Share

8. Kerjasama Sophia

Seperti biasa, setelah memasak untuk dirinya sendiri. Sophia langsung pergi ke toko bunga, dia bisa melihat Lala yang sudah duduk di depan toko dengan wajah cemberutnya. Sophia pun tersenyum lalu menghampirinya.

“Tumben banget La, datang sebelum aku datang.” kekeh Sophia

“Dih, Mbak Phia lupa ya.”

Alis Sophia mengerut, “Lupa apa La?”

“Hari ini—”

Lala menghentikan ucapannya ketika melihat sebuah mobil mewah berhenti tak jauh dari toko bunga Sophia. Dia mengerutkan keningnya, mobil itu sering Lala lihat sejak dulu sampai saat ini ketika Sophia membuka toko bunga, jam makan siang, dan juga sore hari. Tapi Lala tidak tahu siapa pemilik mobil itu, ketika Lala atau Sophia yang mendekati mobil itu yang ada mobilnya malah pergi dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Entah apa hubungannya hanya saja Lala takut jika orang di dalam mobil itu adalah orang jahat. Apalagi lagi maraknya penculikan dan penjualan organ tubuh manusia dengan nilai yang fantasi.

“Selamat pagi.” sapa orang itu dengan senyum ramahnya.

Dan tentunya Lala pun terpesona.

“Selamat pagi.” sapa kembali Sophia.

Laki-laki itu langsung mendekat, dia pun menatap sekeliling toko bunga ini dengan kagum. “Phia Florist?” bahkan pertanyaan konyol pun tiba-tiba saja muncul dari bibir laki-laki itu.

“Iya. Ada apa ya Pak?”

Mendengar kata Pak, laki-laki itu langsung menurunkan kacamata hitamnya dan melihat Sophia dengan tatapan tidak sukanya. “Jangan panggil saya Pak. Tapi panggil saja Alcand.”

Tertawa kecil, Sophia pun jadi tidak enak. Dia mempersilahkan Alcand untuk masuk ke dalam tokonya. Dan tentunya Sophia meminta Lala untuk segera menyelesaikan apa yang kemarin belum selesai, dia tahu Lala terpesona dengan pria tampan yang saat ini duduk di hadapan Sophia. Jika dibiarkan terus menerus yang ada Lala akan kepincut dan tidak jadi bekerja.

“Mau pesan bunga?” tanya Sophia memastikan.

Alcand mengangguk, tidak hanya pesan bunga tapi kali ini Alcand datang dengan tujuan tertentu. Dia suka sekali dengan bunga begitu juga dengan ibunya yang hobi sekali mengoleksi banyak sekali bunga. Sudah dipastikan ibunya akan suka melihat toko bunga Sophia yang terbilang lengkap, ada banyak jenis bunga sampai bunga yang sulit ditemukan.

“Kamu terlalu memuji, ini hanya kios bunga kecil.”

“Tapi punya banyak sekali pelanggan. Salah satu teman saja pelanggan toko bunga ini, dan merekomendasikan toko ini pada saya.”

Sophia tersenyum malu, ini hanya toko bunga kecil. Memang pelanggannya sudah banyak, karena toko bunga ini berdiri juga sudah lama pula dari Sophia kecil hingga sebesar ini. Sophia hanya meneruskan apa yang ayahnya mulai, itu sebabnya Sophia begitu menyayangi toko bunga ini.

“Kedatangan saya kemari ingin bekerja sama dengan kamu.” ucap Alcand akhirnya.

Alis Sophia mengerut sempurna, bekerjasama?

***

Membelokkan mobilnya ke sebuah tempat makan, Alcand pun meminta Sophia untuk turun dengan hati-hati. Akhirnya, Alcand berhasil mengajak Sophia keluar dari toko bunganya dan menemani Alcand untuk sarapan lebih dulu. Dari pakaian dan juga kendaraan yang pria itu kenalan rasanya mustahil jika di rumah dia tidak makan lebih dulu. Contohnya, Shaka meskipun tidak mau makan nasi di pagi hari pria itu sering mengunyah roti apapun yang ada di rumah sebagai menu pagi, dan juga sekotak susu vanilla yang sering dia bawa ke kantor. Anggap saja seperti bocah kemarin sore, tapi hal itu yang dia lihat tiga hari ini tinggal dengan Shaka.

