Alis Jupiter bertaut di satu tempat. Otaknya belum bisa mencerna maksud dari perkataan perempuan yang ada di depannya. Bukankah barusan dia berkata agar gadis ini melaporkan pekerjaan? Kenapa dia justru meminta uang? Mendengus, Jupiter menatapnya dengan pandangan merendahkan.
“Uang? Kupikir kau tidak mungkin lupa dengan uang yang kau bawa kabur dariku. Dan sekarang kau membahas uang lagi?”
“Dan aku tahu kenapa kau menahanku di sini, Tuan Lemanuel. Karena sebenarnya, putramu membutuhkan sosok seorang ibu. Dia merindukan kasih sayang seorang ibu dan sebab itu lah kau menyiksaku.”
Rahang Jupiter mengeras mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Valerie. Dia marah, Valerie tahu itu. Tapi untuk sekarang itu bukan lah hal penting. Mendapatkan uang agar Nicky terus bisa menjalankan perobatannya adalah hal yang selalu dia pikirkan sejak tadi.
“Ibu sepertimu? Huh!” Jupiter mendengus marah. “Putraku tidak membutuhkan ibu seperti dirimu. Kau hanya akan menjadi pelayan yang menghabiskan seluruh hidupmu untuknya.”
Tapi Valerie tidak akan mau ditindas terus menerus. Dia harus menyadarkan lelaki ini.
“Benar kah? Tapi putramu sudah mendengar pembicaraan kita pagi tadi. Dia tahu bahwa aku adalah ibu yang meninggalkannya lima tahun yang lalu.” Valerie merasa kakinya gemetar di bawah sana. Dia tidak pernah berpikir akan mengatakan hal seperti itu, untuk mengakui bahwa memang dirinya adalah Megan. Tapi, dengan terus mengatakan dirinya bukan Megan, dia tahu hal itu akan semakin membuat Jupiter senang menyiksa dirinya. “Dia sangat marah ketika kukatakan aku bukan ibunya. Dan aku cukup mengerti dengan emosi putramu. Apakah kau akan membiarkan Rainer terus tersiksa oleh perasaan rindunya terhadapku? Jika kau ingin putramu bahagia, maka berikan aku uang. Aku akan dengan senang hati memberika cintaku padanya.”
Valerie tahu dia akan mati di tangan lelaki ini jika kebohongannya terbuka. Tapi untuk sementara, dia akan menyebunyikan fakta bahwa dirinya bukan lah Megan yang mereka benci. Ini demi uang, Valerie akan memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan uang biaya perobatan Nicky.
“Sudah kuduga. Mana mungkin seekor hewan bisa berubah dalam sehari?” sindir Jupiter tanpa ampun. “Kau sengaja mengubah identitasmu untuk membuatku tertipu, tapi ternyata keserakahan yang ada di dalam dirimu tidak bisa kau tutupi lebih lama lagi.” Jupiter berkata dari balik gigi-giginya yang saling mengatup.
Hewan lagi?
Ini kali kedua Jupiter mengatainya seperti itu, dan Valerie tidak bisa melakukan apa pun. Dia biarkan lelaki itu menganggap dirinya adalah Megan yang bersifat seperti hewan, demi membuatnya yakin bahwa Valerie adalah Megan.
Tapi ternyata kediamannya justru memicu kemarahan Jupiter sehingga lelaki itu menatapnya tajam. Rahangnya mengeras dan sorot kebencian terlihat jelas di dua matanya. Jupiter tidak bisa menahan lidah untuk tidak menghina Valerie lagi.
“Kau mengakui dirimu hewan? Sebab itu kau diam kusebut begitu,” katanya, diiringi kekeh mengejek.
Hinaan ini sudah sangat di luar batas. Tanpa berpikir panjang, Valerie mengangkat wajahnya dan membalas tatapan dari tuan tak punya hati itu.
“Anda kaya dan memiliki wajah yang tampan. Saya heran kenapa dulu Anda menikahi seekor hewan.”
Bisa Jupiter rasakan amarahnya naik ke ubun-ubun dan tanpa sadar sudah melesat di depan gadis lancang yang menghinanya. Sebelah tangan mencengkram dagu lancip milik Valerie sehingga gadis itu meringis menahan sakit.
“Karena kau terlalu pintar menyembunyikan sifat hewanmu itu!” geram Jupiter, semakin mempererat cengkramannya di dagu Valerie. "Dan setelah akhirnya aku sadar kau adalah seekor hewan, aku sangat tidak sabar ingin mematahkan lehermu ini."
Valerie merasakan tangan itu mulai turun ke lehernya. Jari-jari besar milik Jupiter semakin kencang mencekik leher kecilnya yang putih. Valerie sampai tercekat, napasnya tertahan di tenggorokan. Rasa sakit mulai menjalar di sekitar lehernya dan membuat wajah gadis itu memerah. Jika Jupiter mencekiknya lebih lama lagi, Valerie takut dia akan kehilangan nyawanya bahkan sebelum mendapatkan uang dari lelaki ini.
