"Asalkan kamu nggak melakukan hal-hal yang melanggar hukum, aku nggak akan kecewa," kata Irene sambil mengenakan kaus kaki dan sepatunya, lalu berdiri dan berjalan menuju meja kecil itu.Michael pun tersenyum. Dia menatap punggung Irene dengan matanya yang berkilau sambil bergumam, "Kalau begitu, Kakak jangan kecewa, ya."...Sejak kejadian di kelab malam itu, Elena selalu merasa gelisah. Bagaimanapun, hari itu, sikap Hendrik sangat aneh. Selain itu, keesokan harinya, Hendrik tidak muncul di pertemuan kru film mereka. Dua hari kemudian, bahkan sutradaranya juga diganti.Alasan pergantian orang tidak dijelaskan oleh kru film. Namun, entah mengapa, Elena merasa bahwa pergantian sutradara ini seharusnya berhubungan dengan Hendrik dan mungkin berhubungan dengan Irene.Sedangkan beberapa hari kemudian, Elena mendengar kabar bahwa Hendrik terluka dan masuk rumah sakit. Selain itu, tangan kanan Hendrik sepertinya sudah cacat. Elena pun tercengang. Tangan kanan .... Jika dia tidak salah ingat,
Gary, Clara dan Elena pun saling bertatapan.Clara masih ingin mengumpat, tetapi Gary tiba-tiba menahannya sambil berkata, "Sudahlah, pria itu pasti juga mantan narapidana! Orang macam apa pun ada di dalam penjara. Siapa tahu kejahatan apa yang dilakukan pria itu hingga dia masuk penjara."Mendengar ucapan Gary, Clara terdiam sesaat, lalu berkata dengan kesal, "Kalau begitu, apakah masalah ini berakhir di sini?"Gary ragu-ragu sesaat sebelum berkata, "Mari kita lihat lagi ke depannya. Kalau Hendrik benar-benar mencari masalah dengan Elena, kita baru pikirkan cara lagi." Sekarang, dia nggak berani untuk masuk dan menantang pria itu lagi.Elena yang berada di satu sisi mengernyit. Apakah pria itu ... benar-benar pernah masuk penjara? Meskipun mata pria itu tertutup oleh rambutnya sehingga wajahnya tidak terlihat dengan jelas, Elena bisa melihat bahwa tampang pria itu lumayan tampan.Terutama, entah mengapa, Elena merasa bahwa bayangan pria ini agak familier, dia seperti pernah melihat pr
Dulu, Irene selalu sendirian di penjara. Jika bukan karena Leni sering mengunjunginya, mendukungnya dan sibuk membantunya dengan urusannya, mungkin saja dia tidak bisa keluar dari penjara hidup-hidup.Selama tiga tahun yang susah itu, Leni-lah yang terus mendukungnya.Penyelamat hidup, ya .... Mata Michael berkilau. Sepertinya, Leni benar-benar sangat penting bagi Irene. "Tapi, apakah kamu nggak merasa konyol untuk menganggap seseorang sebagai penyelamat hidupmu? Kalau satu hari nanti, kamu ditinggalkan oleh penyelamat hidupmu, apakah kamu nggak akan merasa lebih putus asa?""Leni nggak akan meninggalkanku," kata Irene dengan sangat yakin. Tatapannya juga penuh keyakinan.Entah mengapa, sebuah perasaan tidak nyaman muncul dalam hati Michael, seakan-akan dia tidak menginginkan ada orang yang layak mendapatkan kepercayaan Irene, seakan-akan Irene bisa melakukan apa pun demi orang tersebut....Beberapa hari kemudian, karena departemen tingkat atas akan datang melakukan pemeriksaan di Pus
"Ponsel seperti ini sudah sangat bagus!" Michael memotong ucapan Irene dan menundukkan kepalanya untuk memilih ponsel dengan serius.Tepat pada saat ini, tiba-tiba seseorang memanggil nama Irene. "Eh, Irene!"Irene mengangkat kepalanya dan melihat tidak jauh darinya, Jessie berjalan ke arahnya bersama seorang wanita. Kedua orang ini jelas-jelas datang jalan-jalan pada malam hari.Saat mereka sudah mendekat, Irene baru menyadari bahwa orang yang bersama Jessie adalah Amanda Clark, teman SMA-nya."Sungguh kebetulan bisa bertemu denganmu di sini. Apakah ini pacarmu?" tanya Jessie sambil terus mengamati Michael yang berdiri di sisi Irene.Sebelum Irene bisa menjawab, Amanda berkata, "Eh, Jessie, jangan asal bicara. Dengar-dengar, pacar Irene adalah tuan muda dari keluarga kaya. Kalau dilihat dari pakaiannya, sepertinya bukan orang ini, deh."Pakaiannya murahan!Sambil berbicara, Amanda mengangkat alisnya. Seulas senyuman menghina tersungging di wajahnya yang lumayan cantik, lalu dia berkat
