Home / Romansa / Istri Bayaran Sang CEO / Bab 1 Tawaran 500 Juta

Share

Istri Bayaran Sang CEO
Istri Bayaran Sang CEO
Author: Dhesu Nurill

Bab 1 Tawaran 500 Juta

Author: Dhesu Nurill
last update Last Updated: 2023-08-08 18:47:34

"Bagaimana kalau 500 juta?" ucap Darren dengan serius.

Wajah tegas dengan rahang kokoh itu semakin memperjelas ekspresi yang tidak main-main. Walaupun saat ini usianya sudah 39 tahun, tapi Darren masih terlihat gagah dan tampan. Bahkan, banyak wanita yang mendambakan pria matang itu.

"Apa Bapak bilang? 500 juta? Bapak mau membeli saya, ya?" cetus Aluna, kesal.

Bagaimana tidak? Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, hampir semua karyawan sudah pulang. Tetapi, Aluna tertahan di sana karena ulah Darren--sang CEO--yang tidak lain bosnya sendiri.

Darren terkesiap mendengar pertanyaan gadis itu. Alis tebalnya saling bertautan. "Aku mau memberimu tawaran, bukan membeli kamu. Kalau kamu berpikiran begitu, silakan saja."

Mata indah Aluna membulat sempurna. Bosnya itu dengan enteng melontarkan kalimat terakhir dengan mudah. Ekspresinya juga sangat meremehkan Aluna, dan sang gadis tidak suka.

"Saya anggap seperti itu. Bapak pikir saya wanita murahan? Lagian, apa Bapak gila menginginkan hal seperti ini?" tanya Aluna, terdengar tak peduli akan posisinya saat ini.

Salah Darren sendiri. Sang pria tiba-tiba saja menawarkan pernikahan, seolah ikatan itu sebuah permainan. Tentu saja Aluna akan menolak. 

Dari awal bekerja sebagai sekretaris Darren, Aluna sudah tidak suka pada pria itu. Selain bersikap dingin, Darren juga arogan. Selalu saja memaksakan kehendak. Meskipun berwajah tampan, tetapi selalu membuat Aluna sebal.

Banyak wanita tergila-gila, termasuk yang ada di kantor itu.  Namun, semua itu malah membuat Aluna muak. Baginya, tampan itu tidak menjamin kebahagiaan dan sifat seseorang menjadi baik.

Itu juga sesuai dengan pengalamannya yang sudah bekerja beberapa bulan dengan Darren. Dari sekian banyak wanita yang tergila-gila pada pria itu, hanya Aluna seorang yang tidak terpesona akan ketampanan Darren. Hal itu dikarenakan sikap pria tersebut.

Lalu, tiba-tiba saja Darren memanggilnya dan melamar dadakan seperti ini. Tentu saja Aluna kaget. Bahkan perasaannya campur aduk. Pikiran buruk pun langsung berdatangan, termasuk mengira kalau Darren mau membeli dirinya.

"Ya, aku gila!" seru Darren tiba-tiba membuat Aluna terlonjak. Lamunannya pun langsung buyar.

"Ya Tuhan, orang ini membuatku kaget," gumam Aluna sangat pelan.

"Aku gila karena terus-terusan dituntut untuk menikah. Kenapa orang tua suka sekali menjodohkan anaknya? Aku tidak suka dijodohkan!"

"Tolong jangan curhat, Pak. Dan satu hal lagi, saya tidak berminat menerima tawaran itu," ujar Aluna, tidak peduli dengan ocehan Darren.

Baginya sekarang Aluna ingin segera menyudahi pembicaraan ini. Pria di depannya ini memang aneh. Mungkin efek usia yang sudah matang, sampai mencari calon istri lewat jalur instan.

"Kenapa tidak? Bukankah 500 juta itu banyak?" tanya sang CEO.

"Memang banyak, tetapi harga diri saya itu lebih tinggi dari uang 500 juta."

Darren terdiam sesaat mendengar ucapan Aluna. Mata pria itu menatap gadis di hadapannya dengan sorot tajam. Tak lama kemudian, terdengar gelak tawa membahana di ruangan itu. 

"Kenapa Bapak malah tertawa? Saya serius!" seru Aluna, heran. Wajahnya tampak kesal sekali.

"Aku juga serius mengatakan ini, 500 juta itu hanya untuk maharnya," jelas Darren.

"Hah?!"

Sekarang giliran Aluna yang terdiam. Bedanya, gadis itu terperangah, kaget. Sesaat, Aluna hampir saja tergiur. Akan tetapi, dengan cepat gadis itu menghalau pikiran aneh di benaknya.

"Aku akan memberikanmu uang bulanan 100 juta setiap bulan."

