Share

8. Kita (Tidak) Butuh Seorang Ibu

Semakin lama lelaki itu mencengkram lehernya, semakin sakit pula Valerie rasakan di sana. Kedua tangan berusaha menggapi pergelangan Jupiter, berharap dia bisa lepas dari tangan lelaki itu. Bola mata yang membulat sempurna pun mulai terbalik sehingga hanya putihnya saja yang terlihat. Jupiter sudah seperti manusia yang kesetanan.

Ketika akhirnya Valerie berhasil memukul pelan pergelangan Jupiter, lelaki itu seperti tersadar bahwa dia hampir saja menjadi pembunuh. Dia lepaskan cengkramannya dengan kesal, membiarkan tubuh Valerie jatuh ke atas lantai.

“Aku bisa membunuhmu kapan saja jika aku ingin. Tapi aku akan rugi jika membunuhmu secepat itu,” kata Jupiter. “Kuperingatkan agar jangan kau coba memancing amarahku jika kau masih menyayangi nyawamu!” ancamnya, pelan tapi cukup tegas di telinga.

Gadis yang terkapar di atas lantai masih berusaha mengumpulkan udara untuk mengisi paru-parunya. Valerie terbatuk memegangi leher yang terasa sangat sakit. Beberapa saat dia harus menahan diri untuk tidak menjawab setiap perkataan Jupiter.

Manusia seperti apa laki-laki ini sebenarnya? Dia berkata rugi jika membunuh dengan cepat, apakah mungkin dia berpikir untuk menyiksa Valerie selamanya? Apa pun niat lelaki ini, Valerie tidak akan membiarkan dirinya mati dalam keadaan yang sia-sia.

“Kau merasa takut jika Rainer membencimu setelah membunuhku!” sahut Valerie di antara napas yang tersengal.

“Diam!” sentak Jupiter. “Aku tidak akan sungkan membunuhmu detik ini juga, jika kau berani membuka mulut itu sekali lagi!”

Dua telapak lelaki itu saling meremas untuk menahan kemarahannya yang kembali memicu. Jupiter meninggalkan Valerie di ruang kerjanya sebelum dia benar-benar kehilangan kendali.

***

“Reiner,” panggil Jupiter, ketika memasuki kamar putranya.

Anak berusia delapan tahun itu tengah memainkan rubik di tangannya. Melirik sejenak, Rainer kembali fokus pada cube berbagai warna itu.

Beberapa saat dia pandangi wajah putranya yang terlihat sangat fokus. Kembali Jupiter teringat dengan perkataan Valerie yang mengatakan Rainer merindukan kasih sayang seorang ibu. Tidak dia pungkiri bahwa pernah di suatu malam Rainer berkata dia sangat ingin melihat wajah ibunya.

Kenapa Rainer masih merindukan ibu yang meninggalkan mereka? Belum cukup kah semua perkataan orang rumah yang menyebutkan Rainer anak yang tidak diharapkan oleh Megan? Hati Jupiter kesal, marah setiap kali mengingat perbuatan mantan istrinya.

“Ayah ingin mengatakan sesuatu?” kata Rainer, setelah sekian detik ayahnya hanya diam.

Lelaki itu seperti dipaksa kembali pada kenyataan dan menatap wajah putranya dengan sendu. Jupiter duduk di tepi ranjang sembari mencari kalimat yang tepat untuk bicara.

“Kau masih ingin melihat wajah ibumu?” tanya Jupiter, mengumpulkan seluruh keberaniannya.

Kembali Rainer menghentikan gerakan cube di tangannya dan menatap wajah Jupiter cukup serius. “Apakah itu penting sekarang? Ayah pernah berkata kita tidak membutuhkan ibu,” sahutnya.

Hati Jupiter terasa seperti dicabik oleh ribuan pisau, dadanya diremah setiap kali mendengar jawaban dari putra sematawayangnya. Rainer mungkin terdengar tegar, tapi Jupiter bisa merasakan kesuraman di dalam nada putranya.

“Ya, kita tidak membutuhkan ibu.” Perlahan, lelaki bertubuh tinggi itu beranjak dari sisi ranjang. Tak tahan dia untuk terus mendoktrin pikiran putranya.

Ketika Jupiter tengah memutar handle pintu, Rainer memanggilnya.

“Ayah, aku tidak mendengar apa pun yang dibicarakan orang di mansion ini. Aku menutup telingaku untuk tuli.”

Mendengarnya, dada Jupiter kembali bergemuruh merasakah kemarahan yang tak bisa dikendalikan. Kalimat yang dikatakan oleh putranya seperti sinyal untuk memberitahu bahwa dia sudah tahu ibunya ada di dalam mansion.

Harus kah Jupiter menerima tawaran dari perempuan itu? Perlukah dia memberi mantan istrinya uang, demi Rainer mendapatkan kasih sayang? Itu sangat tidak adil. Rainer tidak sepatutnya mendapatkan kasih sayang semu dari seorang ibu yang hanya menginginkan uang! Tapi, dengan membiarkan putranya menjalani hari tanpa kasih sayang seorang ibu, Jupiter tahu akan sangat menyiksa untuk Rainer.

Lelaki yang bersandar di pintu kamar putranya semakin tertekan membayangkan Rainer mungkin akan menjadi lelaki yang keras dan kejam, sama seperti dirinya yang tidak mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu.

****

Komen (12)
goodnovel comment avatar
Sodojah Sodojah
seruu juga ne
goodnovel comment avatar
reret ragil
gx masuk akal ceritanya hmm
goodnovel comment avatar
FrekuensiBinarLiar
koin oh koin ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status