All Chapters of Istri Berdosa si Bos Paranoid: Chapter 1 - Chapter 10
523 Chapters
Bab 1
Wanita itu sangat kurus. Pada saat ini, kedua tangannya berlumuran darah dan tubuhnya ditahan seseorang di lantai dengan kuat."Pengacara baru terbaik pada masanya, sekarang hanyalah seorang pecundang." Suara yang dingin dan kejam terdengar dari atas kepala Irene Linardo.Irene berusaha keras untuk mengangkat kepalanya dan melihat wajah yang manis di hadapannya ini. Siapa sangka, bintang populer di industri perfilman, wanita yang tampak polos dan suci ini, ternyata begitu kejam."Hannah, kenapa kamu mau berbuat seperti ini?" tanya Irene dengan suara bergetar."Kamu membunuh kakakku. Berani sekali kamu tanya kenapa?" kata Hannah Moiras sambil tersenyum sinis. Ekspresinya sangat dingin, tatapannya juga sangat kejam."Itu bukan aku .... Aku difitnah!" kata Irene dengan susah payah. Dia terus menggelengkan kepalanya sambil berusaha untuk menegakkan tubuhnya. Sepasang matanya yang hitam menatap lekat-lekat pada pria yang berdiri di sisi Hannah.Pria itu adalah mantan pacar Irene, orang yang
Read more
Bab 2
Irene berkata, "Kalau kamu terus memukulnya, dia akan meninggal.""Terus kenapa?" tanya Michael sambil menunduk dan menatap Irene yang berusaha untuk berdiri dengan tatapannya yang dingin.Irene tercengang. Pada saat ini, dia baru melihat pria ini dengan jelas.Wajah pria ini sangat indah. Hidungnya mancung, bibirnya tipis, semua bagian wajahnya sangat bagus. Namun, pada saat ini, ekspresi di wajah ini datar.Sepasang mata yang tertutup oleh rambutnya berbentuk tajam. Pada saat ini, bahkan tatapannya tampak hampa, seakan-akan nyawa manusia sama sekali tidak berarti baginya. Dia tidak memedulikan nyawa orang lain, begitu pula dengan nyawanya sendiri!Irene menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, "Nggak ada gunanya kamu berbuat dosa demi orang seperti ini."Pria itu menatap Irene tanpa berbicara. Sesaat kemudian, dia melepaskan pegangannya. Steven hanya merasa seperti mendapatkan kembali nyawanya. Tanpa memedulikan wajahnya yang berlumuran darah, dia bergegas naik ke mobilnya dengan wan
Read more
Bab 3
"Maaf." Dengan wajah memerah, Irene berkata, "Aku ... aku hanya .... Emm .... Kalau kamu nggak tahu harus pergi ke mana, kamu bisa tinggal di sini denganku."Irene mengucapkan kata-kata ini dengan gelisah. Namun, setelah itu, dia malah merasa lega.Melihat wajahnya yang memerah, keterkejutan pun melintas di mata pria itu yang hitam dan berkilau."Kalau kamu nggak bersedia, anggap saja aku nggak bilang apa-apa," kata Irene lagi sambil menggigit bibirnya.Akhirnya, pria itu berkata, "Kamu mau aku tinggal di sini, ya?" Suaranya dingin dan terdengar sangat jelas di kamar yang sunyi ini.Jika ucapan ini diucapkan oleh pria lain, ucapan ini sepertinya hanya akan terdengar seperti godaan.Namun, pria ini seperti benar-benar hanya menanyakan sebuah pertanyaan tanpa arti tersirat apa pun. Bahkan tatapannya juga tenang.Irene mengerutkan bibirnya dan berkata, "Ya." Inilah jawaban yang dia berikan.Pria itu menatap Irene, lalu tersenyum kecil dan berkata, "Baiklah."Ini pertama kalinya Irene meli