"Apa?! Se-seratus juta?" Aluna langsung meneguk saliva mendengar penawaran lain dari Darren. 

Kalau uang sebanyak itu bisa diterima oleh Aluna, dia tidak perlu bekerja lagi dan bisa menghidupi ibunya yang sudah tua. Satu hal yang paling penting, utang mendiang ayahnya pun akan segera lunas.

"Kenapa kamu diam seperti itu?"

Aluna terkesiap. Dia berusaha mengontrol ekspresi wajahnya. Tidak mau diejek apalagi diremehkan oleh Darren.

"Jangan membuatku ingin tertawa. Tadi saja kamu menolak mentah-mentah, sekarang malah diam, sampai tidak bisa mengedipkan mata pula. Bagaimana? Kamu mau, kan?"

"Tunggu dulu! Saya hanya kaget saja," kilah Aluna mencoba menetralkan perasaan.

"Benarkah?" tanya Darren, tatapannya terlihat mengejek gadis di depannya ini.

 

"Iya, benar. Memangnya tidak ada wanita lain selain saya?" tanya Aluna, penasaran.

Sepengetahuan Aluna, banyak sekali wanita yang mengantri untuk bersanding dengan Darren. Bahkan, tanpa harus ditawari uang pun, pasti ada saja wanita yang mau menikah dengan pria dingin itu. Lalu, kenapa harus Aluna? Begitu pikir sang gadis.

"Sebenarnya banyak. Bahkan, mengantri."

"Kalau begitu, pilih saja dari salah satu dari wanita yang antri itu," cetus Aluna gengsi.

"Sayangnya tidak ada satu pun yang seperti kamu."

"Apa maksud Bapak?" tanya Aluna, terlihat bingung.

Dalam hati, Aluna merutuki pria di depannya ini. Bahkan mengatai Darren dengan sebutan pria tua. Tentu saja Aluna tidak berani mengucapkannya langsung, bisa-bisa dia disuruh lembur sampai larut malam kalau melakukan itu. 

"Saya bukan wanita murahan."

"Kenapa kamu selalu bilang seperti itu? Aku tahu kamu bukan wanita murahan dan aku juga tidak membeli kesucianmu."

"Lalu, apa maksud Bapak?" tuntut Aluna, "lagian, perbedaan usia kita cukup jauh, harusnya Bapak itu berperan sebagai ayah saya."

"Apa kamu bilang?!" Tubuh Darren langsung menegang mendengar kalimat terakhir yang dilontarkan gadis di hadapannya. Walaupun memakai susunan bahasa berbeda, tapi tetap saja secara tidak langsung Aluna mengatainya sudah tua.

Di sisi lain, Aluna juga kaget melihat reaksi bosnya. Kedua telapak tangannya kini terasa dingin, takut jika Darren murka. Sang gadis baru sadar kalau dirinya sudah mengucapkan kalimat yang salah.

"Coba bilang sekali lagi! Kamu bilang apa tadi?"

Aluna menutup mulutnya rapat-rapat. Dia hanya menggelengkan kepala. Tidak mau berkomentar apa pun, atau dirinya akan mendapat masalah besar.

"Denger, ya. Aku bukan tua, tapi matang," kilah Darren.

"Saya tidak mengatai Bapak tua, loh. Bapak sendiri yang bilang barusan."

Darren langsung melotot, membuat Aluna kembali bungkam. "Aku hanya ingin kamu menjadi istriku saja," ucap Darren, berusaha mengembalikan topik pembicaraan ke semula. Dia paling kesal kalau membicarakan usia.

Ya, memang usia Darren sudah hampir kepala empat. Akan tetapi, ia merasa percaya diri. Perawakannya tidak berbeda dengan pria berusia dua puluh tahunan, masih gagah dan sangat tampan.

"Tetapi kenapa harus dibayar?" 

"Karena aku hanya ingin sandiwara pernikahan, bukan pernikahan sungguhan."

"Hah?! Hahahaa ...." Aluna tertawa mendengar alasan Darren. Baginya ini sangat lucu dan mengherankan. Kalau tidak mau menikah, untuk apa menikah? Sampai mesti membayar orang pula. Begitu pikir Aluna.

"Kenapa kamu malah tertawa? Aku serius!" seru Darren, tegas.

Gadis di depannya ini ternyata sulit sekali berkompromi. Padahal, Darren pikir Aluna bisa diajak kerja sama. Akan tetapi, hasilnya malah nihil.

"Saya juga serius, Pak, dan merasa sedikit lucu–" Aluna menjeda ucapannya. Dia harus menghentikan tawanya dulu. Kalau tidak, Darren pasti terpancing emosi.