Apa yang sudah Valerie lakukan sebenarnya? Apakah dia sudah gila sehingga mengakui diri sebagai Megan? Jika dia sampai mati di tangan lelaki ini, Nicky akan menjadi sebatang kara di dunia.
"Uang katamu?" Jupiter menggertak gigirnya. "Maka matilah lebih dulu, agar aku bisa menguburmu dengan uang!"
***
Semakin lama lelaki itu mencengkram lehernya, semakin sakit pula Valerie rasakan di sana. Kedua tangan berusaha menggapi pergelangan Jupiter, berharap dia bisa lepas dari tangan lelaki itu. Bola mata yang membulat sempurna pun mulai terbalik sehingga hanya putihnya saja yang terlihat. Jupiter sudah seperti manusia yang kesetanan.Ketika akhirnya Valerie berhasil memukul pelan pergelangan Jupiter, lelaki itu seperti tersadar bahwa dia hampir saja menjadi pembunuh. Dia lepaskan cengkramannya dengan kesal, membiarkan tubuh Valerie jatuh ke atas lantai.“Aku bisa membunuhmu kapan saja jika aku ingin. Tapi aku akan rugi jika membunuhmu secepat itu,” kata Jupiter. “Kuperingatkan agar jangan kau coba memancing amarahku jika kau masih menyayangi nyawamu!” ancamnya, pelan tapi cukup tegas di telinga.Gadis yang terkapar di atas lantai masih berusaha mengumpulkan udara untuk mengisi paru-parunya. Valerie terbatuk memegangi leher yang terasa sangat
‘Meski aku marah melihat perselingmu, akan kututup mataku dan melupakan perbuatanmu kali ini, Megan. Demi Rainer, aku akan berpura bodoh dan buta.’‘Dan kau pikir aku peduli tentang itu? Aku ingin bercerai! Dan kukatakan, bahwa aku juga tidak peduli pada putramu yang bodoh itu!’Pertengkaran terkahir yang Jupiter ingat adalah, Megan berkata dia tidak peduli pada Rainer. Wanita itu bahkan menghina, mengatakan putranya seorang autis. Jupiter meremas jemari setiap kali mengingat Megan meninggalkan rumahnya dengan membawa hampir setengah dari kekayaan yang dia miliki. Wanita berhati iblis itu benar-benar menghilang bagai ditelan bumi. Dan ketika Jupiter sudah berhasil melewati semua kesulitannya, siapa sangka dia akan menemukan wanita itu lagi? Dan masih tetap sebagai wanita yang tamak akan uang.Brak!Jupiter memukul meja kerjanya, untuk melepaskan amarah yang tertahan.“Bawa Megan padaku.”Pria yang be
Meladeni Patricia adalah hal yang sia-sia. Valerie hanya akan mendapat masalah jika menjawab perkataan wanita kejam itu. Dia menghela napas berat sebelum melanjutkan langkahnya lagi.“Maaf, aku punya urusan lain.”Valerie mempercepat langkah untuk meninggalkan wanita itu. Valerie gemetar, dia sadari itu. Sebab itu dia bergegas meninggalkan Patricia yang kini menggerutu di belakang sana. Valerie belum siap untuk membalas perkataan wanita kejam yang semakin menjadi-jadi.Di depan pintu kamar Rainer, dia mempersiapkan diri akan mendengar kalimat apa nantinya dari anak itu. Mungkin Rainer akan meledak-ledak seperti kemarin? Tapi untuk mundur bukan lagi pilihan, sebab Valerie sendiri lah yang mengambil keputusan menjadi ibu bagi Rainer.“Selamat pagi,” sapa Valerie, membuat dirinya seramah mungkin. “Kau sedang bermain?” lanjutnya, memasuki kamar Rainer dengan seulas senyum di bibirnya.Anak kecil yang sedang memainkan
Membiarkan Patricia terus mengatakan keburukan Megan, tentunya akan membuat Rainer semakin membenci ibu kandungnya sendiri. Dan sebagai orang yang mengambil peran menjadi ibu anak ini, Valerie akan mendapat kesulitan jika hubungannya dan Rainer menjadi semakin runyam.Berpikir untuk mundur dan menarik ucapannya? Tidak! Valerie tidak akan melakukannya, demi pengobatan Nicky ke depan nanti. Bahkan jika dia harus menjadi musuh bagi semua orang di rumah ini, gadis itu akan menunjukkan bahwa dia bisa lebih baik daripada Megan yang mereka kenal dulu. Tak akan dia biarkan hidupnya berakhir sia-sia di tangan Jupiter, menanggung semua tuduhan yang bukan kesalahannya.Lantas, tanpa peduli dengan tatapan tajam dari Rainer, Valerie memberanikan diri berbicara.“Rainer, mungkin aku buruk di mata semua orang. Aku tahu ada yang salah dengan masa lalu kita, tapi akan kubuktikan bahwa aku adalah ibu yang baik,” ucapnya yakin.Melihat Rainer yang bersifat menge
