Home / Romansa / Istri Bayaran Sang CEO / Bab 2 Penolakan Aluna

Share

Bab 2 Penolakan Aluna

Author: Dhesu Nurill
last update Last Updated: 2023-08-08 18:48:50

"Loh, memang harus seperti itu.  Kalau aku menikahi orang yang tergila-gila akan harta dan tergila-gila padaku, akan susah," terang Darren.

"Maksudnya bagaimana? Jangan membuat alasan, Pak." 

Pembicaraan ini tidak akan ada ujungnya kalau Darren tidak langsung memberikan alasan jelas kepada Aluna.

 

"Kalau aku menikahi wanita yang gila harta, maka pasti dia akan mau melakukan berbagai cara untuk mengeruk hartaku."

Aluna pun terdiam menyimak. Dia tidak berkomentar sama sekali. Kali ini, ia ingin mendengarkan semua alasan pria itu ingin menikahinya.

"Lalu, jika aku menikahi wanita yang menggilaiku, pasti sulit melepasnya."

"Ck!" Aluna berdecak keras, melihat bosnya dengan tatapan datar. "Lalu, untuk apa menikah? Tidak usah menikah saja! Gitu aja kok, repot!" seru Aluna, gemas sendiri.

"Aku inginnya seperti itu, tapi sayangnya tidak dengan orang tuaku. Ibuku terus-terusan meminta menantu."

Aluna terperangah. Wajahnya tampak terkejut. Melihat itu, Darren malah kesal.

"Benarkah? Lucu sekali. Hahaha." Gadis itu terbahak, sampai memukuli meja kerja Darren. 

Tubuh pria itu menegang, otot rahangnya pun mengeras. Ditambah wajahnya yang memerah. Entah malu atau marah, yang pasti Darren tidak suka ditertawakan seperti itu. 

"Jangan tertawa! Aku serius." Suara Darren terdengar berat dan tertahan. Mendengar itu, Aluna berusaha menghentikan tawanya.

"Baiklah, saya hanya kaget saja mendengar seorang CEO kewalahan karena dimintai menikah oleh ibunya."

"Bagiku pernikahan itu hanya akan menyiksa."

Tawa Aluna berhenti sepenuhnya saat mendengar perkataan bosnya. Dia malah penasaran dengan pemikiran Darren.

"Kenapa Bapak berpikir seperti itu? Sungguh, itu pemikiran yang sangat salah."

Bagaimanapun Aluna harus meluruskan jalan pikiran bosnya. Pernikahan itu ibadah, bukan sesuatu yang menakutkan.

"Pernikahan itu hanya akan mengikat dua orang dengan komitmen yang memberatkan, apalagi jika salah satunya berkhianat."

Aluna kembali terperangah. Menurutnya, Darren benar-benar salah presepsi.

"Maksud Bapak apa? Kenapa Bapak malah membicarakan tentang pengkhianatan?"

Darren terdiam. Dia sepertinya baru sadar sudah keceplosan bicara.

"Oh, atau jangan-jangan memang Bapak itu pernah dikhianati, ya? Sampai tidak mau menikah."

"Jaga mulutmu! Jangan pernah membicarakan masalah pribadiku dan jangan keluar batas!" sergah Darren.

Aluna seketika terdiam. Dia kaget melihat reaksi Darren yang berbeda sekali. Marah, kecewa, tertekan dan kesedihan tergambar jelas di raut wajah pria itu. Akan tetapi, Aluna berusaha mengabaikan. Itu bukan urusannya.

"Saya kan, hanya tanya. Lagian kalau memang Bapak ingin menikahi saya, berikan alasan yang jelas. Bukan karena saya dimanfaatkan Bapak. Tapi, alasan lain yang lebih masuk akal."

Darren menatap sang gadis dengan datar. Dia terdiam sesaat, sampai akhirnya menimpali perkataan Aluna. "Tidak ada alasan lain. Aku memilihmu untuk menjadi istri sementara, sampai Ibu benar-benar menghentikan aksinya."

"Hah, Bapak semakin membuat saya kesal."

"Seharian ini ibuku mogok makan. Dia mau menantu."

