Jupiter menarik pundak Valerie sehingga gadis itu berdiri tepat di depan wajahnya. Mata tajam yang sangat menusuk dia hadiahkan pada sang gadis, membuat Valerie bergeming tak berkutik. Kakinya beku, kedua tangan yang berusaha menutupi bagian tubuhnya juga tidak berani untuk bergerak, kecuali gemetar yang dia rasakan pada seluruh tubuhnya. Gadis yang ketakutan itu tidak berani membalas tatapan Jupiter.
“Menjijikkan.” Satu kata yang keluar dari mulutnya selalu sukses membuat Valerie terhina. “Bersihkan tubuh kotor ini sebelum kau menemui putramu.” Lantas dia menyalakan shower yang bertepatan di atas kepala Valerie.
Apa sebenarnya maksud dari perkataannya? Putra? Putra mana yang dimaksud lelaki ini? Valerie hanya bisa diam di bawah guyuran air yang terus menyiram kepalanya, sementara Jupiter menatap tubuh itu tanpa berkedip.
Tidak Jupiter sangkal bahwa kemolekan tubuh gadis ini sukses membangkitkan sesuatu di dalam dirinya. Mantan istri yang menghilang selama bertahun-tahun, dia kembali dengan kemolekan tubuh yang mampu menggetarkan dada Jupiter. Tapi ketika lelaki itu kembali teringat akan pengkhianatan yang dulu Megan lakukan, kembali dia merasa jijik dan tak sudi untun menyentuh tubuh yang sudah dijajakan pada lelaki lain.
Ah ... Megan. Sekarang dia menyebut dirinya adalah Valerie dan bersikap seakan dia melupakan pernikahan yang pernah terjalin. Jupiter menjadi semakin murkah setiap kali mengingat usaha gadis ini mengelak dari tuduhannya. Apakah mungkin Megan kehilangan ingatan, sehingga dia merasa dirinya tidak mengenal Jupiter? Lelaki itu semakin berpikir, tanpa melepaskan mata dari gadis yang membasuh tubuhnya takut-takut. Tapi kemudian dia tepis dugaan itu dan menganggap Megan pasti sedang membuat cerita drama untuk membuatnya luluh. Jupiter tidak akan semudah itu tertipu.
Kemudian, Jupiter meninggalkan mantan istrinya dan memilih menunggu di ruangan lain. Beberapa pelayan dia tugaskan untuk mempersiapkan segala keperluan perempuan licik itu.
Dan lihatlah ketika dia sudah selesai dikenakan pakaian mahal. Gadis yang tadinya kumuh dan menjijikkan kini terlihat lebih elegan meski geraknya kaku di depan Jupiter.
“Bagaimana rasanya mengenakan pakaian mahal lagi? Apakah itu membuatmu merasa seperti nyonya?” sindiran tajam dia hadiahkan.
Sementara Valerie, dia justru merasa tidak nyaman di balik balutan gaun mewah yang dipakainya. Andai bisa meminta pun, tentunya ingin memakai pakaian kaus dan celana jeans panjang, yang biasa dia kenakan sehari-harinya. Ini sangat menyiksa, sebab ketika Valerie menggerakkan sedikit saja kakinya, orang-orang bisa melihat hampir seluruh belahan pahanya.
“Baik lah. Karena sepertinya kau sudah siap, maka kita akan pergi sekarang.” Jupiter berjalan menuju pintu keluar dan diikuti oleh Valerie, meski gadis itu bingung dirinya akan dibawa ke mana.
Selama di dalam mobil mewah yang mereka naiki, Valerie terus mencengram ujung belahan gaun di pahanya. Ini sangat mengganggu, mengingat dia tidak biasa mengenakan pakaian yang terbuka. Ingin rasanya dia berontak dan mengganti pakaian itu lagi, tapi ucapan pelayan yang menyebut Jupiter bisa saja semakin marah, dia hanya bisa menelan protesnya.
Ketika turun dari dalam mobil, Valerie terkagum menatap bangunan besar yang ada di depan mereka. Ke mana ini? Dia terus bertanya-tanya di dalam kepala. Dan saat Jupiter mengajaknya memasuki rumah besar itu, seorang anak lelaki berusia delapan tahun melihat mereka dengan ekspresi dingin tak bersahabat.
“Rainer,” sapa Jupiter. “Kau mendapat pengasuh baru. Mulai hari ini, dia yang mengurus segala keperluanmu.”
