Home / Romansa / Istri Bohongan CEO / 8. Kita (Tidak) Butuh Seorang Ibu

Share

8. Kita (Tidak) Butuh Seorang Ibu

Author: Butiran_Debu
last update Huling Na-update: 2021-07-31 00:32:19

Semakin lama lelaki itu mencengkram lehernya, semakin sakit pula Valerie rasakan di sana. Kedua tangan berusaha menggapi pergelangan Jupiter, berharap dia bisa lepas dari tangan lelaki itu. Bola mata yang membulat sempurna pun mulai terbalik sehingga hanya putihnya saja yang terlihat. Jupiter sudah seperti manusia yang kesetanan.

Ketika akhirnya Valerie berhasil memukul pelan pergelangan Jupiter, lelaki itu seperti tersadar bahwa dia hampir saja menjadi pembunuh. Dia lepaskan cengkramannya dengan kesal, membiarkan tubuh Valerie jatuh ke atas lantai.

“Aku bisa membunuhmu kapan saja jika aku ingin. Tapi aku akan rugi jika membunuhmu secepat itu,” kata Jupiter. “Kuperingatkan agar jangan kau coba memancing amarahku jika kau masih menyayangi nyawamu!” ancamnya, pelan tapi cukup tegas di telinga.

Gadis yang terkapar di atas lantai masih berusaha mengumpulkan udara untuk mengisi paru-parunya. Valerie terbatuk memegangi leher yang terasa sangat sakit. Beberapa saat dia harus menahan diri untuk tidak menjawab setiap perkataan Jupiter.

Manusia seperti apa laki-laki ini sebenarnya? Dia berkata rugi jika membunuh dengan cepat, apakah mungkin dia berpikir untuk menyiksa Valerie selamanya? Apa pun niat lelaki ini, Valerie tidak akan membiarkan dirinya mati dalam keadaan yang sia-sia.

“Kau merasa takut jika Rainer membencimu setelah membunuhku!” sahut Valerie di antara napas yang tersengal.

“Diam!” sentak Jupiter. “Aku tidak akan sungkan membunuhmu detik ini juga, jika kau berani membuka mulut itu sekali lagi!”

Dua telapak lelaki itu saling meremas untuk menahan kemarahannya yang kembali memicu. Jupiter meninggalkan Valerie di ruang kerjanya sebelum dia benar-benar kehilangan kendali.

***

“Reiner,” panggil Jupiter, ketika memasuki kamar putranya.

Anak berusia delapan tahun itu tengah memainkan rubik di tangannya. Melirik sejenak, Rainer kembali fokus pada cube berbagai warna itu.

Beberapa saat dia pandangi wajah putranya yang terlihat sangat fokus. Kembali Jupiter teringat dengan perkataan Valerie yang mengatakan Rainer merindukan kasih sayang seorang ibu. Tidak dia pungkiri bahwa pernah di suatu malam Rainer berkata dia sangat ingin melihat wajah ibunya.

Kenapa Rainer masih merindukan ibu yang meninggalkan mereka? Belum cukup kah semua perkataan orang rumah yang menyebutkan Rainer anak yang tidak diharapkan oleh Megan? Hati Jupiter kesal, marah setiap kali mengingat perbuatan mantan istrinya.

“Ayah ingin mengatakan sesuatu?” kata Rainer, setelah sekian detik ayahnya hanya diam.

Lelaki itu seperti dipaksa kembali pada kenyataan dan menatap wajah putranya dengan sendu. Jupiter duduk di tepi ranjang sembari mencari kalimat yang tepat untuk bicara.

“Kau masih ingin melihat wajah ibumu?” tanya Jupiter, mengumpulkan seluruh keberaniannya.

Kembali Rainer menghentikan gerakan cube di tangannya dan menatap wajah Jupiter cukup serius. “Apakah itu penting sekarang? Ayah pernah berkata kita tidak membutuhkan ibu,” sahutnya.

Hati Jupiter terasa seperti dicabik oleh ribuan pisau, dadanya diremah setiap kali mendengar jawaban dari putra sematawayangnya. Rainer mungkin terdengar tegar, tapi Jupiter bisa merasakan kesuraman di dalam nada putranya.

“Ya, kita tidak membutuhkan ibu.” Perlahan, lelaki bertubuh tinggi itu beranjak dari sisi ranjang. Tak tahan dia untuk terus mendoktrin pikiran putranya.

