Share

Benci atau Rindu?

Penulis: Vellichor_Ann
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-06 12:00:35

"Kenapa dari tadi diem terus, hm?" tanya Ken yang melirik sekilas ke arah gadis di sampingnya.

"Terus harus gimana?"

"Kamu cemburu kalau saya deket sama temennya Metta?" Hanya memastikan saja. Ken tidak merasa jika Aya cemburu. Apa memang dia tidak memiliki perasaan untuknya?

"Engga. Aku bukan kamu. Sama Rendi, temen aku aja kamu cemburu. Aku itu gak suka sama kamu! Cuma karena aku gak bisa nolak semua ini bukan berarti aku suka sama kamu."

Ayana menatap jalanan sambil memegang sabuk pengaman erat. Sebenarnya untuk mengatakan itu saja dia punya ketakutan. Dia takut Ken akan marah atas perkataannya. Karena bagaimanapun Ayana belum terbiasa dengan pria ini.

Kenneth sendiri tidak menghiraukan ucapan Ayana. Dia hanya mencoba agar gadis ini tidak semakin membencinya. Biar saja Naura berpikir seperti itu sekarang yang jelas Ken akan memastikan Ayana akan tetap menjadi miliknya.

Tak lama dari itu mobil berhenti tepat di depan rumah Aya. Gadis itu hendak turun, namun Ken lebih dulu menahannya.

"Sebentar."

"Kenapa lagi?"

Pria itu mengeluarkan paper bag yang sudah disiapkan untuk Aya. "Buat kamu."

"Apaan?" Ayana menerimanya tanpa ragu.

"Buka, dong."

Di dalam Paper bag tersebut ternyata ada sebuah kotak lagi. Ayana membukanya dengan rasa penasaran. Ternyata sebuah kalung dengan ukiran nama 'Kenneth'. Tunggu! Kenapa bukan namanya? Kalungnya memang cantik namun seharusnya nama yang terukir di sana adalah namanya.

"Kenapa jadi nama kamu?" tanya Aya menekuk bibirnya.

"Supaya kamu inget terus sama saya. Sini, saya yang bantu pasang."

Gadis itu hanya diam saja saat Ken mencoba mengambil kalung tersebut dan ingin memasangkannya.

"Gak usah," kata Ayana yang membuat ken terhenti.

"Kenapa?"

"Ken, kita itu cuma dijodohin. Aku juga terpaksa nerima perjodohan ini. Tolong jangan berlebihan sampai harus ngeluarin uang banyak buat aku."

"Kok bahas ini lagi? Yang terpaksa itu cuma kamu, Ay. Saya emang suka sama kamu. Kalau perlu saya juga akan bikin kamu suka sama saya."

Ayana menggeleng. "Kita baru ketemu setelah beberapa tahun. Metta juga gak suka sama aku. Aku sama Metta, itu gak akan pernah akur."

"Ay..."

Ken mencoba menahan gadis itu, namun Aya lebih dulu ke luar. Apa masalahnya? Atau karena teman Metta yang bernama Yura itu? Tidak mungkin. Dia bilang tidak cemburu tadi. Apa karena Aya memang membencinya?

Ayana berjalan begitu saja menuju halaman rumah. Saat dia membuka pintu, tepat sekali Mamanya keluar dengan Ibunya Ken.

"Loh, kamu baru pulang?"

"Iya, ma. Tadi habis kerja kelompok di rumah Metta."

"Terus kamu pulang sama siapa?"

"Ken," jawabnya menunduk.

"Mah, Tante." Kenneth berlari kecil ke arah mereka dengan kotak di tangannya. Kalung itu tidak jadi diambil oleh Aya.

"Kenneth? Syukur kalau Aya pulang sama kamu."

Aya tersenyum kecil dan menatap dua wanita paruh baya di hadapannya. "Mah, Aya masuk ke kamar duluan, ya. Tante, Aya permisi dulu."

"Loh?"

"Ken, kenapa sama Aya?"

"Gak tau, mah. Mungkin lagi ada masalah di kampusnya," jawabnya singkat.

"Kalian gak berantem? Tante minta maaf kalau sikap dia seperti tadi. Aya itu masih labil. Kadang bertindak seperti anak kecil. Kita yang ngadepin jadi harus banyak sabar."