Read more
Bab 4
Ekspresi Elena sontak berubah, sedangkan Gary langsung menampar pipi Irene dengan kuat."Apa maksudmu?! Kamu sudah mempermalukan kami karena kamu menabrak orang hingga meninggal dan masuk penjara. Kamu sudah nggak punya masa depan. Sekarang, apakah kamu ingin merusak masa depan adikmu juga?" seru Gary dengan penuh amarah.Tatapannya penuh akan kebencian terhadap putrinya ini. Awalnya, saat Keluarga Linardo masih berhubungan dengan Keluarga Susanto, Gary merasa sangat bangga di hadapan kerabat dan teman-temannya. Namun, kemudian, dia dipermalukan seperti ini!Sebelah pipi Irene seketika terasa sakit. Hanya saja, tatapannya tetap sangat tenang, seakan-akan dia sama sekali tidak peduli lagi.Dia berkata, "Awalnya, aku hanya ingin membakar dupa untuk Ibu. Tapi, sekarang, sepertinya Ibu juga nggak perlu dikenang di sini lagi. Jadi, aku nggak akan menginjakkan kakiku di tempat ini lagi."Seusai berbicara, Irene langsung berbalik dan meninggalkan tempat yang pernah dia sebut sebagai rumahnya
Read more
Bab 5
"Karena ...." Irene menghabiskan gigitan roti terakhir di tangannya.Rasa roti ini biasa saja. Jika ini dulu, dia akan mengeluh. Namun, sekarang, baginya, rasa itu nomor dua, sedangkan mengisi perutnya adalah hal yang paling penting."Kita sejenis, sama-sama adalah orang yang dibuang oleh masyarakat, orang-orang yang berusaha keras untuk bertahan hidup di tingkatan paling rendah. Mungkin saja nggak ada orang yang menginginkan dan memerlukan orang-orang seperti kita. Tapi, setidaknya, kita bisa saling membantu. Aku bisa menyayangimu, kamu juga bisa menyayangiku. Bukankah begitu?!" kata Irene.Irene tersenyum pada Michael. Senyumannya ini penuh harapan, keinginan dan kegugupan."Benarkah begitu? Sepertinya kita benar-benar sejenis ..." gumam Michael. Tatapannya malah seperti sedang melihat seekor binatang kecil yang jatuh ke dalam perangkap. Sepertinya hidupnya terlalu membosankan. Dia bisa mendapatkan apa pun yang dia inginkan. Lama kelamaan, dia pun merasa bosan. Sedangkan sekarang, pe
Read more
Bab 6
"Nggak perlu," kata Irene.Dengan bantuan kekuatan alkohol, Hendrik langsung menerjang ke hadapan Irene dan menampar Irene dengan kuat. "Kalau aku menyuruhmu untuk minum, kamu harus minum. Sekarang, kamu hanyalah seorang pengemis, tapi mau berlagak pula!" kata Hendrik.Sambil berbicara, Hendrik langsung mengambil botol anggur dan menuangkan anggur ke dalam mulut Irene.Irene ingin mendorong Hendrik, tetapi seorang pria tentu saja jauh lebih kuat daripada seorang wanita. Terlebih lagi, Hendrik juga dibantu oleh Elena yang berada di sampingnya.Hendrik pun memuji Elena atas bantuan yang dia berikan, "Elena, memang kamulah yang paling bijak. Nanti, aku akan bicarakan dengan sutradara soal tambahan adegan untukmu."Mendengar ucapan Hendrik, Elena makin bersemangat. "Terima kasih, Tuan Hendrik. Kakakku masih kurang bijak, mohon pengertian Tuan Hendrik."Irene tidak tahu sudah berapa banyak anggur yang dia minum. Toleransinya terhadap alkohol memang rendah. Sekarang, dia mulai merasa mabuk.