"Bapak itu seorang CEO kaya. Saya yakin, banyak sekali wanita yang ingin menjadi istri Bapak. Mereka itu pasti menginginkan Bapak. Jadi, bagi Bapak mudah saja, tinggal meminta salah satu di antara mereka untuk pura-pura menjadi istri," papar Aluna panjang lebar. Dia harus menolak tawaran Darren, bagaimanapun caranya. Karena, pria itu bukan tipe pria idamannya.

"Bukan. Aku tidak mau. Haduh, berbicara denganmu itu memang melelahkan!" seru Darren, wajahnya tampak frustrasi. Harusnya dia menyiapkan trik lain agar Aluna mau menerima tawarannya tanpa protes. "Pantas saja HRD bilang, kalau kamu itu jago bernegosiasi. Jadi, memang seperti ini kebiasaanmu."

"Apa maksud Bapak? Tolong jangan alihkan pembicaraan!" protes Aluna. "Tidak perlu menyindir tentang kepribadian saya. Ini urusan yang Bapak timbulkan sendiri." Aluna kesal. Pria ini tidak mengerti juga. Padahal sudah jelas Aluna menolak, tapi malah berbelit-belit.

"Dengar! Aku memilihmu karena kamu itu membenciku. Kalau sama yang lain, tidak bisa."

Aluna membulatkan matanya. "Hah? Kenapa begitu?" tanya gadis tersebut dengan sorot keheranan.

Aluna benar-benar bingung dan penasaran dengan alasan Darren. Sebenarnya, apa yang diinginkan bos besarnya ini?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Zussy Llwty
ceritanya mulai asik
goodnovel comment avatar
Revida Anugrah
semakin seru aj jalan ceritanya...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 159 Malah Jadi Bumerang

    "Serius kalian menginap di sini? Lalu Nak Darren gimana? Dia masih banyak pekerjaan, kan?""Iya, Bu. Saya masih banyak pekerjaan. Sebenarnya saya juga mau menginap di sini, tapi masalahnya pekerjaan saya sangat banyak. Takutnya ada beberapa project yang terlepas kalau saya kelamaan di luar. Mohon maaf sebelumnya ya, Bu."Aluna membulatkan mata. Dia tidak percaya kalau Darren mengatakan hal seperti ini. Sama saja pria itu tidak setuju kalau mereka menginap. Padahal dia masih ingin lama-lama di sini. Sepertinya seru juga kalau mengerjai Darren di rumah ini, karena dia yakin pria itu tidak akan berani macam-macam kalau ada di rumah ibunya. "Oh ya, kalau gitu nggak apa-apa. Kalian bisa nginep kapan saja.""Atau gini aja, Bu. Aku aja yang nginep di sini. Gak masalah Mas Darren enggak ikut nginep juga."Mendengar itu Darren terkejut. Dia hampir membulatkan mata dan ingin sekali memarahi istrinya ini. Tetapi tentu saja tidak berani melakukan itu. Kalau sampai Ibu mertuanya tahu, bisa-bisa d

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 158 Tiba-tiba Melembut

    "Aku tidak akan memaafkan Bapak sebelum Bapak mengatakannya dengan baik dan benar, bukan malah nada tinggi dan membuatku takut," ujar Aluna. Kali ini dia tidak mau kalah. Lagi pula ini di rumah ibunya, bisa bebas mengatakan apa pun karena dia yakin Darren tidak akan berani mengucapkan hal-hal yang tidak baik, apalagi sampai membentaknya. Pria itu terperangah. Dia benar-benar kaget menghadapi Aluna yang seperti ini. Apakah memang wanita pada dasarnya maunya sendiri dan menjengkelkan? Dia tidak bisa berpikir jernih jika Aluna terus saja memancingnya seperti ini. "Kenapa diam seperti itu, Pak? Ya udah, kalau misalkan Bapak tidak mau meminta maaf, terserah. Ini juga kamarku kok, kalau Bapak punya malu paling Bapak cuma berdiri aja," ungkap Aluna pergi tanpa berbalik menghadap ke arah Darren, hingga akhirnya pria itu pun mengatakan sesuatu yang membuat Aluna kaget. "Ya, baiklah. Aku minta maaf. Tolong akhiri perdebatan ini, aku janji tidak akan mengulangi," terang Darren dengan suara r

