Share

Bab 15

"Aku akan menemanimu, matrasnya berada di sisi ranjang. Begitu kamu menoleh, kamu bisa melihatku," kata Irene.

"Temani aku, ya?" gumam Michael, bahkan dia sendiri juga tidak tahu bahwa tatapannya sekarang penuh akan permohonan.

Irene menggigit bibirnya. Dia ragu-ragu sesaat, lalu menganggukkan kepalanya dan berkata, "Baiklah." Kemudian, dia mengambil selimut di lantai dan berbaring di sisi Michael.

Bahkan dia sendiri pun terkejut karena dia setuju untuk tidur di ranjang yang sama dengan seorang pria. Mungkin karena tadi, Michael terlihat seperti sebuah boneka kaca yang rapuh, seakan-akan dia akan pecah jika disentuh sedikit saja, membuat Irene ingin melindunginya dengan baik.

Sambil berbaring di atas ranjang, Irene mematikan lampu, sedangkan tangan kanannya tetap digenggam oleh tangan kiri Michael.

"Mike, kalau masih kesakitan, panggil aku, ya," kata Irene.

"Baik," jawab Michael. Apakah ini pengaruh obat? Dia merasa jauh lebih baik daripada saat penyakit ini kambuh sebelumnya.

Apakah ada pengaruhnya ... dengan wanita ini? Tangannya merasakan kehangatan yang berasal dari wanita ini.

"Kak, apakah kamu akan terus menemaniku?" tanya Michael dengan suara rendah.

"Tentu saja, kita bisa terus saling menemani. Kelak, kalaupun Mike menikah dan memiliki keluarga, aku juga akan menemani Mike." Dia bisa terus menemani Michael dengan identitasnya sebagai kakaknya Michael. Meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah, dia menganggap Michael sebagai keluarganya.

Mata Michael pelan-pelan terpejam. Suara Irene membuatnya merasa tenang. Rasa sakit itu juga seakan-akan mereda.

Sejak kematian Helen, dia tidak pernah memikirkan hal pernikahan lagi, tetapi ternyata Irene memikirkannya.

"Kakak janji, ya?" tanya Michael.

"Ya," jawab Irene.

Akhirnya, Michael pun membiarkan dirinya terlelap.

Irene menutupi tubuh Michael dengan selimut dengan hati-hati, lalu ikut terlelap.

Pada pagi hari, saat dia bangun, Michael masih terlelap. Dia memegang wajah dan kening Michael. Michael tidak lagi berkeringat. Selain itu, Michael juga tidur dengan tenang. Sepertinya, dia sudah tidak kesakitan.

Saat tangan Irene hendak meninggalkan wajah Michael, mata Michael tiba-tiba terbuka. Matanya yang cantik tampak sangat jernih. "Kak ...."

"Maaf, aku membangunkanmu, ya," kata Irene. "Masih pagi, kamu bisa tidur lagi," kata Irene sambil bergegas berpakaian dan mencuci mukanya. "Ada sedikit nasi di penanak nasi. Nanti, saat kamu bangun, kamu bisa makan. Semalam, perutmu sakit, jadi hari ini, makan yang lebih ringan. Bubur bisa membuat perutmu terasa lebih baik. Selain itu, jangan lupa minum obat tiga kali sehari. Saat kamu bepergian, ingat bawa obatnya."

Setelah berpesan seperti ini, dia pun bergegas pergi.

Di dalam kamar kontrakan yang kecil, Michael tertinggal sendirian lagi.

Dia melirik sekilas ke penanak nasi yang berada di atas meja kecil, lalu membenamkan mukanya di tempat Irene berbaring barusan.

Aura Irene masih tersisa di ranjang ini. Suhu tubuhnya juga masih tersisa di selimut yang dia gunakan semalam.

Sepertinya, ada beberapa hal yang mulai Michael dambakan ....

...

Charles melihat bosnya mengeluarkan sebuah ponsel murah dengan model lama. Ponsel ini sama sekali tidak seperti gaya bosnya. Bosnya malah memberinya perintah, "Pasangkan nomor telepon, aku perlu."

Charles tercengang sesaat, lalu memasangkan nomor telepon di ponsel ini secepat kilat dan mengembalikan ponsel itu pada Michael.

