Sampai di kantor, Ghara sekilas melihat Safira dan Erick Choii masuk ke dalam ruang berkas penyimpanan pengaduan, namun Ghara masih tak berminat untuk menyelidiki lebih lanjut kedua manusia yang saat ini terlihat mencurigakan itu, karena Ghara mendapat telepon dari anggota Devisinya yang mengabarkan bahwa Mistha secara resmi dipindahkan kelapas kelas 1A, lapas khusus untuk terpidana wanita dengan kasus berat.
Anehnya Ghara tak pernah melihat penampakan Vall Ankala selama ini. Siapa dia sebenarnya? Batin Ghara penasaran, lalu beranjak turun menuju parkiran mobil.
***
Dalam lapas itu terdapat empat napi wanita penghuni lama. Satu diantaranya mirip kepala geng ruang tahanan.
Tubuh Mistha bergetar, nafas tersengal, irama jantung berdetak kencang. Dorongan paksa anggota Jack'o Justice berhasil membuat Mistha terjungkal tepat di depan lutut ketua gengnya. Beberapa barang Mistha pun jatuh berserakan tepat di depan mata semua wanita yang tengah berdiri mengan
Satu bulan berselang selama ditahan dilapas barunya, Mistha nampak pucat karena tidak memiliki nafsu makan, sehingga dilarikan ke Rumah Sakit lantaran muntah-muntah hebat dan demam tinggi. "Ibu, Mistha," Sapa Dokter visite pagi itu. Mistha membuang muka, mengacuhkan keberadaan Dokter. Keadaan Mistha benar-benar memprihatinkan, wajahnya pucat pasi, bibir pecah-pecah, dengan beberapa goresan luka di ujung bibir dan keningnya akibat berkelahi hebat dengan penghuni lapas sebelum akhirnya dipindahkan keruang isolasi. "Ibu, Mistha. Apakah, Anda memiliki suami?" Mistha menoleh, dengan wajah sayu enggan untuk menanggapi. "Apakah, Anda melakukan hubungan di dalam lapas?" berondongnya. "Kenapa, Dok?" tanya Mistha akhirnya penasaran dengan pertanyaan Dokter yang seolah-olah Mistha perempuan murahan yang bisa disetubuhi siapa saja. "Ibu hamil. Saya harap, jika Ibu memiliki suami segera memberitahunya," Pungkas Dokter. "Saya suaminya!" ucap seorang pria di belakang Dokter perempuan itu. M
Ghara menginjak pedal gas kemudi, melaju kencang menuju kantor Biro Investigasi. Bersama pria paruh baya yang kini diikat tali dengan mulut terkunci isolasi. "Bagaimana, Pak Ghara. Sudah siap menandatangani sertifikat pengalihan atas nama mobil yang sudah sepenuhnya menjadi milik, Anda?" Tiba-tiba pertanyaan seorang pria dari arah belakang menginterupsi langkahnya. Langkah Ghara terjeda, sambil sedikit memiringkan kepala. Berusaha mendeteksi seseorang yang berhasil mengatensi perhatiannya. Ghara membalikkan tubuh sepenuhnya, mengangkat wajah dan melempar tatapan murka. Tanpa berkata, Ghara membenturkan kunci mobil coupe clip itu kearah tubuh Erick dengan kasar. Sementara Erick tersenyum penuh selidik, merasa bahwa Ghara sudah berhasil masuk dalam perangkapnya. "Pak, Ghara...," panggil Erick begitu Ghara tak berucap apa-apa. Ghara acuh, malas menanggapi pria bengal satu ini, melanjutkan langkahnya menuju ruang kerja dan mengemasi beber
"Tahanan 1033, ada kunjungan untuk Anda!" Tiba-tiba ucapan salah satu anggota lapas wanita berhasil mengagetkan Mistha. Sontak tubuhnya berkedut, sembari sedikit mencondongkan wajah berusaha memekakan indera, enggan menoleh sepenuhnya. "Siapa?" sambarnya menahan gejolak yang seketika menyusup liar ke sekujur tubuh. "Suami, Anda!" jawab seorang wanita yang tengah sibuk membukakan pintu untuknya. Rasanya, kuping Mistha seperti tersulut bara api mendengar sebutan suami yang terdengar dari mulut panas wanita itu. Mistha gemetar, tentu bukan karena menahan gugup. Degup jantung yang bergetar kencang berhasil membuat Mistha nyaris kehilangan kontrol. "Bilang kalau Saya tidak menerima kunjungan!" tegasnya serta merta mengacuhkan wanita yang kembali menutup ruang tahanan. "Maaf, Pak. Istri, Anda tidak bersedia dikunjungi," pungkasnya begitu tiba di ruang kunjungan. "Kenapa?" tanya Ghara. "Saya hanya menyampaikan pesan," sahutnya memperjelas supaya Ghara tidak bertindak nekat. "Pak,
"Selemah itu rupanya. Percuma menyelamatkanmu, jika Kau tambun seperti manusia tak berguna, Ghara!" Erick memandangi Ghara yang masih terbaring lemah di ruang ICU, kemudian melangkah mengikuti jejak Dimas yang sudah siap menunggu di lobby. "Turunkan Saya di sini, jemput wanita itu dan bawa, Dia ke markas!" perintah Erick. "Siap-" "Sudah tahu siapa yang harus, Kamu temui di sana, Dim? Laksanakkan tugasmu dengan baik!" sela Erick. Dimas mengangguk, kemudian membuka pintu seperti pelayan yang patuh dengan segala perintah majikannya. "Bagus!" Erick terkekeh sengau. Menampilkan ekspresi dusta dari jiwa serakahnya. *** "Bagaimana keadaan, Anda?" tanya Vall Ankala begitu Dea tiba di markas. Dea masih belum menyadari jika sosok pria dengan garis bekas sayatan di bibir serta jahitan luka alis yang terputus itu adalah penampakan Vall Ankala. Semenyeramkan itu! Gumam Dea. Sementara pria berkepala pelontos itu duduk menyilangkan satu kaki, menatap lekat ke arah Dea. Menyedot cerutu sem