Wanita di depannya mengangguk paham. "Aku paham. Metta juga kadang kayak gitu. Namanya juga masih remaja."

"Iya. Nanti aku juga coba bicara sama Aya di dalam."

"Kalau gitu kita pulang dulu."

"Tante, ini punya Aya ketinggalan di mobil," ucap Ken dengan memberikan kotak kecil yang dibawanya.

"Makasih. Nanti tante sampaikan."

Sepasang Ibu dan anak itu berpamitan untuk pulang. Mereka masuk ke dalam mobil dan meninggalkan pekarangan rumah. Ibunya Ayana juga masuk ke dalam rumah untuk menyusul anaknya.

***

"Sayang, mama masuk boleh?"

"Masuk aja. Gak dikunci."

Pintu kamar tersebut terbuka. Nampak Ayana yang sedang duduk di meja belajar dengan sebuah novel di tangannya.

"Lagi ada masalah?"

Gadis itu menggeleng. "Gak ada."

"Ini ada titipan dari Ken. Katanya punya kamu ketinggalan di mobil."

"Itu bukan punya Aya."

"Mama buka boleh?"

"Terserah."

Ayana menutup bukunya dan melihat kalung itu dikeluarkan.

"Pasti dari Ken. Kalungnya bagus."

"Kalau Mama suka ambil aja," jawab Aya dengan santainya.

"Loh? Kalau mama yang pakai, nanti papa cemburu.".

Gadis itu tertawa pelan. Ia memasukan kembali kalung tersebut ke dalam kotaknya. Harusnya Ken ambil lagi kalung ini. Sekarang Aya terlihat seperti orang yang tidak menghargai suatu pemberian. Bukan itu masalahnya. Ayana tau jika kalung itu tentu bukan barang murah. Dia tidak pantas mendapatkan barang mahal dari orang yang tidak memiliki hubungan dengannya begitu saja.

"Dia keliatannya serius sama kamu."

"Jangan bahas Ken, mah."

"Kamu kenapa? Cerita dong sama mama."

Wanita itu meminta agar sang putri menatap wajahnya. "Ada apa?"

"Aya benci sama Metta," ucapnya lirih.

"Sayang, mama pikir kalian udah baikan. Kamu lupain masalah itu. Seharusnya kalian akur, dan jadi sahabat lagi."

"Harusnya Metta yang minta maaf!"

"Aya.."

Tiba-tiba air mata ke luar begitu saja. Saat itu juga Aya langsung memeluk mamanya. "Liat mukanya aja bikin kesel. Aku benci kalau inget pernah main sama dia. Kenapa dulu kita kemana-mana bareng, terus nangis bareng, pulang sekolah juga- hiks."

Dia tak bisa melanjutkan ucapannya. Hatinya sakit mengingat semua itu. Dulu mereka memang begitu sekat. Sekarang Aya menyesal pernah sedekat itu.

"Sttt... jangan nangis dong."

"Pokoknya aku sama Metta itu gak akan bisa baikan."

"Kalau menurut mama itu namanya bukan benci, tapi kangen."

Aya mengusap air mata dan ingus dengan bajunya. "Siapa juga yang kangen? Gak ada!"

"Percaya, deh. Kalian itu sama-sama pengen main bareng lagi. Cuma gensinya tinggi. Jadi gak ada yang mau ngalah."

"Engga!"

"Itu apa? Kamu masih nyimpen foto kalian," tunjuknya pada sebuah foto. Di situ ada Ayana dan Metta yang masih kecil, bersama orang tua Ayana.

"Karena ada mama sama papanya," bantah Aya cepat.

"Kalau itu? Kalau gak salah kado dari Metta waktu kamu ulang tahun ke-17."

Sebuah kotak musik dengan ukiran tangga nada di luarnya. Terlihat klasik dengan kayu kecoklatan yang masih terlihat seperti baru. Saat SMA mereka mengikuti klub musik, dan Metta menghadiahkannya kotak musik tersebut. Namun tak lama dari itu ada kejadian di mana pertemanan mereka hancur karena satu orang laki-laki.

"I-itu.."

"Keliatan masih bagus. Kamu rawat?"

