Share

3. Kau Perempuan Kotor!

Entah sudah berapa hari Valerie dikunci di dalam kamar pengap yang kecil itu. Dia bahkan tidak tahu apakah ini siang atau malam.  Sudah berapa kali kah hari gelap dan terang? Valerie hanya bisa melihat tembok di sisi kiri kanan juga pintu yang selalu tertutup sempurna. Bahkan makan pun dia tidak diberi, sehingga Valerie menjadi sangat lemas. Ini kah siksaan yang disebutkan oleh lelaki tak dikenalnya itu? Kenapa dia menyiksa seseorang sangat mengerikan?

Niatnya datang ke kota ini hanya ingin mencari pekerjaan agar bisa mengumpulkan uang untuk perobatan adiknya yang sakit kanker. Dia bukan menipu, apalagi berharap disiksa seperti ini. Valerie tidak mengerti kenapa ada lelaki kejam yang tega membuatnya seperti ini.

“Nikcy, maafkan kakakmu,” bisik Valerie, membayangkan wajah adik yang pasti tengah menunggu kabar darinya. Anak berusia empat belas tahun itu, akan seperti apa nasibnya di rumah sakit? Dia kembali menangis, merasa sangat bersalah pada adiknya. “Andai semua tidak seperti ini.”

Kala itu pintu di depan sana dibuka dari luar. Bahkan Valerie sudah tak ingin melirik siapa yang datang melihatnya. Tangan pucat yang semakin kurus itu dia jadikan memeluk dua kaki di depan dada, untuk menutupi bukitnya yang tidak mengenakan pakaian. Selimut sehelai pun tidak disediakan untuk menggantikan bajunya yang kemarin dirobek paksa.

“Nyonya, berdiri lah. Kau harus segera mandi,” kata suara yang datang dari sebelah kirinya.

Valerie melirik ke samping. Dua gadis berpakaian pelayan yang tampak masih seusianya, berdiri tidak jauh dari sisi ranjang. Di tangan mereka terlihat sebuah pakaian berwarna merah maroon, dan cukup bagus.

“Apa lagi? Kalian akan menyiksaku dengan pakaian bagus itu?” Valerie mendengus.

Sejak kemarin dia hanya mendapat siksaan di kamar itu. Lelaki yang menyebut dirinya sebagai Jupiter, berulang kali datang hanya untuk memberi tamparan dan cambuk dari sabuknya. Jupiter terus memaksa Valerie mengembalikan sejumlah uang, sementara Valerie tidak merasa memilikinya.

“Katakan pada tuan kalian, aku tidak memiliki uangnya. Aku hanya gadis miskin yang datang dari desa.” Mata cantik keabu-abuan itu kembali menitikkan bening hangatnya.

Uang apa yang akan dia berikan? Untuk perobatan adiknya saja pun, dia harus menguras tenaga bekerja serabutan selama ini.

“Nyonya, bukan seperti itu. Tuan ingin kami mempersiapkan Anda untuk pergi ke suatu tempat,” sahut si pelayan yang satunya.

Ke neraka?  Apakah mungkin neraka yang disebutkan lelaki itu masih lebih mencekam daripada tempat ini? Valeri merasa ketakutan tapi sebuah senyum hambar muncul di bibirnya.

“Katakan saja dia membunuhku di sini, tak perlu membuatku terlihat bagus untuk menemui ajal.”

“Jadi kau benar ingin mati?” Suara yang rendah namun berat terdengar bersamaan dengan pemiliknya berdiri di ambang pintu. “Baik. Karena kau sudah sangat ingin mati, maka aku akan mengabulkan permintaan itu.” Dia bergerak lamban dan menyuruh dua pelayan meninggalkan mereka.

Benarkah dia akan membunuh Valerie? Tak dia pungkiri sangat ketakutan melihat lelaki yang kini semakin dekat padanya. Tubuh ringkih itu gemetar dan tangannya saling mengepal, berharap itu bisa memberinya sedikit kekuatan.  Dengan sisa tenaganya Valerie berusaha menggeser duduknya ke sisi ranjang yang lain, tapi Jupiter dengan cepat melompat ke atas ranjang.

Dia menindihnya. Seakan menindih adalah hal yang menyenangkan bagi lelaki kasar dan gila ini. Valerie menutup dadanya untuk tidak bersentuhan langsung dengan milik si lelaki, menatap mata Jupiter dengan sorot memohon yang sangat iba.

“A-apa yang kau lakukan? Kau bisa benar-benar membunuhku,” kata gadis itu dengan suara gemetar. Napasnya sesak, tubuh ringkih yang tidak makan berhari-hari itu terasa akan remuk oleh dada bidang si lelaki.

