Share

121. Si barbar Ezzel

Author: Hara Kiew
last update Last Updated: 2025-08-26 14:29:05

Drama di meja makan itu belum usai. Setelah kalimat tegas Alda tadi, Ardian langsung meletakkan Eliza ke kursi. "Duduk di sini dulu ya, sayang," ujarnya pada sang putri.

Eliza mengangguk. Gadis kecil itu hanya diam menatap interaksi kedua orang tuanya dan sang adik.

Ardian lalu mendekat ke arah Ezzel. Laki-laki itu berjongkok di hadapan putranya.

“Jangan pegang-pegang. Adek marlah sama Papa!!” Namun, Ezzel langsung menjauhkan diri ketika tangannya terangkat ingin menyentuh pipi bocah itu.

Ezzel mengeratkan pelukannya pada leher Alda. “Adek Ez kan katanya bukan anak Papa,” lanjutnya mengulang kalimat yang diucapkan Ardian tadi. "Ezzel cuma anak mama."

Ardian terdiam. Kini baru menyadari sepertinya dia sudah berbuat sesuatu yang menyulitkan dirinya sendiri.

“Itu tadi bercanda, sayang. Adek Ezzel anak papa kok,” ujarnya.

Namun Ezzel kembali menjauhkan tubuh saat Ardian ingin menyentuh lengannya.

“Nah, sukurin! Anak udah ngambek baru mau dibujuk. Tadi, anaknya tenang, malah dijaili
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri Barbar Direktur Sad Boy    125. Dua garis

    Di dalam kamar, Ardian terlihat duduk santai di sofa sambil bermain ponsel sementara Alda yang sibuk menonton drama Korea di laptop. BRAK!! "MAMA, PAPA!!!" Tanpa aba-aba, pintu kamar dibuka secara bar-bar dari luar.Alda dan Ardian terlonjak bersamaan. Seharusnya, tak perlu mereka tebak-tebak lagi siapa itu. Ezzel si bungsu. "Bagus ya, masuk kamar mama papa caranya kayak gitu!!" Alda yang menegur. Wanita itu kini berkacak pinggang. "Bukannya ngetuk pintu dulu atau ucap salam, pintunya malah didorong keras kayak tadi!!" Ardian yang menyaksikan tingkah sang istri terkekeh sendiri. Bukannya menakutkan, perempuan itu malah kelihatan lucu. Lihat saja, Alda bahkan seperti tak punya keahlian marah sama sekali. "Maaf, Ma." Tapi, ternyata itu cukup ampuh untuk membuat Ezzel menundukkan kepala. Terlihat bocah itu sedang memainkan jari-jari kakinya. "Maafin adek. Nggak akan diulangi lagi kok. Janji," ujarnya sembari mengangkat dua jarinya. "Awas ya, kedapatan mama lagi kayak tadi

  • Istri Barbar Direktur Sad Boy    123. Keluarga Elfaero

    Sore hari, Alda terlihat sibuk pada beberapa model rancangan gaun yang baru saja dikirimkan oleh beberapa desainer. Saat sedang sibuk-sibuknya, tiba-tiba Ezzel datang menghampirinya. "Mama, ayo masak-masak!" ajak bocah itu antusias. Ia bahkan sudah menarik tangan Alda untuk ke dapur. "Loh, mama nggak pinter masak, sayang." Rasanya malu mengakui hal ini. Namun, bagaimana pun fakta tidak bisa disembunyikan. Kenyataannya, meski Alda sudah belajar masak mati-matian tetap saja hasil masakannya tak pernah memuaskan. Jika masakannya tidak asin ya hambar. Jika tidak hambar pasti gosong atau berantakan. Wanita itu menghela napas. Mungkin memang selamanya hanya Ardian yang bisa menguasai dapur seutuhnya. Dirinya tidak."Nanti minta ajarin papa aja, ya?" ujarnya meminta pengertian. Memilih pasrah pada satu kekurangannya, Alda membiarkan struktur keluarganya terbalik. Ardian si suami yang ahli memasak dan Alda si istri yang tak tahu apa-apa tentang dapur. "Assalamualaikum, papa pulang

