"Bukan urusan kamu! Cepat masuk!" seru Fariz.

"Sebentar, rapiin dulu ini buat tempat duduk, mau masuk juga duduk dimana? Nggak ada tempat," ucap Salma sambil menata berkas di kursi belakang.

"Telinga kamu itu dengar nggak sih? Saya nggak punya banyak waktu dengan anak bau kencur seperti kamu, apa tempat duduk di sampingku ini kurang luas?" Fariz geram.

Salma kaget karena suara itu tidak lagi terdengar dari kursi mobil untuk menyetir. Namun, tepat di belakangnya yang dekat dengannya. Karena merasa tidak nyaman dengan keadaan itu, ia pun berusaha menjauh ke samping namun dihadang tangan Fariz ke mobil.

"Iiih, Pak, jangan seperti itu!" teriak Salma dengan berusaha mundur.

"Makanya nurut! Kaki kamu yang kebentur tadi nggak menghalangi jalan kamu masuk mobil kan? Apa perlu digendong?" tanya Fariz kini dengan pelan.

Salma semakin bingung dengan orang itu. Ia ingin lari saja mengantri bus lewat, tapi tentu dilarang dan ditahan Fariz. Bahkan ia juga heran dengan sikapnya yang barusan dia mengakui gay, namun bersikap seperti itu kepadanya.

"Oke saya masuk, Mbak, boleh pindah ke depan?" tanya Salma kepada karyawan yang dari tadi juga terlihat bingung dengan tingkah Salma dan Fariz.

"Tidak bisa, di situ khusus karyawan saya, selain karyawan dilarang duduk disitu, apa kamu itu karyawan saya?" ucap Fariz sebelum karyawannya mengatakan sepatah katapun.

'Hhhh, kalau aku gak masuk, bisa-bisa sampai sore di sini, hari ini kenapa jadi teraneh selama hidupku, astaghfirullahal'adzim,' batin Salma.

Akhirnya Salma mau duduk di samping Fariz. Sebenarnya, alasan Fariz mengantarkan Salma, itu karena ia itu tidak tega melihat Salma sendirian ditambah ia tahu kaki Salma kebentur. Namun, ia tidak mau menunjukkan kepeduliannya itu dengan gamblang.

"Nggak usah takut, ingat kan saya tadi apa?" ucap Fariz dengan sedikit senyum.

"Hah? Siapa yang takut, emang benar Bapak itu gay?" tanya kepo Salma.

"Hahaha …." Fariz tertawa lepas.

Salma menengok ke karyawannya Fariz di belakang. Ia ingin bertanya mengenai hal tersebut. Namun, ternyata karyawannya itu sedang merajut mimpi.

"Kok ketawa sih, Pak, sejak kapan Pak Fariz ini berhubungan sesama jenis?" tanya Salma.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Man
Gay? Yang bener aja, Riz!
goodnovel comment avatar
Azizah Bounty
Begitulah dia ...
goodnovel comment avatar
Nur
......... salma salma ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status