Anak itu menatap Valerie dan menjawab acuh. “Pengasuh yang sangat berlebihan. Apa dia pikir ke sini untuk kontes fashion show?”
Anak itu sangat dingin tidak terjamah dan tentunya memiliki kepribadian yang keras. Dia adalah gambaran dari Jupiter. Dengan membuat mantan istrinya menjadi pengasuh, yakin lah dia tidak akan bisa mengelak lebih lama lagi. Jupiter ingin melihat tontonan seru ini, ketika Megan akan menyesal sehingga dia tidak tahan menanggung hidupnya.
Sementara Valerie terlihat biasa saja tanpa ada rasa terkejut di wajahnya. Ini kah yang disebut lelaki itu sebagai neraka? Kenapa tidak sejak awal saja dia ditempatkan di sana? Valerie tidak perlu mencari pekerjaan lagi jika ternyata lelaki ini sendiri yang memberinya pekerjaan.
Dan sekarang Valerie mengerti apa niat lelaki bernama Jupiter itu. Jupiter ingin membuatnya merasa sakit menjadi pengasuh, karena lelaki itu terus berpiki dia akan tersakiti sendiri. Sangat bodoh, padahal Valerie sama sekali tidak terganggu.
Valerie berjongkok di depan Rainer dan mengulurkan tangannya.
"Halo, Rainer, perkenalkan aku Valerie Demelza. Aku akan menjadi pengasuhmu," katanya tanpa beban.
Valerie lagi? Kenapa dia masih terus berpura-pura? Jupiter ingin mengamuk tapi dia tahan demi melihat respons dari putranya.
"Aku tidak peduli siapa kau. Tugasmu di sini adalah mengurus keperluanku, sangat tak tahu diri jika kau merasa harus sedekat itu bersalaman denganku."
Wajah Valerie menjadi memucat. Shock mendengar jawaban dari anak berusia delapan tahun yang sangat dingin tak bersahabat. Sangat berbeda dengan anak-anak di desa pada umumnya. Dan lihat lah Jupiter tertawa bahagia di wajah tampannya yang dingin.
Di anak tangga yang menghubungkan lantai satu dan dua, seorang wanita berusia empat puluh lima tahun, berdiri mematung. Dia mengusap matanya untuk memastikan siapa yang tengah dilihatnya di bawah sana. Benarkah itu Megan? Jupiter membawa gadis yang dulu membuangnya, kembali ke rumah ini? Patricia Gween, ibu tiri Jupiter tidak bisa percaya dengan isi kepalanya. Dia berlari ke lantai dua untuk menemui Sammy, menantu laki-laki di rumah itu.
"Sammy, kau harus melihat ini!" Patricia menarik tangan menantunya. "Kau lihat itu? Megan Rosaline kembali ke rumah ini!" dia menunjuk orang di lantai satu.
Patricia adalah ibu tiri yang tamak akan uang. Sejak dulu dia selalu bersaing ketat untuk menjadi penguasa di keluarga Lemanuel. Dia tidak bisa percaya, seorang Jupiter mampu memaafkan istri yang berselingkuh darinya.
"Apakah Jupiter memang sudah gila? Bagaimana bisa dia membawa gadis itu kembali?" Alisnya mengerut dan di dalam dada terasa terbakar. Dia tidak rela jika kedudukannya sebagai nyonya teratas di rumah itu akan kembali direnggut.
Tapi Sammy hanya tersenyum miring melihat mereka. "Menarik. Ini akan menjadi tontonan seru."
"Apa yang kau anggap seru? Kau pikir dia akan membiarkan ketenangan di rumah ini? Jangan lupakan bahwa dia adalah perempuan licik dan tak punya hati, dia akan membuat kita semua di dalam kesulitan!" Patricia mendengus kesal lantas turun menemui tiga orang yang ada di sana.
Melihat ibu tirinya, Jupiter tahu wanita itu akan membuat kegaduhan di tempat ini. Sangat ingin dia usir Patricia segera, tapi mulut wanita sialan itu segera berbicara.
"Jupiter, kau membawanya ke sini? Apa kau lupa ji-"
"Ini adalah pengasuh baru Rainer, kau bisa menunjukkan apa saja yang harus dia lakukan di rumah ini. Dan satu lagi, jangan mengatakan apa pun yang akan membuatku marah."
Patricia terbeliak mendengar ucapan Jupiter dan hatinya melompat girang. Jupiter membawa perempuan ini untuk menjadi pengasuh? Akan sangat menarik seperti kata Sammy, dia akan bebas menghukum wanita angkuh yang dulu selalu merendahkan dirinya!