Kemudian, dia melihat bosnya memasukkan kartu sim ke dalam ponselnya, lalu mengirimkan sebuah pesan singkat. Tidak lama kemudian, dering nada pesan singkat berbunyi. Bosnya yang selalu bersikap dingin malah tersenyum kecil setelah melihat pesan tersebut.

Charles mengedipkan matanya. Dia tidak salah lihat, Michael benar-benar sedang ... tersenyum.

Apakah dia tersenyum karena pesan singkat barusan?

Charles melirik pengirim pesan singkat tersebut dengan sudut matanya, namanya adalah "Kakak".

Sekarang, orang yang bisa dipanggil "Kakak" oleh Michael sepertinya hanya Irene.

Michael tersenyum karena pesan singkat dari Irene?! Charles tercengang.

Apakah artinya wanita ini sudah memasuki hati Michael?

Pada rapat antara para petinggi Grup Yunata di siang hari, saat semua orang sedang mendengarkan laporan dengan penuh perhatian, ponsel Michael tiba-tiba berdering.

Di bawah tatapan semua orang, Michael mengeluarkan sebuah ponsel murah bergaya lama dan menekan tombol untuk menerima panggilan itu. Kemudian, dia menempelkan ponsel itu di telinganya dan mendengar ucapan orang di ujung telepon.

"Baik, aku mengerti. Aku akan minum, aku nggak akan lupa," kata Michael.

Sedangkan para petinggi perusahaan juga terkejut. Saat bos mereka bertelepon, nada bicaranya jauh lebih lembut daripada biasanya. Dengan siapakah bos mereka bertelepon?

Setelah panggilan telepon itu dimatikan, Michael tiba-tiba berdiri dan berkata, "Aku ada urusan, jadi aku akan pergi dulu. Lanjutkan rapatnya, ya." Kemudian, dia langsung meninggalkan ruang rapat di mana para petinggi saling bertatapan, lalu tatapan mereka tertuju pada Charles yang tertinggal di ruang rapat secara serentak.

"Tuan Charles, ada apa ini? Panggilan telepon itu ...."

Charles tersenyum dengan canggung. Saat Michael menerima panggilan itu, dia samar-samar mendengar kata-kata "minum obat" dari ujung telepon lainnya karena dia duduk dekat dengan Michael.

Charles teringat akan sekotak obat sakit lambung yang muncul di meja kerja Michael hari ini, tetapi dia tidak nyaman untuk mengatakan bahwa Michael pergi minum obat setelah menerima panggilan itu.

Kalau dipikir-pikir, memang benar-benar tidak masuk akal bahwa satu panggilan telepon dari Irene bisa langsung membuat Michael pergi minum obat. Sebelumnya, kalaupun Michael tidak enak badan, asalkan rasa sakitnya masih bisa ditahan, dia tidak akan minum obat.

"Itu urusan pribadi Pak Michael, mari kita lanjutkan rapatnya," kata Charles sambil tersenyum dengan canggung, lalu terus memimpin rapat.

Sedangkan di sisi lain, Irene menyimpan ponselnya dan melanjutkan menyapu sampah di pinggir jalan bersama Shanti.

Shanti bertanya, "Siapa itu?"

"Adikku," jawab Irene.

"Kamu punya adik?" Shanti bertanya dengan terkejut, "Kenapa kamu nggak pernah mengungkit tentang dia?"

Irene hanya tersenyum tanpa menjawab.

Setelah pekerjaan mereka selesai, saat Irene dan Shanti pergi ke Divisi Peralatan untuk mengembalikan peralatan mereka, mereka mendengar orang-orang di Divisi Peralatan sedang membahas tentang pernikahan antara Keluarga Susanto dan Keluarga Moiras. Karena putra-putri dari kedua keluarga ini akan segera menikah, hal ini sudah menjadi topik pembicaraan terpopuler di Kota Cena akhir-akhir ini.

"Martin memberikannya cincin berlian enam karat, bahkan yang langka itu, yang berwarna merah muda. Sepertinya satu cincin berlian itu saja harganya puluhan miliar."

"Sepertinya hidup Hannah benar-benar sempurna, ya. Dia bukan hanya cantik dan kaya, tapi juga mendapatkan suami yang tampan dan kaya pula."

"Kalau pacarku memberikanku cincin berlian satu karat saja aku akan langsung menikahinya."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status