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 157 Sekarang Sudah Berbeda

    Aluna terdiam mendengar semua itu. Dengan kata lain dia harus segera menyerahkan uang ratusan juta kepada bosnya ini. Dengan begitu juga mungkin dia akan menjadi janda dalam beberapa hari. Membayangkannya membuat Aluna pusing. Mana mungkin dia melakukan semua itu. Dari mana juga uangnya? Kalau sampai menggunakan sertifikat rumah, lalu dia dan ibunya akan tinggal di mana? semua akan benar-benar lenyap dalam sekejap mata. Tetapi dia juga tidak bisa memaafkan Darren begitu saja setelah apa yang dilakukan oleh pria ini.Ciuman pertamanya sudah diambil dan itu merupakan hal yang sangat berarti bagi Aluna. Memang Darren adalah suaminya, tetapi bukan suami asli yang benar-benar dicintai oleh sang gadis. Tidak bisa begitu saja menyerahkan yang paling berharga di hidupnya, termasuk ciuman pertama dan kehormatannya. Dia bukanlah orang yang bisa dengan mudah menyerahkan sesuatu hanya demi memenuhi hal-hal yang tidak pasti. "Apa begini cara Bapak membujuk seorang gadis? Pantas saja Bapak tidak l

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 156 Dikunci Berdua

    "Pokoknya kamu ikuti saja semua kata Ibu. Kamu harus bujuk Aluna bagaimanapun caranya, oke?" ucap Amalia membuat Darren kebingungan, tetapi tak urung pria itu akhirnya menganggukkan kepala. Tanpa aba-aba, Amalia tiba-tiba saja menggedor-gedor pintu kamar Aluna, membuat sang gadis yang ada di dalamnya terkejut. "Buka, Aluna! Jangan seperti ini, Ibu tidak suka kalau kamu punya masalah dan hanya didiamkan saja. Hadapi semuanya dengan tenang," ungkap Amalia marah-marah, membuat Darren semakin kebingungan. Dia tidak tahu apa yang sedang direncanakan oleh mertuanya, karena tiba-tiba saja mengendor kamar Aluna tanpa memberikan penjelasan apa rencana yang sebenarnya akan dilakukan oleh wanita paruh baya ini. Aluna juga kaget dan tidak tahu harus melakukan apa. Caranya terlalu tergesa-gesa dan ini malah membuat Aluna semakin kebingungan. "Kenapa diam saja? Ayo cepat buka! Kalau tidak, Ibu akan marah dan tidak akan memaafkanmu." Seketika Aluna membuka pintu dengan wajah takut juga kaget b

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 155 Terpaksa Menurunkan Ego

    Sepeninggalnya Aluna, Amalia dan Darren hanya saling pandang. Mereka juga kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi barusan. Setelah suara pintu tertutup, barulah keduanya tersadar.Darren langsung berdiri dan menghampiri kamar Aluna. Dia mengetuk pintu kamar sembari berkata kalau dirinya harus berbicara dengan wanita itu. "Dengarkan aku dulu, ayo kita berbicara dari hati ke hati," ucap Darren membuat Amalia menepuk jidat.Harusnya menantunya itu diam saja, memakai trik yang lembut dan juga hati-hati. Bukan malah sembrono dan menghampiri Aluna. Secara lembut saja Aluna begitu sikapnya, apalagi kalau tergesa-gesa seperti sekarang. Aluna sempat kaget di dalam, karena Darren tiba-tiba saja mengetuk pintunya. Ini benar-benar membuat gadis itu semakin tidak suka dan tidak mau dekat-dekat dengan Darren. "Ayolah, Aluna. Aku minta maaf karena sudah melakukan kesalahan, jadi bisakah kita saling berbaikan dan pulang? Aku tidak mau sampai ibuku marah-marah." Darren terus terang. Dia ti

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 154 Manusia Transparan

    Aroma makanan yang menyerang itu membuat rasa lapar semakin menjadi. Bahkan suara perutnya terdengar. Gadis itu meringis sembari memegangi perut. Kalau sudah begini, apakah dia harus menyerah untuk keluar? Tetapi bagaimana kalau ternyata benar Darren ada di sana? Yang ada dia gengsi dan malu sendiri, sebab tahu kalau dirinya kabur tanpa pamit kepada bosnya. Bagaimanapun Darren itu adalah bosnya sendiri. Pasti akan ada kata-kata yang membuat Aluna kembali merasa sakit hati, tapi kalau diam saja pun dia pasti akan kelaparan dan entah sampai jam berapa pria itu akan ada di sini. Darren melihat ke sekitar, berharap kalau Aluna datang. Tetapi tidak juga keluar. Dia berbisik kepada mertuanya, apakah rencana yang tadi itu berhasil atau tidak."Aluna belum keluar, Bu?" tanya Darren memastikan."Sudah tenang aja, sebaiknya kamu makan, ya?" Amalia terlihat santai.Dia malah menyendokan makanan di piring menantunya. Sebab Amalia mengatakan kalau Aluna pasti akan keluar. Entah cepat atau lambat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status