****
Mansion milik keluarga Lemanuel digegerkan oleh kedatangan wanita yang mereka yakini adalah Megan. Mulai dari pelayan rendahan sampai kepala pelayan semua menggosipkan tentang mantan nyonya mereka yang angkuh, kejam, dan tidak berperasaan. Tentunya mereka sangat terkejut melihat nyonya yang biasa berpenampilan glamour itu tiba-tiba menjadi seorang pengasuh.Valerie yang ketepatan sedang membuatkan sarapan untuk Rainer harus mendengar gosip yang diucapkan secara terang-terangan.“Kau yakin Nyonya Megan akan menjadi pengasuh? Dia bisa mengasuh Tuan Muda Rainer? Menurutku itu tak masuk akal. Tujuannya ke sini pasti lah ingin merayu tuan.”&nb
Sekembalinya dari klinik, Valerie membersihkan tubuhnya yang masih penuh bentolan dan berwarna merah. Perih. Bibirnya meringis merasakan buih sabun itu seperti perasan asam yang mengenai luka. Beberapa kali air mata masih menetes di wajah cantik yang kian hari semakin sendu. Selepas mandi, tak lupa dia gosokkan salap penghilang bentol yang diberikan oleh dokter untuk mengurangi iritasi.Baru saja dia pikir untuk beristirahat, pikirannya justru terarah pada Nicky, adiknya yang berusia empat belas tahun dan mendapat perawatan di rumah sakit khusus kanker. Valerie sangat merindukan Nicky sampai tak bisa menahan diri, dan berpikir ingin mendengar kabar darinya. Tapi dengan apa? Ponselnya sudah menghilang ketika Valerie mengalami penculikan di bandara.Dia teringat di lorong menuju kamarnya terdapat sebuah telepon rumah. Mungkin tidak masalah jika dia meminjam telepon di mansion besar itu. Untung-untung jika Valerie bisa meminta Nicky untuk bersak
Alis Jupiter bertaut di satu tempat. Otaknya belum bisa mencerna maksud dari perkataan perempuan yang ada di depannya. Bukankah barusan dia berkata agar gadis ini melaporkan pekerjaan? Kenapa dia justru meminta uang? Mendengus, Jupiter menatapnya dengan pandangan merendahkan.“Uang? Kupikir kau tidak mungkin lupa dengan uang yang kau bawa kabur dariku. Dan sekarang kau membahas uang lagi?”“Dan aku tahu kenapa kau menahanku di sini, Tuan Lemanuel. Karena sebenarnya, putramu membutuhkan sosok seorang ibu. Dia merindukan kasih sayang seorang ibu dan sebab itu lah kau menyiksaku.”Rahang Jupiter mengeras mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Valerie. Dia marah, Valerie tahu itu. Tapi untuk sekarang itu bukan lah hal penting. Mendapatkan uang agar Nicky terus bisa menjalankan perobatannya adalah hal yang selalu dia pikirkan sejak tadi.“Ibu sepertimu? Huh!” Jupiter mendengus marah. “Putraku tidak membutuhkan ibu
Semakin lama lelaki itu mencengkram lehernya, semakin sakit pula Valerie rasakan di sana. Kedua tangan berusaha menggapi pergelangan Jupiter, berharap dia bisa lepas dari tangan lelaki itu. Bola mata yang membulat sempurna pun mulai terbalik sehingga hanya putihnya saja yang terlihat. Jupiter sudah seperti manusia yang kesetanan.Ketika akhirnya Valerie berhasil memukul pelan pergelangan Jupiter, lelaki itu seperti tersadar bahwa dia hampir saja menjadi pembunuh. Dia lepaskan cengkramannya dengan kesal, membiarkan tubuh Valerie jatuh ke atas lantai.“Aku bisa membunuhmu kapan saja jika aku ingin. Tapi aku akan rugi jika membunuhmu secepat itu,” kata Jupiter. “Kuperingatkan agar jangan kau coba memancing amarahku jika kau masih menyayangi nyawamu!” ancamnya, pelan tapi cukup tegas di telinga.Gadis yang terkapar di atas lantai masih berusaha mengumpulkan udara untuk mengisi paru-parunya. Valerie terbatuk memegangi leher yang terasa sangat