Ketika Jupiter tengah memutar handle pintu, Rainer memanggilnya.

“Ayah, aku tidak mendengar apa pun yang dibicarakan orang di mansion ini. Aku menutup telingaku untuk tuli.”

Mendengarnya, dada Jupiter kembali bergemuruh merasakah kemarahan yang tak bisa dikendalikan. Kalimat yang dikatakan oleh putranya seperti sinyal untuk memberitahu bahwa dia sudah tahu ibunya ada di dalam mansion.

Harus kah Jupiter menerima tawaran dari perempuan itu? Perlukah dia memberi mantan istrinya uang, demi Rainer mendapatkan kasih sayang? Itu sangat tidak adil. Rainer tidak sepatutnya mendapatkan kasih sayang semu dari seorang ibu yang hanya menginginkan uang! Tapi, dengan membiarkan putranya menjalani hari tanpa kasih sayang seorang ibu, Jupiter tahu akan sangat menyiksa untuk Rainer.

Lelaki yang bersandar di pintu kamar putranya semakin tertekan membayangkan Rainer mungkin akan menjadi lelaki yang keras dan kejam, sama seperti dirinya yang tidak mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu.

****

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (12)
goodnovel comment avatar
Sodojah Sodojah
seruu juga ne
goodnovel comment avatar
reret ragil
gx masuk akal ceritanya hmm
goodnovel comment avatar
FrekuensiBinarLiar
koin oh koin ...
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Istri Bohongan CEO   125. Ekstra Bab.

    “Aku mencintaimu.”Jupiter memberi kecupan di bibirnya istrinya, memeluk wanita berambut panjang itu. Dia tatap mata indah Valerie, mata yang baginya adalah lautan yang mampu menenggelamkan. Mata itu bagaikan samudra, membuat Jupiter ingin terus berlama-lama tenggelam di sana.“Aku lebih mencintaimu, Suamiku. Tapi, cepat lah ambil bekalnya, anak-anak pasti ingin memakan sesuatu.” Dia dorong dada Jupiter menjauh, mengingatkan suaminya akan pekerjaan yang belum dilaksanakan.“Oh, aku hampir lupa. Wajahmu begitu indah sampai membuatku melupakan segalanya,” puji Jupiter.Valerie memutar matanya. Sejak berapa tahun mereka menikah, lelaki di depannya itu memang sangat senang menggoda dan menggombal. Dia sudah paham tabiat Jupiter tetapi entah kenapa wajahnya selalu bersemu .“Dasar tukang gombal.”“Tidak, aku tidak begitu. Aku sangat menyukai wajah istriku dan itu tidak berbohong,”

  • Istri Bohongan CEO   124. Ending.

    “A-apa yang kau katakan, Piter?” Megan kelabakan sekarang, tetapi dia masih mencoba mengelabuhi lelaki yang ada di depannya. Wanita itu menyentuh lengan Jupiter mencoba merayu. “Apakah kau demam, Piter? Aku istrimu, kenapa kau menanyakan ke mana aku pergi? Astaga... kau sangat mencintai istrimu sampai mengigau” katanya.Jupiter bukan orang bodoh. Ya, anggap lah dia sudah bodoh satu minggu ini sehingga tak bisa menyadari siapa yang ada di dekatnya. Jika saja Jupiter tidak terlalu mencintai Valerie, dia pasti bisa melihat betapa bodohnya dia kemarin.Ketika Piter bertanya kenapa Raena diberi susu botol, kala itu dia curiga melihat dada istrinya yang berbeda. Itu tidak seperti pucuk dada milik seseorang yang menyusui. Tapi Jupiter terlalu takut istrinya akan tersinggung, sehingga mengabaikan keganjilan yang dilihatnya. Piter juga curiga akan keanehan Valerie yang sama sekali tidak mempedulikan Rainer. Dia ingin bertanya, tetapi rasa cinta ter

  • Istri Bohongan CEO   123. Di Mana Istriku?

