Share

Bab 13

"Ponsel seperti ini sudah sangat bagus!" Michael memotong ucapan Irene dan menundukkan kepalanya untuk memilih ponsel dengan serius.

Tepat pada saat ini, tiba-tiba seseorang memanggil nama Irene. "Eh, Irene!"

Irene mengangkat kepalanya dan melihat tidak jauh darinya, Jessie berjalan ke arahnya bersama seorang wanita. Kedua orang ini jelas-jelas datang jalan-jalan pada malam hari.

Saat mereka sudah mendekat, Irene baru menyadari bahwa orang yang bersama Jessie adalah Amanda Clark, teman SMA-nya.

"Sungguh kebetulan bisa bertemu denganmu di sini. Apakah ini pacarmu?" tanya Jessie sambil terus mengamati Michael yang berdiri di sisi Irene.

Sebelum Irene bisa menjawab, Amanda berkata, "Eh, Jessie, jangan asal bicara. Dengar-dengar, pacar Irene adalah tuan muda dari keluarga kaya. Kalau dilihat dari pakaiannya, sepertinya bukan orang ini, deh."

Pakaiannya murahan!

Sambil berbicara, Amanda mengangkat alisnya. Seulas senyuman menghina tersungging di wajahnya yang lumayan cantik, lalu dia berkata lagi, "Aduh, maaf, ya. Aku lupa kalau pacarmu yang itu sepertinya sudah punya pacar baru dan akan segera bertunangan. Beberapa hari ini, di koran tersebar berita bahwa tuan muda dari Keluarga Susanto akan segera bertunangan dengan putri dari Keluarga Moiras. Ini baru namanya pasangan serasi! Oh ya, apakah pacar barumu tahu kalau kamu sekarang hanya menyapu jalanan?"

"Eh, Amanda, jangan berbicara seperti itu," kata Jessie.

"Ucapanku juga nggak salah. Bukankah katamu dia sekarang hanya bekerja sebagai petugas kebersihan di Pusat Sanitasi Lingkungan?" kata Amanda dengan sombong.

Dulu, saat mereka masih SMA, Irene lebih unggul darinya di semua bidang. Saat mereka kuliah, dia mendengar bahwa Irene beruntung, bisa menjadi pacarnya Martin, tuan muda dari Keluarga Susanto, sehingga dia merasa sangat cemburu.

Mengapa semua keberuntungan seperti hanya diberikan pada Irene?!

Untungnya, sekarang, Martin akan menikahi wanita lain, sedangkan Irene malah menjadi seorang petugas kebersihan! Amanda pun merasa sangat puas.

Irene menatap orang di hadapannya dengan tatapan dingin. Karena Amanda memang ingin mempermalukannya, dia juga tidak perlu menghiraukan ucapan Amanda. Kalau tidak, Amanda hanya akan makin bersemangat.

Dia menoleh dan bertanya, "Mike, kamu suka yang mana?"

"Ini saja, deh," kata Michael sambil memilih salah satu dari ponsel tersebut.

Irene pun meminta karyawan toko itu untuk mengambil barangnya dan mengeluarkan bukti transaksi.

"Besok, setelah dipasang nomor telepon, ponsel ini baru bisa dipakai," kata Irene.

"Baiklah, besok, saat aku melewati kantor telekomunikasi, aku akan mengurusnya," kata Michael.

Kedua orang ini berbicara seakan-akan mereka mengabaikan Jessie dan Amanda. Jessie tidak terlalu keberatan, sedangkan Amanda malah marah besar.

Jelas-jelas dia sedang mempermalukan Irene. Mengapa sekarang, malah dia yang merasa dipermalukan?

Melihat Irene mengeluarkan ponselnya untuk membayar, Amanda berkata, "Kenapa? Bahkan beli ponsel pun harus kamu yang bayar? Irene, kamu membayar untuk menyewa gigolo, ya? Tapi, kamu adalah orang yang menyapu jalanan, kamu juga nggak punya uang dan hanya bisa membeli ponsel semurah ini."

Kemudian, Amanda menatap Michael.

Dia merasa bahwa pria ini sebenarnya lumayan tampan. Meskipun rambutnya menutupi kening dan matanya, bisa terlihat bahwa bentuk wajah pria ini sangat indah. Mata yang samar-samar terlihat di balik rambut itu seharusnya adalah sepasang mata yang sangat indah.

"Sepertinya kamu juga nggak perlu terus dengannya. Bagaimana kalau kamu berpisah dengannya? Asalkan kamu berpisah dengannya, aku bisa membelikan ponsel yang lebih baik untukmu. Kamu bisa asal pilih salah satu ponsel di sini," kata Amanda.