"Sungguh? Hahaha .... Bapak benar-benar lucu sekali." Aluna kembali tergelak. Entah mengapa, pembicaraan ini malah terdengar seperti lelucon. Sisi lain seorang CEO dingin dan arogan pun mulai terkuak. "Harusnya Bapak itu menjadi anak yang berbakti saja," ucap Aluna, kembali melanjutkan tawa.

"Jangan mengejekku!" ketus Darren tidak terima dengan tanggapan Aluna.

"Lagian, saya yakin. Ibunya Bapak juga pasti sudah menawarkan beberapa wanita untuk dijodohkan, kan?"

Darren menautkan kedua alisnya. "Bagaimana kamu tahu?" 

Aluna tersenyum, jumawa. "Itu adalah rahasia umum, Pak. Biasanya dalam bisnis itu untuk memperkuat usaha mereka, pasti akan menikahkan anak mereka. Pernikahan bisnis, begitu, kan?"

"Ck!" Darren berdecak keras. "Sudahlah, jangan mempermasalahkan hal itu. Sekarang berikan jawabanmu. Bagaimana? Kamu mau kan menikah denganku?"

"Tidak." Aluna menjawab dengan tegas dan lugas.

 

"Hah, kenapa?!"

Darren masih tidak menyangka dengan penolakan gadis di depannya itu.

"Ya, tidak apa-apa. Saya tidak mau menikah dengan seorang pria dingin dan galak seperti Bapak. Ditambah, perbedaan usia kita sangat jauh."

Mata Darren membulat. Perkataan Aluna menohok, tepat di ulu hatinya.

"Lagian saya sudah bilang, kan? Pilih saja salah satu wanita yang sangat menggilai Bapak. Jangan saya."

"Aku juga sudah bilang. Alasan tidak memilih semua wanita itu, aku hanya ingin kamu." 

Aluna menghela napas panjang. Pria di depannya ini terlalu keras kepala.

"Kalau saya tidak mau, bagaimana?"

Darren terdiam. Pria itu sepertinya mulai kehabisan kata-kata. 

"Bapak diam, kan? Sudahlah, Pak. Ini sudah sore, Bapak membuang waktu saya saja. Saya pikir kenapa Bapak menyuruh saya menemui Bapak, ternyata hanya untuk membicarakan masalah ini."

Aluna pun berdiri. Dia tidak mau membicarakan masalah ini lagi. Darren akan tetap pada pendiriannya, begitupun dengan Aluna. Dia akan tetap menolak.

"Aluna, kamu mau ke mana?!" Darren kesal. Ia belum selesai berbicara, tapi gadis itu malah pergi. Pria tidak bisa membiarkan ini terjadi. 

"Pulanglah, Pak. Pembicaraan kita sudah selesai." 

"Kamu tidak boleh pulang!" seru Darren sembari bangkit. Langkahnya begitu cepat, sampai pria itu bisa menyusul Aluna dan menghadang jalan sang gadis.

"Loh, kenapa? Lalu ngapain juga Bapak menghadang jalan saya, awas!" seru Aluna, mulai terpancing emosi dengan kelakuan bosnya. 

"Kamu tidak boleh pulang sebelum menerima lamaranku. Apa susahnya sih, jadi istri bayaran? Kamu tinggal berlagak seperti istri sah yang baik dan penurut. Kita hanya terlihat romantis di depan orang tua dan rekan kerja saja, selebihnya hidup masing-masing."

Aluna terperangah. Baginya pernikahan itu sakral. Tidak bisa untuk main-main. Dia tidak menyangka, ada pria yang bermain dengan hukum agama seperti Darren. 

"Saya benar-benar tidak menyangka dengan Bapak." 

"Apa maksudmu?"  

Aluna mengembuskan napas kasar. Dia memalingkan wajah sejenak, lalu kembali menatap bosnya dengan sinis. Kalau saja Darren bukan atasannya, Aluna sudah memaki-maki pria itu.

"Pak, bagi saya pernikahan itu sangat sakral. Saya tidak bisa menggadaikan sebuah ikatan suci hanya untuk uang." 

Darren menggelengkan kepala. Dia juga menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Dia bisa menafsirkan, kalau Aluna itu penganut hubungan setia dan menjunjung adat istiadat juga tahu aturan agama, sampai bersikukuh seperti ini.