‘Meski aku marah melihat perselingmu, akan kututup mataku dan melupakan perbuatanmu kali ini, Megan. Demi Rainer, aku akan berpura bodoh dan buta.’‘Dan kau pikir aku peduli tentang itu? Aku ingin bercerai! Dan kukatakan, bahwa aku juga tidak peduli pada putramu yang bodoh itu!’Pertengkaran terkahir yang Jupiter ingat adalah, Megan berkata dia tidak peduli pada Rainer. Wanita itu bahkan menghina, mengatakan putranya seorang autis. Jupiter meremas jemari setiap kali mengingat Megan meninggalkan rumahnya dengan membawa hampir setengah dari kekayaan yang dia miliki. Wanita berhati iblis itu benar-benar menghilang bagai ditelan bumi. Dan ketika Jupiter sudah berhasil melewati semua kesulitannya, siapa sangka dia akan menemukan wanita itu lagi? Dan masih tetap sebagai wanita yang tamak akan uang.Brak!Jupiter memukul meja kerjanya, untuk melepaskan amarah yang tertahan.“Bawa Megan padaku.”Pria yang be
Meladeni Patricia adalah hal yang sia-sia. Valerie hanya akan mendapat masalah jika menjawab perkataan wanita kejam itu. Dia menghela napas berat sebelum melanjutkan langkahnya lagi.“Maaf, aku punya urusan lain.”Valerie mempercepat langkah untuk meninggalkan wanita itu. Valerie gemetar, dia sadari itu. Sebab itu dia bergegas meninggalkan Patricia yang kini menggerutu di belakang sana. Valerie belum siap untuk membalas perkataan wanita kejam yang semakin menjadi-jadi.Di depan pintu kamar Rainer, dia mempersiapkan diri akan mendengar kalimat apa nantinya dari anak itu. Mungkin Rainer akan meledak-ledak seperti kemarin? Tapi untuk mundur bukan lagi pilihan, sebab Valerie sendiri lah yang mengambil keputusan menjadi ibu bagi Rainer.“Selamat pagi,” sapa Valerie, membuat dirinya seramah mungkin. “Kau sedang bermain?” lanjutnya, memasuki kamar Rainer dengan seulas senyum di bibirnya.Anak kecil yang sedang memainkan
Membiarkan Patricia terus mengatakan keburukan Megan, tentunya akan membuat Rainer semakin membenci ibu kandungnya sendiri. Dan sebagai orang yang mengambil peran menjadi ibu anak ini, Valerie akan mendapat kesulitan jika hubungannya dan Rainer menjadi semakin runyam.Berpikir untuk mundur dan menarik ucapannya? Tidak! Valerie tidak akan melakukannya, demi pengobatan Nicky ke depan nanti. Bahkan jika dia harus menjadi musuh bagi semua orang di rumah ini, gadis itu akan menunjukkan bahwa dia bisa lebih baik daripada Megan yang mereka kenal dulu. Tak akan dia biarkan hidupnya berakhir sia-sia di tangan Jupiter, menanggung semua tuduhan yang bukan kesalahannya.Lantas, tanpa peduli dengan tatapan tajam dari Rainer, Valerie memberanikan diri berbicara.“Rainer, mungkin aku buruk di mata semua orang. Aku tahu ada yang salah dengan masa lalu kita, tapi akan kubuktikan bahwa aku adalah ibu yang baik,” ucapnya yakin.Melihat Rainer yang bersifat menge
Keteguhan hati Valerie sudah bulat untuk mendapatkan kepercayaan dari Rainer. Sejak tadi malam dia terus berpikir bagaimana akan membujuk anak itu, sehingga Rainer menjadi baik dan bisa menerimanya. Valerie sampai tidak tidur satu malaman oleh pikiran yang terus mencari ide sehingga ketika di subuh harinya, akhirnya dia mendapatkan gagasan baik untuk mendekati anak itu. Ya, Valerie sudah mengatur rencananya dan akan dia tunjukkan pada Jupiter bahwa dia lah yang akan memenangkan hati Rainer.Pagi-pagi sekali dia sudah bangun dan bersegera menuju kamar Rainer. Dia bangunkan anak itu tanpa mempedulikan jika Rainer yang mengomel atau bahkan melemparnya lagi.“Rainer, bangun. Ini sudah siang dan kau harus berangkat ke sekolah,” kata Valerie, menarik selimut yang menutupi tubuh anak itu.Rainer mendengarnya dan mendecih kesal, lalu bergumam kesal. “Jangan mengusikku jika kau tak ingin kuusir.”Valerie menahan hatinya mendengar perk