"Lupa aku mau buang." Aya meraihnya dan melempar ke tong sampah di kamar. Sesaat ia meneguk ludahnya kasar.

"Kamu gak bisa bohongin mama." Wanita itu tersenyum lembut dan mengusap kepala anaknya dengan penuh kasih sayang. "Sebentar lagi papa pulang. Mama mau masak dulu buat papa."

Ayana menatap mamanya yang berjalan ke luar kamar. Gadis itu memasukan kalung pemberian Ken ke laci meja. Setelah pintu tertutup, Aya bergegas ke tong sampah dan mengambil kotak musik yang dilemparnya.

Tidak ada yang rusak dibagian luarnya. Mungkin karena kayu itu cukup bagus. Tapi saat Aya memutar untuk memainkan musiknya, benda itu tidak berbunyi. Atau justru mesinnya bermasalah?

"Jangan rusak dong, plis..." Aya sampai memukulnya pelan, berharap kotak musik itu kembali menyala.

Rendi! Aya menelpon temannya itu dengan segera. "Halo, Ren?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Cerewet Tuan CEO    ribut

    Ayana terus menunduk dan memegang sabuk pengamannya sejak tadi. Dia berada di mobil bersama Kenneth dalam keadaan sama-sama diam. Tidak ada yang berbicara hanya suasana hening yang membuat Ayana semakin canggung. Pria di sampingnya ini benar-benar sedang marah sekarang. Terlihat wajahnya yang memerah dan tangan yang memegang setir dengan kuat.Gadis itu menoleh sekilas dan dia mendengus sebal karena sampai saat ini tidak tau kenapa Ken marah padanya. Kenneth menambah kecepatan mobilnya, seakan dia ingin segera sampai ke apartemen. "Ken," panggil Ayana namun tetap menatap lurus ke depan. "Saya minta kamu diam sampai kita di apartemen. Jangan bicara apapun."Kenneth mencoba mencari jalan tercepat. Yang dikhawatirkan Ayana adalah karena mobil yang dibawanya cukup cepat sedangkan malam seperti ini keadaan jalanan tidak terlalu terang.Setelah cukup lama akhirnya mereka sampai di depan apartemen. Kenneth keluar lebih dulu dan membukakan pintu untuk sang istri. Dia benar-benar sangat kece

  • Istri Cerewet Tuan CEO    Salah paham

    Metta menikmati makanannya sambil menatap langit malam di luar sana. Mereka semua sedang makan di luar, di tempat terbuka sambil menikmati keindahan pantai. Beberapa orang terlihat bernyanyi dan memainkan ukulele. Ada juga yang membuat video untuk dokumentasi. "Aduh, ini hp kenapa sih?!"Metta yang sedang mengunyah makanan langsung menoleh menatap salah satu temannya yang memukul-mukul ponsel. "Kenapa?""Gue mau telepon Nyokap tapi ga ada jaringan. Gue boleh pinjem ponsel Lo gak, Ta?""Boleh. Ambil aja tuh di dalam tas. Password-nya masih ingat kan?""Masih kalau belum diganti," ucapnya sambil mengambil ponsel Metta.Perempuan tersebut pergi ke belakang untuk menelpon Ibunya sedangkan Metta kembali melanjutkan makan. Setelah lelah memikirkan kuliah ternyata menyenangkan untuk pergi ke tempat seperti ini. Rasanya masalah langsung menghilang terbawa deburan ombak dan angin pantai.Meski terlihat begitu menikmati makanannya namun Metta sesekali memperhatikan Ayana yang duduk di samping

  • Istri Cerewet Tuan CEO    Rencana tersembunyi

    "Lo kenapa keliatan gak tenang gitu, sih?" tanya Tio melihat bos sekaligus temannya mondar-mandir."Gue lagi nunggu kabar dari Ayana. Dia gak bisa dihubungi. Ditelepon gak diangkat, pesan gak dibaca. Metta juga teleponnya gak aktif.""Yaelah, ditinggal belum sehari aja udah galau. Lagian udah pasti istri Lo lagi sibuk sama acaranya di sana. Udah jangan overthinking gini, yang ada Lo ribet sendiri."Pria itu duduk setelah cukup lama berdiri. Dia menatap ponselnya dan masih berharap balasan notifikasi dari Ayana segera muncul. Dia mengkhawatirkan gadis itu dan mungkin cemburu karena ada Rendi juga di sana. Tentu Ken tau jika Rendi masih menginginkan istrinya.Dia tidak masalah membebaskan Ayana berlibur ke pantai bersama teman kampusnya agar dia juga bisa menikmati waktu. Hanya saja jika gadis itu dekat dengan lelaki lain Ken merasa tidak terima. "Tenang aja, sih. Ada adek Lo juga, pasti dijagain. Wajar aja kalau mereka sibuk sekarang. Lo masih bisa hubungi nanti.""Tetep aja gue gak t