Darren pun paham akan hal itu. Namun, ada beberapa hal yang membuatnya tidak percaya dengan pernikahan. Maka dari itu, dia memberikan penawaran pada Aluna. Menurutnya tidak merugikan gadis itu. Bagaimanapun caranya, Darren harus mendapatkan Aluna.

"Tapi kamu butuh uang, kan? Mana ada orang yang tidak butuh uang. Benar, kan?" Darren masih berusaha untuk membujuk Aluna.

"Benar, saya butuh uang. Semua orang juga butuh uang. Tapi bukan begini caranya ...." Aluna menjeda ucapannya sejenak. Dia memejamkan mata, berusaha menenangkan diri. Berhadapan dengan Darren harus ekstra sabar.

Akan tetapi, Darren seakan tidak mau mengerti.

"Sekali lagi saya bilang, tolong jangan melakukan hal seperti ini." Kali ini Aluna memasang wajah memelas. Dia berusaha memohon, agar Darren  menghentikan aksi gilanya. 

"Kalau begitu satu miliar!"

Mata Aluna kembali membulat. 'Hah, satu miliar!' seru Aluna dalam hati. 

"Kamu kaget, kan? Lihat! Wajahmu saja terlihat memerah dan tidak bisa bergerak sama sekali. Sudahlah, terima saja. Bagaimana?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Aam Aminah
apakah dengan 1miliar pendirian Aluna akan tetap teguh
goodnovel comment avatar
Destilestari
keren kk ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 159 Malah Jadi Bumerang

    "Serius kalian menginap di sini? Lalu Nak Darren gimana? Dia masih banyak pekerjaan, kan?""Iya, Bu. Saya masih banyak pekerjaan. Sebenarnya saya juga mau menginap di sini, tapi masalahnya pekerjaan saya sangat banyak. Takutnya ada beberapa project yang terlepas kalau saya kelamaan di luar. Mohon maaf sebelumnya ya, Bu."Aluna membulatkan mata. Dia tidak percaya kalau Darren mengatakan hal seperti ini. Sama saja pria itu tidak setuju kalau mereka menginap. Padahal dia masih ingin lama-lama di sini. Sepertinya seru juga kalau mengerjai Darren di rumah ini, karena dia yakin pria itu tidak akan berani macam-macam kalau ada di rumah ibunya. "Oh ya, kalau gitu nggak apa-apa. Kalian bisa nginep kapan saja.""Atau gini aja, Bu. Aku aja yang nginep di sini. Gak masalah Mas Darren enggak ikut nginep juga."Mendengar itu Darren terkejut. Dia hampir membulatkan mata dan ingin sekali memarahi istrinya ini. Tetapi tentu saja tidak berani melakukan itu. Kalau sampai Ibu mertuanya tahu, bisa-bisa d

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 158 Tiba-tiba Melembut

    "Aku tidak akan memaafkan Bapak sebelum Bapak mengatakannya dengan baik dan benar, bukan malah nada tinggi dan membuatku takut," ujar Aluna. Kali ini dia tidak mau kalah. Lagi pula ini di rumah ibunya, bisa bebas mengatakan apa pun karena dia yakin Darren tidak akan berani mengucapkan hal-hal yang tidak baik, apalagi sampai membentaknya. Pria itu terperangah. Dia benar-benar kaget menghadapi Aluna yang seperti ini. Apakah memang wanita pada dasarnya maunya sendiri dan menjengkelkan? Dia tidak bisa berpikir jernih jika Aluna terus saja memancingnya seperti ini. "Kenapa diam seperti itu, Pak? Ya udah, kalau misalkan Bapak tidak mau meminta maaf, terserah. Ini juga kamarku kok, kalau Bapak punya malu paling Bapak cuma berdiri aja," ungkap Aluna pergi tanpa berbalik menghadap ke arah Darren, hingga akhirnya pria itu pun mengatakan sesuatu yang membuat Aluna kaget. "Ya, baiklah. Aku minta maaf. Tolong akhiri perdebatan ini, aku janji tidak akan mengulangi," terang Darren dengan suara r