"Habisi Dia, lakukan dengan baik tanpa tersisa. Ambil kotak yang di bawa. Ingat! Lusa, benda itu sudah harus, Saya terima. Paham!" Pria suruhan Lucas Maremba melemparkan bubuk putih seperti kristal sebagai ganjaran untuk setiap perbuatan kejamnya. Sejurus ia menatap kearah semua rekannya. Sesuatu yang telah ditunggu-tunggu akhirnya tiba, batinnya. Tahanan 103 mengangguk patuh, demi mendapatkan bubuk psikotropika berbahaya itu, tentu ia rela melakukan apa saja, apalagi mangsanya kali ini adalah Mistha, tentu mereka akan segera berkumpul untuk menyusun rencana. *** Bias cahaya pagi menerpa wajah Mistha, pandangannya masih tertuju kearah tahanan 103, mereka bergumul sembari terus memerhatikan gerak-gerik Mistha. Mistha berdiri, mengusap pantatnya yang penuh debu serta rumput matrella. Wanita gila! Mistha bergidik ngeri, penampakan wanita yang tengah duduk bersila di tepi lapangan olah raga itu, benar-benar membuat Mistha merinding. Dasar sinting! Mistha memicing, seketika menyadar
Setelah perkelahian hebat kemarin, akhirnya Mistha dipindahkan ke dalam ruang isolasi bersama wanita yang menolongnya. Mistha beruntung, tentu! Karena mau bagaimana pun wanita yang datang menolong kemarin seperti malaikat yang dikirim untuknya. Seandainya wanita itu tidak datang, bisa dipastikan nyawa Mistha benar-benar melayang, namun sayangnya kehadiran wanita ini tidak membuat hati Mistha melunak. Mereka berdua masih lomba berdiam diri, karena Mistha tidak mau terlalu berpikir panjang. Diam adalah cara terbaik untuk membuat hatinya tenang. Pikirnya! "Ada masalah apa. Kenapa mereka terlihat begitu membencimu?" tanya wanita itu memecah sepi. Mistha tak menggubris, meskipun wanita ini terlihat sangat baik, namun Mistha terlanjur paham, semua manusia yang selama ini Mistha temui nyatanya selalu berkedok malaikat tapi berhati iblis, hingga hatinya terlalu sulit untuk percaya. Tentu di balik usaha menyelamatkan nyawa Mistha, wanita ini pasti ada maunya. Itu saja yang ada di dalam p
"Bagaimana keadaanmu?" tanya tahanan 815 begitu melihat Mistha keluar dari Rumah Sakit.Mistha membalas senyum sekilas, enggan interaksi lebih lanjut. Entah kenapa Mistha merasa kebaikan wanita ini sangatlah aneh. Tentu, siapa wanita dengan plat nama tahanan 815 ini pun Mistha tak mengerti sebelumnya. Kenapa tiba-tiba datang dan terkesan begitu baik? Jauh berbeda dengan tahanan lain yang selalu bersikap arogan."Ada titipan untukmu," ucapnya sembari membuntuti langkah Mistha."Dari siapa?""Suamimu!"Suami? Batin Mistha tak percaya, lalu berpikir sejenak.Padahal waktu Mistha masuk Rumah Sakit kemarin saja, ia sama sekali tidak melihat kehadiran Ghara, yang Mistha ingat hanya pria aneh yang tiba-tiba sok perhatian dan mengaku-ngaku sebagai saudaranya.Kenapa sekarang Ghara datang ke lapas dan mengirim barang?"Apakah, Dia datang ke sini?" tanya Mistha sedikit menyelidiki.Tahanan 815 mengangkat kedua bahunya, sembari sedikit mencebikkan kedua sudut bibir, tanda bahwa dia sendiri pun t
Apa yang terjadi dengan wanita itu? Kenapa dia tiba-tiba membabi buta saat petugas lapas memasukkan dirinya ke dalam ruang restrain dan diperiksa oleh Dokter Jiwa. Tahanan 815 tak mampu mengendalikan diri. Otaknya seperti sedang ada yang mempengaruhi, namun ada beberapa moment yang Mistha ingat saat tahanan 815 menyuruh Mistha menjauh dari jangkauannya.Mistha binggung, tahanan 815 seperti sedang kerasukan setan setelah mengunyah coklat praline yang katanya pemberian Ghara tadi, kenapa Mistha tidak berubah seperti tahanan 815? Padahal Mistha juga sempat mengunyah coklat yang sama. "Sesuai hasil Tes Lab yang telah dibacakan oleh Dokter Adnan, ada zat Amytal Natrium dosis tinggi yang terkandung di dalam darahnya, Pak! Tahanan 815 sepertinya menenggak serum racikan yang dikemas rapi supaya mengungkapkan kejujuran.""Serbuk?" tanya Matheo Kasubsi Pembina tingkat I di lapas itu. "Benar, Pak! semacam serum kejujuran. Serbuk atau cairan semacam itu, bisa mempengaruhi kinerja otak manusia.