“Kamu mau makan apa?” tawar Alcand antusias.

“Saya–” rasa ingin menolak tawaran Alcand tapi Sophia tidak enak hati dengan sendirinya. Dia takut Alcand kecewa ketika dia tidak mau menemani pria itu makan dengannya. “Rendang saja Mas lauknya.” jawab.

Alcand tersenyum, dia pun segera menyebutkan apa yang ingin dia makan pagi ini bersama dengan Sophia. Anggap saja Alcand sedang ingin membuktikan apa yang dikatakan Shaka tentang Sophia itu tidak benar. Meskipun fisiknya cacat tapi Alcand yakin jika Sophia memiliki sifat yang baik dan hati yang lembut.

“Maaf ya, pagi tadi saya melewatkan sarapan saja. Bukannya membahas kerja sama kita malah sarapan dulu.” kekeh Alcand.

Sophia hanya bisa tersenyum sambil melihat tempat makan ini. Bisa dibilang ini cukup sederhana, hampir setiap meja penuh dengan orang yang keluar masuk hanya untuk mengisi perut. Tempatnya juga bersih, sayangnya harus jauh dari toko bunga milik Sophia.

“Kamu nggak suka tempatnya ya? Tapi saya sering makan disini.” ucap Alcand kembali setelah melihat ekspresi wajah Sophia.

“Tidak. Saya suka tempatnya, disayangkan saja jauh banget dari toko bunga saya.”

“Kalau kamu pengen saya bisa bungkusin buat kamu loh.”

Tentu saja hal itu langsung mendapat penolakan dari Sophia. Dia tidak ingin merepotkan Alcand yang harus membawakan makanan untuk dirinya. sebelum pergi ke toko bunga pun Sophia juga sudah memasak dan membawa makanan dari rumah. Alcand tidak perlu khawatir akan hal itu, Sophia tidak akan mati kelaparan jika bekerja di toko bunga.

Tak lama, makanan mereka pun datang. Sophia pun tersenyum ketika melihat porsi makannya yang tidak begitu banyak. Dia sudah berpikir jika tempat seperti ini memiliki porsi yang diluar nalar, alias porsi kuli yang banyak sekali. Tapi nyatanya tidak.

Perlahan tapi pasti Sophia pun begitu menikmati makannya. Begitu juga dengan Alcand yang sesekali memperhatikan cara makan Sophia. Kata Shaka, istrinya ini begitu menyebalkan dan memalukan jika di tempat umum. Tapi yang ada di hadapannya kali ini membuat Alcand berpikir dua kali. Dia adalah wanita pendiam yang suka sekali memperhatikan situasi, dia juga tidak meminta aneh-aneh dan memalukan. Mungkin yang Shaka bilang memalukan ketika wanita itu berjalan, lebih tepatnya menyeret kaki sebelah kanan yang cacat akibat ulah Shaka. Bahkan jika dilihat pun Sophia terlihat sangat cantik dengan wajahnya naturalnya.

Dentingan sendok membuat Alcand menoleh. Dia melihat satu orang yang baru saja datang yang tak sengaja menjatuhkan sendoknya di piring Sophia.

“Maaf ya Mbak, nggak sengaja.” katanya memohon.

“Nggak papa kok, saya juga minta maaf karena nggak tau.”

Baru kali ini ada orang tidak bersalah tapi meminta maaf.

Menyelesaikan makannya dengan cepat, Sophia dan juga Alcand pun buru-buru pergi ke tempat yang akan mereka tuju. Di dalam mobil tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Sophia maupun Alcand. Mereka sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing, sesekali Alcand yang masih mencuri pandang pada wanita di sampingnya yang terlihat begitu lelah. Apa se menderita itu ya menikah dengan Shaka sehingga membuat Sophia beberapa kali menarik nafasnya panjang?

Hanya membutuhkan waktu lima belas menit, akhirnya Sophia dan juga Alcand pun sampai. Wanita itu turun dengan pelan dan berdiri di samping mobil Alcand. Tidak ada yang aneh dari bangunan di hadapannya kecuali banyak sekali sampah dan juga tumpukan kayu yang tidak berguna. Alis Sophia juga sempat mengerut melihat tumbuhan kering yang tidak terawat sama sekali.

“Ini tempatnya?” tanya Sophia memastikan.

“Ya, ini tempatnya. Bagaimana menurutmu?”