Read more
Bab 7
"Nggak," jawab Michael. Namun, dia mengingat kembali, setelah dia membawa Irene pulang ke kamar kontrakan ini dan hendak membaringkan Irene di ranjangnya, Irene malah tiba-tiba menahannya.Pada saat itu, dia merasa terkejut dengan kecerobohannya sendiri. Jika wanita ini ingin membunuhnya, pada saat itu juga, wanita ini bisa langsung mencabut nyawanya!Dia selalu bersikap waspada. Sejak kapan dia menurunkan kewaspadaannya seperti ini?Hanya saja, sebelum Michael bisa berdiri, kedua tangan Irene memegang wajahnya, lalu menyingkapkan rambutnya dan menyentuh matanya dengan ujung jari."Matamu cantik sekali ... aku suka ... suka ..." gumam Irene."Suka?" Bagi Michael, kata ini tidak terdengar asing. Lagi pula, ada banyak wanita yang mengatakan bahwa mereka menyukainya, menyukai matanya dan sebagainya.Matanya mungkin adalah satu-satunya bagian darinya yang mirip dengan ibunya.Saat dia masih kecil, ayahnya selalu menatap matanya sambil melamun, lalu bergumam padanya, "Mata seperti ini tampa
Read more
Bab 8
Hanya saja, sampai lewat pukul sembilan malam pun Michael masih belum pulang. Irene pun mulai merasa khawatir, dia takut Michael terkena masalah. Namun, Michael tidak mempunyai ponsel, jadi Irene bahkan tidak bisa menghubunginya.Irene pun berjalan keluar dari kamar kontrakannya ke daerah gerbang perumahan. Dia terus mengamati sekitarnya sambil berharap untuk melihat sosok yang dia ingin lihat secepatnya.Entah berapa lama kemudian, dia akhirnya melihat sosok yang familier itu berjalan ke arahnya."Mike!" Melihat bayangan ini mendekat, Irene baru membuang napas lega.Michael pun sedikit tercengang melihat bayangan yang berlari menujunya.Dia menatap Irene berlari menghampirinya dengan agak terengah-engah. Wajah Irene merah karena cuaca dingin, tetapi kedua matanya berkilau."Syukurlah, kamu sudah kembali," kata Irene."Kak, apakah kamu ... sedang menungguku?" tanya Michael sambil menatap Irene. Jari tangan Michael mengelus wajah Irene dengan pelan dan kedinginan pun meresap ke jari tan
Read more
Bab 9
Setelah keluar dari rumah sakit, Charles bertanya, "Tuan Michael, apakah Anda akan kembali ke kediaman atau ....""Ke daerah barat kota," jawab Michael dengan singkat.Daerah barat kota adalah tempat tinggal Irene. Charles juga tidak tahu berapa lama bosnya berencana untuk tinggal di kamar kontrakan yang kecil itu.Dalam perjalanan menuju daerah barat kota, di sebuah persimpangan lampu lalu lintas, Charles tiba-tiba berkata, "Tuan Michael, itu Nona Irene."Michael menoleh dan melihat sebuah sosok yang ramping sedang menyapu sampah di pinggir jalan.Wanita itu mengenakan seragam kerja berwarna terang dan rambutnya diikat gaya ekor kuda. Karena cuaca dingin, setiap napas yang dia embuskan mengeluarkan asap putih.Tepat pada saat ini, sebuah sepeda listrik melaju cepat melewati Irene, sepertinya supaya dia tidak tercegat lampu merah. Kaki Irene terserempet oleh sepeda listrik itu dan dia pun langsung terjatuh.Sedangkan pengendara sepeda listrik itu sama sekali tidak berhenti dan terus me
Read more
Bab 10
"Asalkan kamu nggak melakukan hal-hal yang melanggar hukum, aku nggak akan kecewa," kata Irene sambil mengenakan kaus kaki dan sepatunya, lalu berdiri dan berjalan menuju meja kecil itu.Michael pun tersenyum. Dia menatap punggung Irene dengan matanya yang berkilau sambil bergumam, "Kalau begitu, Kakak jangan kecewa, ya."...Sejak kejadian di kelab malam itu, Elena selalu merasa gelisah. Bagaimanapun, hari itu, sikap Hendrik sangat aneh. Selain itu, keesokan harinya, Hendrik tidak muncul di pertemuan kru film mereka. Dua hari kemudian, bahkan sutradaranya juga diganti.Alasan pergantian orang tidak dijelaskan oleh kru film. Namun, entah mengapa, Elena merasa bahwa pergantian sutradara ini seharusnya berhubungan dengan Hendrik dan mungkin berhubungan dengan Irene.Sedangkan beberapa hari kemudian, Elena mendengar kabar bahwa Hendrik terluka dan masuk rumah sakit. Selain itu, tangan kanan Hendrik sepertinya sudah cacat. Elena pun tercengang. Tangan kanan .... Jika dia tidak salah ingat,
Read more
PREV
123456
...
53
DMCA.com Protection Status