  • Istri Cerewet Tuan CEO    Jaga hati

    Hari ini Ayana akan melakukan pemberangkatan liburan bersama teman sekelasnya yang lain. Tempat tujuan mereka adalah pantai, dan mereka akan menginap di hotel untuk beberapa hari. Akan ada beberapa acara juga yang diadakan di sana nantinya."Bener gak mau saya antar?" tanya Ken kesekian kalinya pada Ayana. Gadis itu memutuskan pergi berdua dengan Metta naik mobil. "Aku sama Metta berdua aja. Lagian kamu mau kerja juga, kan? Nanti aku kabarin kalau sampai sana.""Tapi seenggaknya saya liat kalian aman sampai tujuan."Metta menghampiri sepasang suami yang tengah berdebat di depan mobil. "Kak, tenang aja gak usah khawatir. Lagian sekarang ada aku yang jagain Ayana."Ken masih belum tenang. Dia ingin mengantar mereka sampai ke pantai namun Ayana tidak mau. Jika dia memaksa gadis itu pasti akan marah, padahal mereka baru saja akur. Tapi sepertinya benar kata Metta, sekarang dua gadis itu sudah kembali berteman jadi dia bisa menitipkan Ayana pada sang adik dan begitu sebaliknya. "Tapi kal

  • Istri Cerewet Tuan CEO    Menjadi cemburu

    "Keluar!" ucap Ayana dengan penekanan.Gadis itu bersedekap dada sambil bersandar di dekat pintu. Ia memperhatikan Amel yang berjalan pergi dari sana dengan menunduk. Saat melewatinya Aya berbisik dengan pelan namun hanya mereka yang berdua yang tau. Ken tidak mendengar apapun."Ay, kamu kenapa gak bilang mau ke sini?" tanya Ken berjalan menghampiri istrinya sambil mengulurkan tangan, menyambut."Gak boleh aku datang ke sini?""Boleh, dong. Kamu bebas kapanpun datang ke sini sesuka hati selama saya ada di kantor. Tapi penasaran aja kenapa kamu datang ke sini."Ayana mengambil sesuatu di kantongnya dan menunjukan. "Ponsel kamu ketinggalan di kamar. Takut penting jadi aku bawain ke sini.""Ah, iya saya lupa bawa ponsel. Makasih, ya, maaf jadi repotin kamu." Ken menarik Ayana ke pelukannya dan mengecup keningnya lembut. Sementara gadis itu tersenyum dan menepuk bahu suaminya pelan.Setelah menikah Ayana mulai terbiasa dengan Ken yang suka memeluknya. Kalau boleh jujur sepertinya gadis in

  • Istri Cerewet Tuan CEO    Sekretaris genit

    "Ay, kamu sama Metta udah baikan?" tanya Ken saat mereka sampai di apartemen.Ayana tak menjawab namun dia hanya tersenyum dan berlalu pergi menuju dapur. Rasanya senang karena sekarang mereka sudah kembali berteman lagi. Mungkin sebenarnya ini yang diinginkannya oleh Aya sejak dulu. Bukan bertengkar dengan Metta untuk sebuah kemenangan, namun dia merindukan masa pertemanan mereka.Melihat Ayana yang tak menjawab pertanyaannya, Ken kembali bertanya. "Kenapa kalian bisa baikan secepat itu? Maksudnya, saya suka liat kalian akur. Tapi tiba-tiba?""Aku sama Metta udah sama-sama capek. Lagian gak ada yang mau diributin lagi."Mendengar itu Ken ikut tersenyum. Syukurlah jika memang sekarang adik dan istrinya sudah akur. Tidak ada kendala lagi dan justru itu semakin bagus. Hubungannya dengan Ayana akan menjadi baik, karena Metta sudah menerima gadis ini sebagai kakak iparnya. "Yaudah, sekarang kamu duduk. Biar saya masak buat kamu, ya." Ken menarik kursi agar Ayana duduk di sana. Gadis itu