    “Ah sial!” Umpatan tak bisa dihindarkan keluar dari mulutnya. Segera Jupiter menghubungi nomor kakaknya untuk mengawasi Valerie di rumah. Jika benar perempuan itu bukan Valerie, dia tidak akan melepaskan Megan kali ini.Siapa lagi jika bukan Megan? Hanya mantan istrinya itu lah satu-satunya orang yang selalu megusik hidupnya selama ini.“Jelny, awasi Valerie di rumah. Jangan biarkan dia pergi sebelum aku tiba di rumah.” Piter berpesan, lalu mematikan ponselnya bahkan sebelum Jelny menyahut dari ujung sana. Lantas dia memacu jalan mobilnya untuk segera kembali ke mansion.**Malam semakin larut membuat pemandangan lebih gelap. Valerie masih berlari di tengah suara hewan malam yang terus memenuhi telinga. Sesekali dia terjatuh, ketika kakinya tidak mampu berlari lagi.“Arh!” Valerie menjerit saat kakinya masuk ke dalam lubang, dan dia menjadi jatuh. “Aw...” eluh

  • Istri Bohongan CEO   122. Dia Bukan Valerie?

    “Valerie, kau belum tidur?”Jelny muncul dari arah lain, mengejutkan Megan yang tengah mengendap-endap keluar dari kamar. Mata gadis itu tertuju pada kantong hitam yang tengah Megan bawa.“Apa yang kau bawa?” tanya Jelny lagi, membuat Megan ingin memecahkan kepala kakak iparnya itu.‘Bukan urusanmu, brengsek! Kenapa kau tidak tidur saja?’“Valerie? Kau mendengarku?”“A-apa?” Megan terkesiap.“Kenapa kau sangat terkejut? Astaga... aku hanya bertanya apa yang kau bawa di kantong hitam itu.”“Ini kotoran Raena,” sahut Megan cepat. “Ya, kotoran Raena. Baunya tidak sedap jika dibiarkan di dalam kamar, jadi aku ingin membuangnya.” Ada saja alasan yang didapat wanita pembohong ini.“Oh, itu. Kenapa kau tak menyuruh pelayan atau pengasuh saja? Valerie, kau baru melahirkan, tidak baik sering-sering naik turun tangga.”&ldqu

  • Istri Bohongan CEO   121. Ini Tentang Ibu.

    ‘Bagaimana uangku? Kau tidak ingin aku mengirim gambar ini pada Jupiter, kan?’ sebuah pesan Marius kirimkan dari ponselnya.Tak sampai dua menit, dia sudah menerima balasan untuk pesan itu.‘Datang lah sekarang, aku akan meletakkan uangmu di tempat sampah depan mansion.’Lelaki itu segera bangkit dari duduknya. Valerie yang tengah berbaring di atas dipan kayu, ikut bangkit melihat lelaki itu.“Ke-kenapa?” tanya Valerie, bingung melihat eskpresi tak biasa yang Marius tunjukkan.Marius menghela napas panjang, matanya menatap Valerie tidak tega. Tapi dia tak punya pilihan sekarang, dia harus menjemput uang yang Megan janjikan agar segera bisa pergi membawa Valerie.“Aku akan pergi membeli makanan.”“Ka- kau meninggalkanku sendiri?” Valerie balik bertanya dan tampak ket

  • Istri Bohongan CEO   120. Kebebasan Bagi Valle?

    ‘Tidak... aku tidak mau tertangkap. Tidak mungkin, hidupku tidak boleh berakhir seperti ini.’Megan tak bisa mengatakan apa-apa. Mulutnya kaku, otaknya tak mampu berpikir selain mungkin rahasianya sudah terbongkar sekarang. Dia ingin menutup panggilan itu dan melarikan diri sebelum Jupiter lebih dulu menemukannya.Megan bahkan berpikir untuk kabur menggunakan uang penjualan perhiasan milik Valerie, agar tidak tertangkap oleh Jupiter.“Valerie, kau mendengarku?”Bagaimana ini? Megan mendengarnya, tetapi dia tidak bisa berbicara. Otak kotornya tengah digunakan memikirkan rencana busuk untuk melarikan diri.“Maafkan aku, Valle, aku menyesal.”A-apa itu? Apakah Megan tidak salah mendengar? Jupiter baru saja meminta maaf dan dia berkata menyesal? Megan masih tetap terdiam, ragu mungkin lelaki itu hanya brsandiwara.“Aku memang bodoh, aku tidak memikirkan istriku yang baru menghadapi masa sulit mela

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status