Paginya, begitu bangun Mistha tak melihat Ghara di sebelahnya. Namun, Mistha mendengar bunyi air mendidih dari sebuah teko. Kemudian, ia melihat ke arah dinding. Jam menunjukkan pukul setengah sembilan pagi, lalu ia beranjak membuntal tubuhnya yang masih telanjang dengan sebuah bedcover."Adzan, dimana Sayang?" ucap Mistha sembari menggelung rambutnya."Sekolah, nanti tolong jemput jam 11.00 ya Sayang, hari ini Aku ada meeting di kantor," kata Ghara sembari sibuk mengaduk kopi buatannya pagi itu.Kantor? Batin Mistha.Lalu, ia duduk di seberang suaminya yang tengah sibuk mempersiapkan roti bakar untuk mereka berdua sarapan."Kantor?" ucap Mistha memperjelas."He'em! Kita gabung di Jack'o Justice sekarang," jawab Ghara sambil tetap sibuk mengolesi selai coklat di setiap roti yang akan ia bakar."Sejak kapan?"Mistha yang tidak tahu bahwa Ghara telah menjadi pimpinan Jack'o Justice pun akhirnya memecah rasa penasaran tentang Jack'o Justice."Mulai hari ini, Suamimu adalah pimpinan Jack
"Tante Mistha!" panggil Adzan, sembari memerhatikan Mistha. Kemudian pandangannya beralih ke arah pintu keluar. "Om Gala!" gumamnya. "Om, Gal-" Seketika Mistha membungkam mulut Adzan yang berusaha memanggil Ghara di seberang jalan itu. "Om Ghara masih kerja, Sayang! Kita pulang dulu ya," katanya kemudian melajukan mobilnya secepat kilat. Entah apa yang sedang Mistha pikirkan saat ini. Seperti ada sesuatu yang menghantui dirinya-pun ia yang kali ini ditugaskan menjaga Adzan tidak diperbolehkan ikut campur dalam kasus ini. Namun, rasanya ada yang janggal, kenapa Ghara melarang Mistha untuk ikut gabung di team yang ia pimpin? Padahal yang seharusnya berjuang mati-matian mengusut kasus ini adalah Mistha! Sudahlah! Mistha membuang pikiran buruknya, kemudian melajukan mobilnya kembali. "Tante, Om Gala di taman belmain, ya?" tanya Adzan polos. "Itu taman khusus untuk orang dewasa, Sayang. Jadi anak kecil tidak boleh masuk, soa
"Pak David! Apakah Bapak mengenal Carrolyn?" tanya Dea begitu David kembali masuk ke ruang interogasi. "Tidak, Bu!" jawabnya. "Berapa lama Pak David menjadi pimpinan Homity Garden?" "Kurang lebih dua tahun, Bu!" "Diantara dua foto ini, siapa yang Pak David kenal?" desak Dea sembari menyodorkan dua lembar foto ke arah David. Melihat foto itu, David nampak terkejut. Mimik wajahnya seketika berubah. "Apakah benar dua orang ini termasuk member khusus Homity Garden?" pertanyaan Dea beralih ke Betty. Betty mengangguk, sementara David masih diam. Seperti sedang menyembunyikan sesuatu. "Bahkan, Saya tidak pernah tahu dua member ini, Bu!" "Benar begitu Pak David? Anda tidak sedang menyembunyikan informasi karena ancaman atau iming-iming sesuatu, 'kan?" sela Dea cepat. "Benar, Bu! Saya benar-benar tidak tahu-menahu." "Tugas, Pak David selaku pimpinan Homity Garden apa saja? Bisa dijelaskan detailnya Pak!"