  • Istri Cerewet Tuan CEO    Berbaikan

    Metta bergegas membantu Ayana dengan mengulurkan tangannya. Meski masih terkejut dia harus segera pergi dari sana karena kendaraan lain akan melintas. Ayana memegangi bahunya yang terbentur aspal. Untungnya tak ada luka parah."Kenapa Lo bisa ada di sini?" tanya Metta menatap dari atas sampai bawah."Aku gak sengaja liat kamu dari sebrang. Terus hampir ketabrak mobil, jadi aku refleks lari tadi.""Makasih."Ayana meringis pelan dan mengangkat wajahnya. Dia tidak salah dengar, kan? Maksudnya Metta berterimakasih padanya? Terdengar berlebihan namun bagi Aya gadis itu tidak pernah mengatakan terima kasih setelah permusuhan terjadi.Dia terkekeh pelan. "Tumben.""Karena Lo udah tolongin gue. Bukan berarti gue gak mau minta maaf sama Lo karena kita musuh.""Bagus, deh. Makanya lain kali kalau jalan itu hati-hati. Liat kanan kiri baru nyebrang jalan."Seakan kembali teringat Metta langsung menatap ke sekitar. Dia hampir lupa jika dirinya sedang diawasi dua orang tak dikenal. Saat dirinya me

  • Istri Cerewet Tuan CEO    Penyelamat

    Pagi ini Metta sudah siap dengan pakaian rapih. Dia akan pergi dengan Kakaknya seperti janji Kakaknya semalam. Gadis itu menunggu di depan teras sambil memainkan ponselnya. Seharusnya sudah datang sekarang.Tin... Tin...Terdengar suara klakson mobil di dari arah gerbang. Metta berlari kecil dan membuka sedikit gerbangnya. Namun justru bukan mobil milik Elkan yang terparkir di sana. "Siapa ini?""Pagi cantik." Seorang pria keluar dari bangku kemudi sambil melepas kaca matanya."Sean?"Metta menatap ke sekitar. Kenapa pria ini bisa datang ke rumahnya? Seakan tau isi pikiran gadis di depannya, Sean langsung berniat menjelaskan. "Kenneth bilang katanya Lo mau pergi. Dia gak bisa sekarang karena lagi banyak kerjaan di kantor. Jadi gue aja yang nganterin Lo.""Gak mau!" "Kalau gak percaya telepon aja orangnya."Metta memicingkan matanya sekilas. Ia langsung mengeluarkan ponsel dan berniat menelpon Kakaknya. Namun dia justru melihat pesan masuk dari Ken paling atas muncul. Baru saja terk

  • Istri Cerewet Tuan CEO    Ditinggal tidur

    "Aku beneran boleh minum?" tanya Ayana setelah mereka sampai di apartemen. Selesai dari acara mereka pulang malam. Kenneth menepati janjinya dan dia menyempatkan membeli minum sebelum pulang. Lagipula sesekali itu tidak apa-apa, dan mereka juga sudah menjadi suami istri jadi selama Ayana minum berdua dengannya dia tidak masalah."Jangan banyak-banyak tapi."Gadis itu memperhatikan Kenneth meletakan dua botol kaca di atas meja. Ia menyalakan TV dan menampilkan sebuah film yang sedang berputar. Sengaja dia ingin membuat malam romantis untuk mereka berdua."Ayo duduk." Ken menarik lembut Ayana agar duduk di sofa bersamanya. Ayana terkekeh pelan dan mengikutinya. Kini mereka duduk berdekatan. Ken menuangkan sedikit alkohol ke dalam gelas kecil untuk istri cantiknya. "Sedikit aja. Dan ini cuma berlaku malam ini, ke depannya jangan coba-coba minum lagi." "Jadi ini cuma cobain aja?""Hmm." Ken memberikan gelas tersebut ke arah Ayana dan diterima gadis itu. "Cheers?"Mereka bersulang. Ayan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status