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 157 Sekarang Sudah Berbeda

    Aluna terdiam mendengar semua itu. Dengan kata lain dia harus segera menyerahkan uang ratusan juta kepada bosnya ini. Dengan begitu juga mungkin dia akan menjadi janda dalam beberapa hari. Membayangkannya membuat Aluna pusing. Mana mungkin dia melakukan semua itu. Dari mana juga uangnya? Kalau sampai menggunakan sertifikat rumah, lalu dia dan ibunya akan tinggal di mana? semua akan benar-benar lenyap dalam sekejap mata. Tetapi dia juga tidak bisa memaafkan Darren begitu saja setelah apa yang dilakukan oleh pria ini.Ciuman pertamanya sudah diambil dan itu merupakan hal yang sangat berarti bagi Aluna. Memang Darren adalah suaminya, tetapi bukan suami asli yang benar-benar dicintai oleh sang gadis. Tidak bisa begitu saja menyerahkan yang paling berharga di hidupnya, termasuk ciuman pertama dan kehormatannya. Dia bukanlah orang yang bisa dengan mudah menyerahkan sesuatu hanya demi memenuhi hal-hal yang tidak pasti. "Apa begini cara Bapak membujuk seorang gadis? Pantas saja Bapak tidak l

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 156 Dikunci Berdua

    "Pokoknya kamu ikuti saja semua kata Ibu. Kamu harus bujuk Aluna bagaimanapun caranya, oke?" ucap Amalia membuat Darren kebingungan, tetapi tak urung pria itu akhirnya menganggukkan kepala. Tanpa aba-aba, Amalia tiba-tiba saja menggedor-gedor pintu kamar Aluna, membuat sang gadis yang ada di dalamnya terkejut. "Buka, Aluna! Jangan seperti ini, Ibu tidak suka kalau kamu punya masalah dan hanya didiamkan saja. Hadapi semuanya dengan tenang," ungkap Amalia marah-marah, membuat Darren semakin kebingungan. Dia tidak tahu apa yang sedang direncanakan oleh mertuanya, karena tiba-tiba saja mengendor kamar Aluna tanpa memberikan penjelasan apa rencana yang sebenarnya akan dilakukan oleh wanita paruh baya ini. Aluna juga kaget dan tidak tahu harus melakukan apa. Caranya terlalu tergesa-gesa dan ini malah membuat Aluna semakin kebingungan. "Kenapa diam saja? Ayo cepat buka! Kalau tidak, Ibu akan marah dan tidak akan memaafkanmu." Seketika Aluna membuka pintu dengan wajah takut juga kaget b

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 155 Terpaksa Menurunkan Ego

    Sepeninggalnya Aluna, Amalia dan Darren hanya saling pandang. Mereka juga kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi barusan. Setelah suara pintu tertutup, barulah keduanya tersadar.Darren langsung berdiri dan menghampiri kamar Aluna. Dia mengetuk pintu kamar sembari berkata kalau dirinya harus berbicara dengan wanita itu. "Dengarkan aku dulu, ayo kita berbicara dari hati ke hati," ucap Darren membuat Amalia menepuk jidat.Harusnya menantunya itu diam saja, memakai trik yang lembut dan juga hati-hati. Bukan malah sembrono dan menghampiri Aluna. Secara lembut saja Aluna begitu sikapnya, apalagi kalau tergesa-gesa seperti sekarang. Aluna sempat kaget di dalam, karena Darren tiba-tiba saja mengetuk pintunya. Ini benar-benar membuat gadis itu semakin tidak suka dan tidak mau dekat-dekat dengan Darren. "Ayolah, Aluna. Aku minta maaf karena sudah melakukan kesalahan, jadi bisakah kita saling berbaikan dan pulang? Aku tidak mau sampai ibuku marah-marah." Darren terus terang. Dia ti

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 154 Manusia Transparan

    Aroma makanan yang menyerang itu membuat rasa lapar semakin menjadi. Bahkan suara perutnya terdengar. Gadis itu meringis sembari memegangi perut. Kalau sudah begini, apakah dia harus menyerah untuk keluar? Tetapi bagaimana kalau ternyata benar Darren ada di sana? Yang ada dia gengsi dan malu sendiri, sebab tahu kalau dirinya kabur tanpa pamit kepada bosnya. Bagaimanapun Darren itu adalah bosnya sendiri. Pasti akan ada kata-kata yang membuat Aluna kembali merasa sakit hati, tapi kalau diam saja pun dia pasti akan kelaparan dan entah sampai jam berapa pria itu akan ada di sini. Darren melihat ke sekitar, berharap kalau Aluna datang. Tetapi tidak juga keluar. Dia berbisik kepada mertuanya, apakah rencana yang tadi itu berhasil atau tidak."Aluna belum keluar, Bu?" tanya Darren memastikan."Sudah tenang aja, sebaiknya kamu makan, ya?" Amalia terlihat santai.Dia malah menyendokan makanan di piring menantunya. Sebab Amalia mengatakan kalau Aluna pasti akan keluar. Entah cepat atau lambat