  • Istri Barbar Direktur Sad Boy    123. Perkara hadiah

    Karena nilainya yang bagus, Ezzel juga memanfaatkannya untuk meminta sesuatu kepada sang papa. Karenanya, ketika sore tiba, bocah itu sudah menunggu Ardian di sofa ruang tamu sembari memakan keripik. Dan entah kenapa Eliza yang biasanya cuek juga ikut duduk di sofa bersamanya. "Ma, papa kapan pulang, sih?" Ini sudah yang ke sepuluh kalinya anak itu bertanya. Alda yang juga berada di sana menghela. "Papa pasti banyak kerjaan di kantor. Sabar ya, sayang," katanya sembari mengusap lembut rambut sang putra. Bocah itu mengangguk. Hingga sepuluh menit menunggu, ia kembali menoleh ke arah Alda. "Ini udah lama banget tau, Ma." Alda geleng kepala. "Sabar sayang, papa pasti masih di jalan." Ezzel mengangguk lesu. Namun tetap bersedia menunggu lagi. Sepuluh menit berikutnya, barulah terdengar suara pagar dibuka. Ezzel langsung bangkit dari duduknya dan berlari menuju pintu. Disusul Eliza dan Alda dari belakang. "Assalamualaikum." Akhirnya Ardian sampai di rumah. "Papa!" Baru saja pintu t

  • Istri Barbar Direktur Sad Boy    122. Insaf

    Hingga saat ini, matahari masih terbit dari timur dan akan tenggelam di ufuk barat. Kehidupan keluarga kecil Ardian dan Alda juga terus berjalan. Pagi ini Alda sedang duduk santai ruang makan sambil menikmati segelas teh ketika bel rumah berbunyi. TING TONG Alda buru-buru ke arah pintu dan mendapati bi artnya ternyata sudah membuka pintu rumah. “Loh, Mama?” Ketika pintu dibuka, ia dikejutkan dengan kedatangan Michelia dan Willie. Di belakang wanita itu juga ada Queen. “Ayo masuk!” Alda mempersilakan. Perempuan itu lalu melirik ke arah Bi Sumi. “Bi, tolong buatin minuman, ya?” pintanya halus yang diangguki langsung oleh bi Sumi. Salah satu pembantu di rumahnya. “Kamu apa kabar?” Michelia yang lebih dulu melontarkan pertanyaan usai wanita itu duduk di sofa. Alda terdiam sejenak. “Baik. Kalian?” tanyanya balik. “Baik.” “Jadi, kedatangan kami ke sini---” “Silakan dinikmati.” Bi Sumi yang tiba-tiba datang dan menyajikan minuman serta beberapa camilan di atas meja memoton

  • Istri Barbar Direktur Sad Boy    121. Si barbar Ezzel

    Drama di meja makan itu belum usai. Setelah kalimat tegas Alda tadi, Ardian langsung meletakkan Eliza ke kursi. "Duduk di sini dulu ya, sayang," ujarnya pada sang putri.Eliza mengangguk. Gadis kecil itu hanya diam menatap interaksi kedua orang tuanya dan sang adik.Ardian lalu mendekat ke arah Ezzel. Laki-laki itu berjongkok di hadapan putranya. “Jangan pegang-pegang. Adek marlah sama Papa!!” Namun, Ezzel langsung menjauhkan diri ketika tangannya terangkat ingin menyentuh pipi bocah itu. Ezzel mengeratkan pelukannya pada leher Alda. “Adek Ez kan katanya bukan anak Papa,” lanjutnya mengulang kalimat yang diucapkan Ardian tadi. "Ezzel cuma anak mama."Ardian terdiam. Kini baru menyadari sepertinya dia sudah berbuat sesuatu yang menyulitkan dirinya sendiri. “Itu tadi bercanda, sayang. Adek Ezzel anak papa kok,” ujarnya.Namun Ezzel kembali menjauhkan tubuh saat Ardian ingin menyentuh lengannya. “Nah, sukurin! Anak udah ngambek baru mau dibujuk. Tadi, anaknya tenang, malah dijaili

  • Istri Barbar Direktur Sad Boy    120. Drama di meja makan

    Si kembar sekarang sudah berusia lima tahun empat bulan. Kedua anak itu sudah sekolah dan sedang dalam masa-masa pertumbuhan. Menariknya, ternyata si kembar punya sifat yang saling bertolak belakang. Eliza yang dingin dan adiknya yang bar-bar seperti mamanya. Diri Alda benar-benar melekat pada si bungsu. “Ma, besok kita jalan-jalan, ya?” Di meja makan, Ezzel yang lebih dulu membuka topik percakapan. “Ke mana?” Alda mengernyitkan dahi. Besok weekend dan seperti biasanya, Ezzel selalu minta diajak jalan-jalan. “Kebun binatang,” sahut anak itu antusias. “Tanya papa dulu. Kalau papa oke, mama juga oke.” Alda menatap Ardian yang sedang sibuk menyuapi Eliza. Merasa dirinya masuk dalam topik pembicaraan, Ardian lantas menaruh sendoknya ke piring. “Nggak, papa sama kak El mau jalan-jalan ke air terjun,” ujar Ardian sembari menatap putrinya yang saat ini sedang berada di pangkuannya. “Ia kan, Kak?” tanyanya yang dibalas anggukan ragu-ragu dari Eliza. 'Kapan papa bilang mau ke ai

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status