“Kau pikir kematianmu akan segampang itu, Megan? Tidak akan kubiarkan sebelum aku puas menyiksamu lahir dan batin!”

Kurang kah siksaan ini? Tidak cukup kah semua luka memar dari sabetan sabuknya? Valerie ingin merontah, mendorong tubuh si lelaki dari atasnya. Tapi sisa tenaga dan keberaniannya tidak cukup bahkan untuk menggerakkan jari. Dua mata bulat itu tidak tenang di tempatnya, was-was menunggu apa yang akan dilakukan lelaki yang kini menatapnya cukup lama.

Apa yang ada di pikiran lelaki ini? Sorotnya sangat menakutkan tapi dia termenung sangat lama sehingga Valerie semakin gemetar. Apakah dia berniat ingin memerkosa? Mungkinkah itu sebabnya lelaki ini menyuruh pelayan memandikan dirinya, agar terlihat segar untuk ditiduri?

Lihat lah dia terus menatap dada yang menjulang, seakan ingin menerkam Valerie. Mata Valerie semakin membulat dan dadanya bergemuruh di dalam sana.

“Ja-jangan lakukan itu, Tuan. Kau boleh membunuhku tapi tidak untuk menyentuh tubuhku lebih jauh,” bisiknya, semakin pelan suaranya di akhir kalimat.

Menyentuh tubuhnya? Jupiter merasa sangat jijik dengan keluguan yang ditunjukkan gadis ini. Bukankah dulu dia sendiri yang mengatakan tidak bisa hidup tanpa sentuhan lelaki? Sebenarnya ... untuk apa dia terus berpura-pura? Jupiter bangkit dengan cepat dan mencengkram kedua tangan Valerie.

“Tubuhmu? Tubuh menjijikkan itu sangat berharga menurutmu? Mari kita lihat seperti apa tubuh sialan itu sekarang.”

Dengan sekali sentakan Jupiter berhasil menyeret Valerie turun dari ranjang, dan langsung memaksanya masuk ke kamar mandi. Tangannya yang besar mendorong punggung Valerie, sehingga gadis itu hampir saja terbentur ke tembok kamar mandi. Valeri semakin ketakutan membayangkan hal yang dipikirkannya akan segera terjadi.

"Jangan memerkosaku! Kau tidak boleh melakukan itu pada perempuan yang tidak bersalah. Kumohon ... jika kau tetap menganggapku adalah Megan, silakan kau bunuh saja aku," katanya, diiringi isakan tangis.

“Buka seluruh pakaian yang masih menempel di tubuhmu!"

Ya Tuhan  ... dia sama sekali tidak peduli dengan permohonan Valerie. Gadis itu lantas berlutut di atas kedua kakinya, dengan dua tangan yang disatukan di depan dada. Valerie tidak keberatan bahkan untuk menyembah di depan Jupiter.

"Kumohon, Tuan ... bunuh lah aku sekarang juga, agar tidak kurasakan bagaimana sakitnya kehilangan kesucianku." Valerie berharap air mata yang merembes dari sudut matanya adalah tangisan terakhir sebelum dia mati.

"Kesucian?" Jupiter bertanya dengan nada tidak percaya. Aku rasa kau memang sudah gila oleh dosa-dosa yang kau lakukan di masa lalu!" Tangannya menyentak dalaman atas milik Valerie dan membuat dua bukit kembarnya terlepas dari tempat. 

"Jangan! Jangan lakukan itu!" Valerie menjerit, berusaha melindungi dua bukitnya tapi Jupiter justru menarik rok selutut yang dia kenakan. Gadis itu terus menjerit dengan tangan yang berusaha untuk menutupi salah satu bagian sensitifnya. 

"Ini suci? Kau anggao dirimu suci? Bahkan ketika kita menikah, kau bukan gadis suci lagi!" Dan perlindungan terakhir yang menjaga bagian feminim Valerie pun lepas bersamaan dengan bunyi sobekan dari dalaman bawahnya. 

Dia benar-benar tidak mengenakan pakaian bahkan sehelai benang pun.

"Apakah kita harus melakukannya barang satu kali, untuk mengingatkan bahwa kau adalah jalang?" Bibir Jupiter menunjukkan seringai yang sangat menakutkan.

*****

Komen (6)
goodnovel comment avatar
M Arkanudin
habis permataku
goodnovel comment avatar
Koki Garasi
mantap, saya suka bacanya ngak bosan
goodnovel comment avatar
Sapar Khan
cerita di good novel semuax the best
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status