Share

Bab 14

Amanda merasa dipermalukan di hadapan semua orang.

Amanda berbalik dengan murka dan bergegas meninggalkan tempat dia dipermalukan ini, sedangkan Jessie juga bergegas mengikutinya.

Irene merasa seperti sedang menonton pertunjukan. Begitu dia keluar dari pusat perbelanjaan, dia melihat orang-orang yang sedang menghancurkan mobil dan mobil itu sepertinya milik Amanda.

"Ada apa? Apakah dia menyinggung seseorang, sehingga orang itu balas dendam?" kata Irene.

"Entahlah," jawab Michael. Matanya berkilau, sudut bibirnya terangkat.

"Lagi pula itu bukan urusan kita," kata Irene sambil berjalan ke terminal bus dengan Michael.

Tiba-tiba, langkah Michael terhenti. Irene pun menoleh dan melihatnya. Wajah Michael pucat pasi, dia tampak terkejut, kedua matanya menatap ke arah terminal bus.

"Ada apa?" tanya Irene dengan khawatir.

"Nggak ... nggak apa-apa," jawab Michael. Ekspresinya sudah kembali normal. Tadi ... dia salah lihat, dia mengira seorang wanita di dalam bus sebagai wanita itu.

Wanita yang sudah meninggalkan suami dan anaknya tidak mungkin muncul di tempat ini.

...

"Mike, jangan belajar dariku. Kalaupun kamu mencintai seseorang, jangan berikan hatimu sepenuhnya."

"Cinta hanyalah barang termurah di dunia ini. Saat dia meremehkanmu, nggak ada gunanya lagi sekalipun kamu berlutut di hadapannya."

"Mike, mungkin saja, satu hari nanti, saat kamu benar-benar mencintai seseorang, kamu akan mengerti bahwa di dunia ini, ternyata ada orang yang bisa mengendalikan suasana hatimu, bisa membuatmu hidup dan juga bisa membuatmu meninggal. Tapi, kalau bisa, Ayah harap kamu nggak merasakan perasaan seperti itu selamanya."

'Siapa yang sedang mengucapkan kata-kata ini?!'

'Hentikan! Jangan berada di sini lagi! Dingin ... dingin sekali .... Jangan berada di sini lagi .... Kalau kamu di sini ... kamu akan mati kedinginan!'

"Mike, aku akan pergi. Aku nggak ingin mendengar ayahmu mengatakan bahwa dia mencintaiku berulang kali, tapi nggak bisa memberikanku kehidupan yang kuinginkan! Aku sudah melakukan segalanya yang bisa kulakukan untuknya."

'Siapa lagi, siapa lagi yang sedang berbicara?'

"Jangan ... pergi ...." Siapa lagi ini? Oh ya, dialah yang sedang berbicara, dialah yang sedang memohon pada wanita itu. Kalau dia pergi, ayahnya akan ....

'Jangan pergi! Jangan pergi!' Dia berusaha untuk meraih wanita itu, tetapi dia tidak berhasil. Suasana di sekitarnya seakan-akan menggelap dan dia seperti akan tenggelam, membuatnya menderita hingga sesak napas.

Tangannya berusaha untuk meraih sesuatu, bahkan jerami pun tidak apa-apa!

Tiba-tiba, dia merasa seperti dia menangkap sesuatu yang hangat, sedangkan di samping telinganya, terdengar suara yang lemah lembut dari kejauhan. "Mike, Mike, aku nggak pergi, aku nggak pergi .... Jangan takut, jangan takut!"

Suara ini ... adalah suara Kakak, suara Irene, orang yang menyuruh Michael untuk memanggilnya dengan sebutan Kakak!

Michael membuka matanya secara perlahan dan melihat sebuah wajah yang cantik. Matanya yang gelap penuh akan kekhawatiran, bibirnya yang berwarna merah muda dibuka dan ditutup, seperti sedang mengucapkan sesuatu.

Benar, dia sedang menyuruh Michael untuk tidak takut!

Melihat Michael sudah bangun, Irene pun merasa lega. "Mike, ada apa? Kamu mimpi buruk, ya?"

Michael membuang napas. Sudah berapa lama dia tidak memimpikan hal ini? Dia memimpikan wanita itu meninggalkan dia dan ayahnya dengan kejam dan memimpikan ayahnya yang mengetahui hal ini tetapi tidak menghentikan wanita itu. Dia pun tersenyum getir dengan sangat sedih.