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 153 Taktik Amalia

    Entah berapa lama Aluna menunggu di kamar. Tetapi dia kesel dan juga lapar kalau terus-terusan berada di kamar. Masalahnya gadis itu tidak mendengar suara mobil Darren menjauh, artinya sang suami masih ada di sini.Kalau begitu, dia terjebak di kamar dan tidak bisa ke mana-mana. Lalu, bagaimana dengan urusan perut? Cacing-cacing yang ada di perutnya juga sudah protes untuk diberi makan.Gadis itu mencoba mencari sesuatu di kamarnya, mungkin saja ada camilan atau setidaknya permen yang bisa dikunyah. Tetapi tak ada, sejak pernikahan dirinya kamar ini sudah benar-benar dibersihkan oleh ibunya dan yang tertinggal hanya barang-barang milik pribadi. Gadis itu menghela napas pelan, tak tahu apa yang harus dilakukan kalau sudah begini. Sementara itu Amalia saat ini sedang sibuk di dapur. Dia berusaha untuk memasak apa pun yang spesial untuk menantunya, karena dia juga tahu mana mungkin Aluna kuat seharian di kamar, apalagi kalau sampai mencium aroma masakan sang wanita.Mana mungkin Aluna b

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab152 Prestasi bagi Darren

    Amalia pun tidak bisa mengelak lagi kalau Darren sudah mengatakan hal seperti itu. Dengan senyuman tulus Amalia menganggukkan kepala, tetapi tidak mengatakan kalau Aluna ada di sini.Wanita paruh baya itu memberikan isyarat kepada Darren dengan menganggukan kepala dan mengacuhkan jari jempol ke arah kamar Aluna. Seketika pria itu tersenyum. Dia mengerti apa yang dikatakan oleh Amalia. Dengan suara pelan Amalia pun memberikan wejangan kepada menantunya itu. "Sepertinya dia masih merajuk. Kalau kamu mau, tunggu saja sampai sore di sini. Ibu akan siapkan kamar lagi di sini, kalau perlu kamu menginap saja. Lagi pula Aluna mana mungkin bisa tahan seharian di kamar. Bagaimana?"Mendengar itu Darren terdiam. Dia benar-benar takut dengan apa yang dikatakan oleh mertuanya. Pria itu pikir Amalia akan marah besar karena tahu mereka bertengkar. Padahal baru dua hari menjadi suami istri, tapi semua di luar dugaan. Amalia bahkan begitu bijak memberikan solusi terbaik. "Ibu tidak akan ikut campur

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 151 Mencari Aluna (2)

    "Kamu mau makan sesuatu?" tanya Amalia saat melihat Aluna yang hanya berdiam diri."Tidak, Bu. Aku hanya istirahat sebentar, kok," ucap gadis itu. "Ya, sudah kalau begitu. Sebaiknya kamu ke kamar saja." Aluna setuju. Mungkin memang sebaiknya dia menjernihkan pikiran sebentar di dalam kamar, tempat ternyaman yang tidak ada siapapun mengganggu. Baru juga 10 menit wanita itu tiduran di kamar, tiba-tiba saja suara deru mobil terparkir di depan rumah Amalia. Sang wanita paruh baya langsung melihat dan yang keluar dari mobil ternyata Darren. Dengan cepat wanita itu menyambut kedatangan menantunya."Nak Darren? Tumben ke sini? Memang sudah pulang kerja?" tanya Amalia.Sebenarnya dia hanya basa-basi, sebab tahu kalau menantunya ini pasti akan menjemput Aluna. Tetapi dia tidak mau ikut campur terlalu jauh. Kalaupun memang ada masalah, biarkan saja seperti ini. Lagi pula mereka sudah berumah tangga, hal yang wajar jika ada pertengkaran kecil. Berharap ini tidak akan membuat hubungan mereka m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status