Keluarga Amanda memiliki sebuah perusahaan kecil. Meskipun dia tidak sekaya keluarga-keluarga kaya itu, dia tetap lebih kaya daripada orang-orang biasa.

Michael mengerutkan bibirnya sambil menatap Amanda.

Amanda hanya mengira bahwa dia sudah berhasil membujuk Michael, jadi dia melanjutkan ucapannya. "Bagaimana? Kalau kamu berpisah dengannya, kita bisa berteman, aku bisa membawamu jalan-jalan dengan mobil BMW-ku yang baru, aku juga bisa memperkenalkanmu pada teman-temanku di industri hiburan. Orang sepertimu mungkin bisa menjadi bintang muda ke depannya," kata Amanda dengan makin bersemangat.

"Aku nggak tertarik untuk menjadi artis. Kalau soal mobil BMW-mu, kamu bisa urus sendiri," kata Michael dengan santai.

Amanda hanya merasa dipermalukan, dia pun berkata, "Kamu tahu aku siapa? Aku bisa ...."

"Bisa apa?" kata Michael sambil menatap Amanda dengan tatapan dingin.

Amanda tiba-tiba merinding ketakutan.

Michael tidak lagi menghiraukan Amanda. Melihat Irene sudah membayar, dia pun pergi dengan Irene dan ponsel baru itu.

Jessie menarik Amanda dengan pelan sambil bertanya, "Amanda, kamu baik-baik saja, 'kan?"

Amanda menggertakkan giginya dan menjawab, "Tentu saja!" Tadi, dia merasa ketakutan karena pria itu. Tatapan pria itu seketika membuatnya merasa seakan-akan pria itu lebih unggul darinya dan bisa menghancurkannya dengan mudah.

Namun, kenyataannya, pria itu hanyalah seorang pengangguran yang mengenakan pakaian murahan!

Jessie pun menarik Amanda pergi jalan-jalan sebentar dan makan-makan sedikit. Saat kedua orang ini berjalan sampai ke tempat parkir di luar pusat perbelanjaan ini, ponsel Amanda berdering, menandakan ada pesan masuk.

Secara bersamaan, seorang pria berjas hitam berjalan menghampirinya dan berkata dengan sikap baik, "Nona Amanda Clark, ya. Tadi, kami baru mengirimkan 1,35 miliar untukmu, sesuai harga depresiasi mobil barumu. Kamu seharusnya sudah menerima uang ini, 'kan?"

Amanda tercengang sesaat karena dia memang menerima pesan bahwa dia menerima uang sebanyak 1,35 miliar.

Pria itu berbalik dan membuat sebuah isyarat dengan tangannya. Dalam sekejap, beberapa pria berjas hitam menghantam mobil BMW milik Amanda dengan palu dengan kuat.

Amanda dan Jessie seketika merasa ketakutan hingga wajah mereka memucat. Amanda berteriak, "Apa yang sedang kalian lakukan? Aku akan lapor polisi!"

"Nona Amanda, kamu sudah menerima uang itu, jadi mobil ini sudah bukan milikmu lagi. Aku bisa menghancurkannya sesukaku," kata pria itu, masih dengan sikapnya yang baik.

"Nggak, aku nggak jual mobil, jangan merusak mobilku!" Amanda ingin menghentikan mereka, tetapi orang-orang itu sama sekali tidak peduli dan terus menghantam mobil itu. Tidak lama kemudian, sebuah mobil yang awalnya masih mengkilap pun berubah menjadi sebuah mobil rongsokan.

"Kalian ... kalian ...." Amanda merasa murka hingga tubuhnya bergetar, ponsel yang digenggam di tangannya juga hampir terjatuh.

"Kalau Nona Amanda ingin lapor polisi, silakan saja. Kami punya catatan transaksinya," kata pria itu. "Bosku nggak senang melihat mobil Nona, jadi tolong lain kali Nona beli mobil yang disukai orang lain, supaya nggak dihancurkan lagi."

Seusai berbicara, pria itu pun pergi dengan beberapa pria lainnya yang ikut menghancurkan mobil itu. Pada saat ini, banyak orang di sekitar mereka menyaksikan kejadian ini. Begitu Amanda menoleh, dia melihat Irene dan pria bernama Mike itu juga sedang memandang ke arahnya dari kejauhan.

Amanda merasa sesak, amarahnya hampir meledak. Dia baru saja memamerkan mobil barunya pada mereka. Alhasil, sekarang, mobilnya dihancurkan oleh orang lain di hadapan mereka.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status