"Ya, aku mimpi buruk," kata Michael dengan suara rendah. Sampai saat ini, dia baru menyadari bahwa tangannya terus menggenggam tangan Irene dengan erat, seakan-akan dia menggenggam penyelamat hidupnya.

Dalam mimpinya, saat dia hampir mati tenggelam, kehangatan yang membuatnya merasa seperti sedang menggenggam jerami penyelamat hidupnya ... berasal dari tangan Irene?

Sejak kapan dia juga menganggap orang lain sebagai penyelamat hidupnya?!

Dia langsung melepaskan pegangannya. Kehangatan yang dia rasakan pun langsung menghilang. Tiba-tiba, dia mengernyit, wajahnya memucat, tubuhnya juga pelan-pelan meringkuk, tangannya memegang perutnya.

Melihat hal ini, Irene yang baru merasa lega seketika khawatir lagi. "Ada yang sakit?"

"Nggak apa-apa," jawab Michael dengan suara rendah, suaranya agak tertekan. "Hanya saja ... perutku agak kram, nanti juga akan sembuh."

Apakah hal ini berhubungan dengan mimpi buruk tadi? Dulu, saat dia masih muda, perutnya sering kram karena tekanan batin, tetapi selama beberapa tahun terakhir, hal ini hampir tidak pernah terjadi lagi.

Melihat wajahnya makin memucat, Irene menyingkapkan rambut yang menutupi keningnya. Keningnya sudah bercucuran keringat, sehingga rambutnya pun sudah basah.

Irene menuangkan segelas air hangat dan membantu Michael untuk duduk.

Michael memaksa dirinya untuk minum beberapa teguk, lalu mengerutkan bibirnya. Giginya sesekali bergemeretak, seakan-akan dia menggunakan seluruh kekuatannya untuk menahan rasa sakit ini.

Irene menatapnya dengan khawatir, lalu tiba-tiba berdiri sambil berkata, "Aku keluar sebentar, ya. Tunggu sebentar!" Sebelum keluar, dia juga menyelimuti Michael supaya Michael tidak kedinginan sehingga perutnya makin sakit.

Terdengar bunyi pintu ditutup, lalu suara langkah kaki di luar pintu juga menjauh.

Ruangan ini pun hening, menyisakan Michael sendirian.

Matanya tetap terpejam, sambil menunggu hingga rasa sakit ini menghilang. Bukankah dia sudah sangat terbiasa sendirian?

Seperti saat ayahnya meninggal, dia dibawa pulang ke Keluarga Yunata. Meskipun ada orang yang disebut kakeknya dan ada banyak sekali pembantu, bagi dia, dia tetap merasa sendirian.

Entah berapa lama kemudian, terdengar suara pintu dibuka. Dia mendengar suara yang familier dan lembut itu terengah-engah di dalam ruangan yang kecil dan sempit ini. "Mike, aku beli obat. Nanti, setelah minum obat, rasa sakit itu akan mereda."

Michael membuka matanya. Dia melihat napas Irene yang mengeluarkan asap putih dan rambut Irene yang berantakan karena dia baru berlari. Tatapannya penuh akan kekhawatiran. Wajahnya cantik, hidungnya kecil, bibirnya agak merah. Jelas-jelas Michael pernah melihat banyak wanita yang lebih cantik darinya, tetapi pada saat ini, tatapan Michael seperti tidak bisa berpindah dari dirinya.

Seakan-akan di dunia ini, bertambah satu orang.

...

Irene membawa air hangat dan mengeluarkan dua butir obat sesuai buku petunjuk, lalu membantu Michael duduk dengan hati-hati dan menyuapi Michael obat itu.

Kemudian, dia mengeluarkan handuk dan menyeka keringat yang bercucuran di kening dan wajah Michael karena rasa sakit itu.

"Kalau masih sakit, pejamkan saja matamu dan tidur sebentar," kata Irene. "Hari ini, kamu tidur di ranjang, aku bisa tidur di lantai," kata Irene lagi sambil membaringkan Michael di atas ranjang.

Saat dia hendak berbalik, Michael tiba-tiba menariknya.

"Kenapa? Masih sangat sakit, ya?" tanya Irene dengan ekspresi khawatir.

Michael menatap Irene dengan linglung. Tadi, tanpa disadari, dia hampir menarik Irene seakan-akan dia tidak ingin Irene pergi.

Sesaat kemudian, dia baru berkata, "Aku mau ... Kakak menemaniku."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status