Jika menurut Sophia tentu saja buruk, tidak ada kesan bagusnya sama sekali. Mungkin karena bangunan yang sudah lama sekali kosong hingga membuat bangunan ini tidak terawat. Masalah posisinya, Sophia mengakui jika posisinya lumayan bagus, memiliki parkiran yang lumayan luas sampai ke dalam.

“Rencananya mau buat toko bunga di sini?” tanya Sophia balik.

Alcand tertawa, “Kamu belum menjawab pertanyaanku, malah ngasih pertanyaan lain.”

Sambil menggaruk tengkuk lehernya dan menunduk Sophia jadi malu sendiri. Dia begitu antusias dengan kerja sama ini, karena dia sudah memikirkan banyak tanaman apa yang akan dibawa untuk tempat barunya bekerja.

“Tempatnya bagus kalau dibenahi, dan posisinya juga lumayan enak.”

“Lumayan?” ulang Alcand.

“Bukan. Bukan seperti itu maksudku, tempat ini memiliki parkiran yang luas. Mau mobil atau motor pun bisa masuk dengan leluasa.” jelas Sophia

Alcand mengangguk, dia juga berpikir seperti itu. Tempat ini lumayan luas itu sebabnya Alcand tertarik untuk membelinya. Dia sudah punya nama, dalam hitungan detik pun tempat ini ramai pengunjung.

“Jadi aku harus membersihkannya ya?” tanya Alcand tidak masuk akal. Lebih tepatnya orang bodoh pun juga akan tahu, jika tempat seburuk ini sudah pasti harus dibersihkan lebih dulu barulah ditempati.

Tertawa dengan pertanyaan itu, Sophia pun berkata, “Kalau mau begini juga nggak papa. Kesannya seperti rumah hantu yang sudah empat puluh hari tidak dihuni.” kekehnya dan membuat Alcand mau tidak mau ikut terkekeh.

***

“Tadi siang sama Alcand?” tanya Shaka.

Kali ini mereka berada di meja makan dengan tatapan yang sulit diartikan. Shaka terus menatap Sophia yang sibuk memakan masakannya, sedangkan Shaka yang pulang membawa satu kotak plastik putih dengan masakan yang dibawakan Valery.

“Kamu kenal dia?” Sophia menatap Shaka dengan penuh selidik, apa mungkin mereka saling kenal dan saling ingin menjatuhkan Sophia? Karena selama ini Shaka ingin menyingkirkan Sophia dengan cepat.

Tapi karena disini Sophia adalah istri dari Shaka, dia pun memutuskan untuk memberitahu Shaka agar pria itu tidak salah paham. Takutnya nanti Shaka berpikir jika Sophia telah mengkhianatinya dengan pria lain. Padahal semua itu tidak terjadi. Mau mendengar atau tidak, yang jelas Sophia akan tetap memberitahu tahu Shaka tentang kerjasama ini.

“Dia rekan kerjaku. Aku lihat kamu keluar dari tempat makan.”

Sophia membenarkan ucapan itu, dia memang sempat sarapan bareng dengan Alcand di tempat favoritnya. Setelah itu Alcand membawa Sophia untuk pergi ke tempat tujuan mereka. Alcand ingin mengajak Sophia kerjasama, tapi disini Sophia harus tahu lebih dulu tempat mana yang akan mereka tempat untuk membuka usaha. Setelah tahu, yang jelas Sophia meminta Alcand untuk membersihkan tempatnya lebih dulu, dan barulah Sophia dan Alcand bisa bekerja sama sesuai dengan apa yang mereka inginkan.

Shaka mendengus, “Kerjasama buka toko bunga lagi?”

“Awalnya aku pikir juga begitu, tapi pas tau tempatnya—”

“Udah!!!” potong Shaka cepat, “Aku nggak peduli kerjasama apa antara kamu dengan Alcand. Dia hanya rekan kerjaku, dan yang jelas kamu harus tau tujuan kita apa. Jangan hanya karena kamu dekat dengan Alcand kamu lupa dengan tujuan kita apa, aku nggak suka!!!” sambungnya dan berlalu, hingga membuat Sophia langsung diam.

Tidak suka? Apa yang membuat Shaka tidak suka? Apa karena melihat Sophia dan juga Alcand? Tidak mungkin, ya tidak mungkin Shaka tidak suka melihat hal itu!!!

To be continued

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status