Keteguhan hati Valerie sudah bulat untuk mendapatkan kepercayaan dari Rainer. Sejak tadi malam dia terus berpikir bagaimana akan membujuk anak itu, sehingga Rainer menjadi baik dan bisa menerimanya. Valerie sampai tidak tidur satu malaman oleh pikiran yang terus mencari ide sehingga ketika di subuh harinya, akhirnya dia mendapatkan gagasan baik untuk mendekati anak itu. Ya, Valerie sudah mengatur rencananya dan akan dia tunjukkan pada Jupiter bahwa dia lah yang akan memenangkan hati Rainer.Pagi-pagi sekali dia sudah bangun dan bersegera menuju kamar Rainer. Dia bangunkan anak itu tanpa mempedulikan jika Rainer yang mengomel atau bahkan melemparnya lagi.“Rainer, bangun. Ini sudah siang dan kau harus berangkat ke sekolah,” kata Valerie, menarik selimut yang menutupi tubuh anak itu.Rainer mendengarnya dan mendecih kesal, lalu bergumam kesal. “Jangan mengusikku jika kau tak ingin kuusir.”Valerie menahan hatinya mendengar perk
Kelas sangat riuh oleh suara anak-anak yang baru saja memasuki ruangan. Valerie berdiri di balik jendela kaca untuk mengawasi putranya yang duduk sendiri di sebuah meja. Tak satu pun anak yang datang ke tempatnya, bahkan seorang anak lelaki lainnya memilih duduk di meja yang sudah diduduki dua anak lain. Terdengar kebisingan dari anak yang bangkunya direbut paksa oleh si lelaki bertubuh gendut. “Ini mejaku, kau tidak boleh merebutnya begitu saja,” kata anak perempuan yang mengenakan kipang rambut berwarna hijau. “Tapi aku ingin duduk di sini. Kau bisa pergi jika tidak senang.” Si gendut mengotot dan mendorong anak perempuan, membuatnya menjerit. Guru wanita yang baru saja masuk datang melerai kebisingan itu, memberi pengertian pada si anak gendut. “Jean, kau tidak boleh mendorong anak perempuan, oke? Berikan kursi milik Lalita, dan pindah lah ke mejamu,” kata si guru wanita berkaca mata bulat itu. Si gendut yang dipanggil Jean, segera menggele
"Kau ... kau ibu anak itu?" Si wanita bertubuh gempal bertanya ragu. "Bagaimana bisa? Jangan bercanda, Nona, kau terlihat seperti seseorang yang belum memiliki anak." Sindirnya lagi, menatap Valerie dari atas sampai ke bawah."Apakah aku menyuruhmu untuk mengomentari tubuhku? Jelaskan kenapa kau sangat tega menyakiti hati seorang anak kecil!" kata Valerie tegas.Wanita si tubuh gempal terlihat gugup beberapa saat, tapi kemudian dia mengangkat wajahnya dengan berani. Matanya menatap Valerie dengan sorot menghina sebelum kalimat pedas itu keluar dari mulutnya."Oh, jadi kau ibu anak itu? Ah ... baik lah, karena kau sudah ada di sini, maka aku akan mengatakan padamu bahwa anakmu sangat tidak terdidik! Dia tidak pantas berada di kelas ini, dan membuat semua anak takut padanya! Bawa lah anakmu pergi dari sini agar tidak menyakiti anak lainnya!"Tajam. Kalimat itu sudah di luar batas, membuat Valerie tidak bisa mengendalikan kemarahan. Dia mem
“Kau tidak harus menjawabnya,” ucap anak itu kemudian. Nada kecewa menyelimuti kalimat yang terucapkan sangat pelan. Rainer menginginkan Valerie terus di sisinya, tapi tidak berani mengutarakan apa yang ada di dalam hati. Dia takut kecewa jika menaruh harapan pada wanita yang dia yakini adalah ibunya.Sebelum Valerie menemukan jawaban yang tepat untuk Rainer, mereka didatangi Kepala Sekolah yang sudah berusia sepuh. Pria berpakaian rapi itu meminta mereka ikut ke kantor untuk menyelesaikan masalah yang tadi sempat heboh. Di sana, terdapat wali murid juga sedang duduk di atas sofa menunggu kedatangan mereka. Si wanita bertubuh gempal mencibirkan bibir melihat Valerie dan Rainer duduk di depannya.“Maaf, Nyonya, tolong meminta maaf lah pada Rainer, seperti yang dikatakan Nyonya Lemanuel,” katanya Kepala Sekolah itu kemudian.Tentu saja si wanita gempal tidak rela. Menurutnya sangat tidak wajah seorang dewasa harus meminta maaf pada seorang