Amanda merasa dipermalukan di hadapan semua orang.Amanda berbalik dengan murka dan bergegas meninggalkan tempat dia dipermalukan ini, sedangkan Jessie juga bergegas mengikutinya.Irene merasa seperti sedang menonton pertunjukan. Begitu dia keluar dari pusat perbelanjaan, dia melihat orang-orang yang sedang menghancurkan mobil dan mobil itu sepertinya milik Amanda."Ada apa? Apakah dia menyinggung seseorang, sehingga orang itu balas dendam?" kata Irene."Entahlah," jawab Michael. Matanya berkilau, sudut bibirnya terangkat."Lagi pula itu bukan urusan kita," kata Irene sambil berjalan ke terminal bus dengan Michael.Tiba-tiba, langkah Michael terhenti. Irene pun menoleh dan melihatnya. Wajah Michael pucat pasi, dia tampak terkejut, kedua matanya menatap ke arah terminal bus."Ada apa?" tanya Irene dengan khawatir."Nggak ... nggak apa-apa," jawab Michael. Ekspresinya sudah kembali normal. Tadi ... dia salah lihat, dia mengira seorang wanita di dalam bus sebagai wanita itu.Wanita yang s
"Aku akan menemanimu, matrasnya berada di sisi ranjang. Begitu kamu menoleh, kamu bisa melihatku," kata Irene."Temani aku, ya?" gumam Michael, bahkan dia sendiri juga tidak tahu bahwa tatapannya sekarang penuh akan permohonan.Irene menggigit bibirnya. Dia ragu-ragu sesaat, lalu menganggukkan kepalanya dan berkata, "Baiklah." Kemudian, dia mengambil selimut di lantai dan berbaring di sisi Michael.Bahkan dia sendiri pun terkejut karena dia setuju untuk tidur di ranjang yang sama dengan seorang pria. Mungkin karena tadi, Michael terlihat seperti sebuah boneka kaca yang rapuh, seakan-akan dia akan pecah jika disentuh sedikit saja, membuat Irene ingin melindunginya dengan baik.Sambil berbaring di atas ranjang, Irene mematikan lampu, sedangkan tangan kanannya tetap digenggam oleh tangan kiri Michael."Mike, kalau masih kesakitan, panggil aku, ya," kata Irene."Baik," jawab Michael. Apakah ini pengaruh obat? Dia merasa jauh lebih baik daripada saat penyakit ini kambuh sebelumnya.Apakah a
Tubuh Irene langsung menjadi kaku. Setiap dia mendengar nama kedua orang ini, dia selalu merasa seperti sedang mimpi buruk!Tentu saja dia juga mengetahui tentang cincin berlian enam karat itu, dia juga pernah melihat foto cincin itu di berita. Kalaupun dia ingin menghindari berita-berita ini, saat dia menyalakan ponselnya dan menjelajahi internet, dia tetap akan melihat berita tersebut.Dulu, saat dia dan Martin sedang berbelanja di toko perhiasan, dia juga pernah melihat berlian kasar berwarna merah muda itu. Pada saat itu, Martin berkata padanya, "Irene, kalau kamu menyukainya, aku akan membelinya sebagai cincin nikah kita."Namun, akhirnya, Martin bukanlah miliknya, begitu pula dengan cincin berlian itu.Pada saat ini, Irene mendengar suara seorang pria yang jernih dan malu-malu. "Irene, em ... apakah kamu akan pulang?"Irene mengangkat kepalanya dan melihat seorang pria yang berusia sekitar 30 tahun dengan rambut pendek dan seragam kerja Divisi Transportasi. Pria ini sedang menata
Pada saat ini, Irene hanya merasa jantungnya berdebar kencang.Astaga, ada apa dengannya?Dia seketika menarik kembali tangannya dan berkata dengan wajah memerah, "Baik ... baiklah, ayo makan, buburnya sudah dingin." Kemudian, dia pun menunduk dan mulai makan.Michael tersenyum. Melihat Irene yang hampir membenamkan seluruh wajahnya di dalam mangkuk, senyuman di wajah Michael melebar. "Apakah Kakak menyukaiku?" tanya Michael."Tentu saja," jawab Irene tanpa ragu."Aku juga, aku sangat menyukai Kakak," kata Michael sambil tersenyum. Sepertinya, sudah lama sekali tidak ada orang yang membuatnya begitu tertarik....Setelah pemeriksaan oleh Manajemen Perkotaan berakhir, Jessie berkata pada Irene, "Irene, teman sekelas kita waktu SMA akan mengadakan reuni pada akhir pekan, ayo ikut."Reuni? Irene tidak bisa menahan tawanya. Jika dia menghadiri acara reuni dengan keadaannya sekarang, dia hanya akan menjadi bahan tertawaan. "Nggak, deh. Aku ada urusan, nggak bisa pergi," kata Irene."Eh, tem