Paginya, sebelum berangkat ke kantor. Ghara melihat Mistha sedang mempersiapkan sarapan di meja makan, wanita itu diam! Nampak tidak baik-baik saja. Melihat kondisi Mistha yang tidak biasa seperti ini, Ghara tentu berpikir. Apa yang membuat Mistha jadi pendiam, bahkan ketika Ghara berusaha mencium, Mistha selalu melengos. "Maaf, Sa-" "Nggak usah dibahas!" sahut Mistha ketus. Ekspresinya mbesengut, seperti tidak selera untuk interaksi lebih lanjut. Ghara menghela napas kasar, menghembuskan pelan. Masih berpikir positif, barangkali wanita yang dalam masa Siklus Menstruasi memang moodnya selalu naik turun seperti ini! Batinnya. Bahkan ketika disentuh, Mistha seperti merasa jijik. "Sayang, Aku minta maaf!" ucap Ghara lagi-lagi merendah. Mistha masih diam! Sama sekali tak mengindahkan Ghara yang tengah sibuk merayu, supaya Mistha mau bicara. "Hari ini Aku nggak bisa antar jemput Adzan. Aku ada urusan!" ucapnya penuh tekanan. Ghara t
"Adzan hari ini ke rumah Bibi dulu, ya!" kata Ghara."Kenapa Om?" tanya Adzan polos."Om Ghara ada urusan penting. Adzan jangan kemana-mana sampai Om Ghara jemput.""Ok! Om."Kemudian Ghara memutar kemudi, berbalik arah menuju rumah Bibi. Ghara harus mengamankan bocah ini terlebih dahulu. Dalam perjalanan, handphone Ghara berdering beberapa kali. Namun, Ghara tak sempat menengok handphone yang berada di door pocket, kejaran waktu pun membuat Ghara nampak terburu-buru."Saya titip Adzan sebentar ya, Bu! Nanti Saya jemput sebelum magrib," kata Ghara begitu tiba di rumah wanita yang dulu menjaga Adzan."Baik Pak!""Oh iya, silahakan Pak Ghara simpan nomor Saya, barangkali ada yang perlu Saya sampaikan terkait Adzan nantinya," ucap wanita itu.Setelah membukan handphone, ia baru sadar jika sempat menghubungi Yava dan mengirim lokasi Call Me."Sebentar ya, Bu! Saya perlu telephone seseorang," kata Ghara meminta izin.Tunggu di sana Yav. Ada yang perlu Kita selidiki! ucapnya begitu telephon
Dalam perjalanan menuju Lapas II-B, Ghara mendapatkan panggilan masuk dari Mistha.Adzan tidak boleh kemana-mana sebelum Om Gala datang! seketika suara rengekan bocah kecil itu terdengar nyaring dari speaker handphonenya.Nggak apa-apa, Sayang! Adzan pulang bareng Tante Mistha ya. Jawab Ghara merayu Adzan. Namun, bocah kecil yang cerdas itu selalu ingat pesan Ghara, bahkan ketika Mistha datang. Ia seperti tak minat untuk pulang, sebelum Ghara jemput! Saking patuhnya terhadap perintah Ghara. Tuh! Nggak apa-apa, 'kan kata Om Ghara. Pulang yuk, nanti mampir kedai es krim lagi! sahut Mistha.Ngak mau! Adzan mau tunggu Om Gala jemput pokoknya! rajuk Adzan sedikit tantrum.Iya udah nggak apa-apa Sayang, tunggu sebentar ya. Setelah dari Lapas, Aku langsung ke sana. Aku masih ada janji temu dengan Lukas! kata Ghara menengahi.Mistha tak bersuara lagi! Seperti tengah menahan napas, saat Ghara menyebut nama Lukas.Hallo? sapa Ghara begitu tak terdengar suara dari speakernya.Lapas? tanya Mist
"Kalau begitu Saya pamit ya, Bu!" kata Ghara. "Baik, Pak Ghara! Hati-hati di jalan," balas Bibi seraya mengekori Ghara dan Adzan masuk ke dalam mobil. Pikiran Ghara malam itu benar-benar kacau, teringat ucapan Lukas serta jawaban Dewa-pun ia tak menyangkan jika Mistha berani melakukan suap demi membebaskan diri. Kecurigaan dan keresahan yang memenuhi kepala Ghara selama ini akhirnya terjawab. Ditambah pemberitahuan riwayat transaksi kartu kredit Mistha yang semakin hari semakin membengkak! Haruskah Ghara memblokir kartu kreditnya? Sepertinya memang harus dilakukan sebelum Mistha kalap terlalu dalam, sehingga malam itu juga Ghara memerintahkan sekretarisnya untuk memblokir kartu kredit Mistha. Karena dalam satu hari saja, sudah terhitung lebih dari tiga kali Mistha menarik tunai yang jumlahnya tidak sedikit. Ghara juga melacak riwayat transfer terakhir yang dilakukan Mistha. Semua data valid sudah Ghara simpan, satu nama yang beberapa kali menerima suntikan dana kurang lebih 4,5M i
LOUIS: Kirim Rp. 500.000.000, sekarang juga!Mistha tersentak membaca pesan singkat dari Alexander Louis pagi itu. Bajingan! Batin Mistha sembari membuang asal handphonenya. Bagaimana bisa, Louis meminta dikirim uang lima ratus juta lagi setelah 4.5M yang Mistha rasa sudah cukup.Pria itu benar-benar tidak bisa dibiarkan! Mistha harus segera menghabisi nyawa Louis sebelum ia bertindak nekat, untuk mengungkap kejadian yang sebenarnya bukan perintah Mistha.MISTHA: Temui Aku di coffe shop, siang ini! balasnya lalu beranjak ke kamar mandi untuk siap-siap.Khatila yang sempat membaca percakapan Mistha dan Louis di layar yang tidak sempat Mistha tutup, akhirnya segera menghubungi Ghara.KHATILA: Pak Ghara, ini bencana! tulis Khatila disertai Screenshot percakapan Mistha dan Louis.GHARA: Awasi pergerakan Mistha, tunggu sampai Aku tiba di sana. Jawab Ghara.Setelah membaca pesan dari Ghara, Khatila langsung pura-pura menyibukkan diri di dapur. Membuat sarapan, berusaha mengulur waktu Mistha