Share

Menyiapkan Sarapan Pagi Untuk Suami

Setelah selesai mengenakan pakaian,  Aditya segera berlalu dari ruang ganti, namun, dia tak menemukan keberadaan Dita di kamar.  Tak perduli, Aditya melanjutkan langkah kaki itu, menuju cermin, namun-sekejap menghentikan langkah kaki itu, saat mendapati ada ranjang nya yang sudah terlihat rapi. 

Raut wajah itu nampak tak biasa, dan kembali melanjutkan langkah kaki  itu.  Beberapa menit merapikan penampilan nya di depan cermin, Aditya segera berlalu dari dalam kamar, hingga langkah kaki itu dia hentikan, saat suara telepone menyapa gawai nya. Dan pada layar HP nya, dia mendapati nama, SAYANG, yang tak lain adalah Dina-kekasih nya. 

"Hallo, Yang--."

"Dit--, Kenapa kemarin, lo, nggak masuk kampus?!" tanya Dina dengan nada suara nya yang terdengar kesal. 

Raut wajah Aditya berubah seketika, saat dilayangkan pertanyaan seperti itu oleh Dina. Seandai nya kekasih nya taju, apa yang terjadi dalam hidup nya.

"Dit--!" panggil Dina tiba-tiba, saat Aditya tak kunjung menyambut panggilan telepone nya. 

"Maaf, Yang--, Kemarin tiba-tiba gue ngedrop, dan sempat rawat inap satu malam di rumah sakit."

"Lo, serius, Yang?! Kenapa, nggak ngabarin gue?!" tanya Dina dengan nada suara nya yang sudah mulai meninggi. 

"Maaf---," lirih Adit, dengan raut wajah penuh dengan penyesalan. 

"Tapi, hari ini, lo masuk kampus, kan?"

"Ya. Hari ini gue, masuk kampus."

"Oke, kalau gitu gue nungguin. Bye, Sayang---,"sahut Dina, memutuskan sambungan telepone nya, dan Aditya.

Mengela napas nya dalam-dalam, raut wajah Aditya seketika berubah, dan terlihat jelas beban di wajah tampan itu. Seandai nya, kalau Dina tahu, Aditya tidak tahu, apa yang apa kekasih itu lakukan. 

***

***

Senyuman terus terukir di wajah Dita, saat melewatkan sarapan pagi nya, bersama ke dua mertua. Tak ada sekat yang membatasi, Dita terlihat sangat begitu bahagia. Wanita 21 tahun itu, seperti menemukan kembali keluarganya. Tersenyum lepas, namun-senyuman itu memudar, setelah mendengar suara seseorang. 

"Pagi Maa, pagi Paa," sapa Aditya, dengan alunan langkah kaki yang dia bawa kan menuju ruang makan. Dan Dita kembali merasakan ketegangan di dalam diri nya.

Aditya telah mendaratkan tubuh nya pada sebuah kursi, dan tanpa pria itu sadari diam-diam Dita tengah mencuri-curi pandang pada nya. Terlepas dari bagaimana sikap buruk Aditya pada nya selama ini, Dita tak memungkiri kalau pria itu memang sangat tampan.  Aditia memiliki tubuh yang di-idamkan oleh setiap wanita. Alisa tebal, dengan senyuman nya yang begitu menewan, mampu membuat lawan jenis nya, hanyut dalam kharisma pria itu. 

"Aku tak memungkiri, kalau memang dia sangat tampan. Dan ketampanan itu semakin sempurna, karena dia berasal dari keluarga kaya. Dan Dina, adalah wanita yang beruntung, karena memiliki hati nya. Dina, pun merupakan wanita paling cantik, dan juga sangat populer di kampus. Mereka berdua adalah pasangan yang  serasi," gumam Dita dalam hati, dengan pandangan yang terus dia hantarkan pada Aditya. 

Ternyata, tanpa Dita sadar, Aditya menyadari, kalau sedari tadi-wanita itu memperhatikan diri nya. Mengalihkan pandangan nya pada Dita, dan menatap nya dengan tatapan membunuh. Dan Dita, yang mendapati tatapan seperti itu dari Aditya, cepat-cepat mengalihkan pandangan nya. 

"Dita...." panggil Mama Nita tiba-tiba, yang membuat wanita berkaca mata itu seketika memalingkan pandangan nya. 

"Iya, Maa...."

"Ambilkan makanan buat Aditya. Apakah kamu lupa, kalau saat ini kamu sudah bersuami."

Wajah kaget-dengan seketika mengantarkan pandangan nya pada Aditya, namun pria itu nampak acuh, dan tak memperdulikan ucapan ibu nya sama sekali. Dan di depan Aditya Dita tak menemukan apa pun, "Kenapa dia tak mengambil nya sendiri? Bukankah dia sama sekali tak menganggap aku ini istri nya?" gumam Dita dalam hati-dengan pandangan yang terus dia hantarkan pada Aditya, yang masih setia memasang wajah dingin nya, dan akhir nya dengan berat hati, Dita pun bangun dari duduk nya, dan mulai mengambil sarapan pagi untuk suami nya.

Di layani seperti itu, Aditya merasa mendapatkan sebuah keuntungan dengan menikahi Dita, dia seperti memiliki pelayan pribadi, dan tak pula harus repot-repot menggaji nya, "Ternyata, ada untung nya juga, aku menikahi si-Culun, ini!" gerutu Aditya, dalam hati. 

Suasana hening menyelimuti di dalam ruangan makan itu, hanya terdengar suara piring, dan juga sendok yang saling membentur. Beberapa menit menikmati sarapan pagi nya, kini Aditya telah selesai. Pria itu bangun dari duduk nya. 

"Pa--, Ma--, aku berangkat,"pamit Aditya. Akan mengayunkan langkah kaki nya meniggalkan ruangan itu, namun-harus kembali dia urungkan,  saat tiba-tiba Papa Herman bersuara. 

"Tunggu!" ujar nya tegas, dan pandangan itu Papa Herman bawah pada Dita, "Kamu sudah selesai?"

"Sudah, Pa-," jawab nya. 

"Kalau begitu pergi-lah bersama Adit!"

Dan seketika kedua sosok itu saling menatap, dan Aditya terlihat keberatan dengan apa yang Papa Herman pinta. 

"Apakah kamu lupa, kalau Dita  ini adalah istrimu. Kalian satu kampus, jadi mulai sekarang kalian akan pergi, dan pulang bersama."

"Biar aku--," ujar Dita, namun tak dapat menyelesaikan ucapan nya, saat Mama Nita menyela. 

"Pergilah bersama Aditya!" ujar Mama Nita, hingga yang bisa Dita lakukan hanyalah pasrah.

Aditya menghela napas nya berat. Selama ini semua orang di kampus tahu, kalau diri nya selalu menghina Dita, dan membully nya.  Dan jika teman-teman di kampus nya mengetahui kalau dia, dan Dita saat ini adalah pasangan suami-istri, Aditya merasa dia telah menjilat ludah nya sendiri. Mengatakan Dita laksana sebuah virus bagi nya, namun kini dia sendiri yang menginginkan virus itu datang dalam diri nya.

Sangat keberatan, namun Aditya tak memiliki pilihan lain selain menuruti permintaan ayah nya, "Baiklah," sahut Aditya dengan napas yang terdengar berat, dan segera berlalu dari ruang makan itu

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status