Share

Dua Minggu

Penulis: Dlrhmd_
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-05 23:12:45

“Karena Sasha sudah menerima perjodohannya ini dengan lapang dada, begitupula dengan Aditya. Bagaimana kalau kalian langsung menikah, dua minggu yang akan datang?” usul Bowo dengan senyuman manis yang khas.

“Apa?!” Sasha langsung syok mendengarnya, tak menyangka dengan apa yang telah dikatakan oleh Bowo.

Seketika Bowo dan yang lainnya melirik ke arah Sasha dengan tatapan bingung yang melanda, membuat suasana sekitar menjadi hening menyelimuti ruangan ini.

“Om, yang benar saja? Dua minggu yang akan datang? Kenapa gak satu bulan atau dua bulan lagi aja, kita harus mengenal satu sama lain dahulu,” ungkap Sasha dengan mimik wajah yang kentara lucu nan membingungkan.

“Untuk apa? Bukankah, kalian sudah mengenal di kampus. Jadi, buat apa menunggu lebih lama lagi?” celetuk Papa Wijaya dengan alis yang berkerut kebingungan.

Sasha seketika memerah, ada kepanikan di dalam dirinya. Ia sangat ketakutan sekarang, melirik ke arah sang Abang yang sedari tadi diam saja dengan raut wajah lugu. Aneh, biasanya abang Ariz akan menyeletuk. Kini malah diam saja.

“Abang, please. Bantulah adikmu ini,” batin Sasha di dalam hatinya.

Abang Ariz hanya diam saja sambil tersenyum kecil padanya, membuat Sasha semakin kesal. Tingkahnya yang tak paham seperti biasa membuat Sasha semakin kesulitan.

“Aduh, bukan begitu, Pa! Aku sama Prof. Aditya, baru ketemu hari ini saja dan itupun, kita gak ngobrol sama sekali ataupun dekat,” ucap Sasha mencoba untuk menyadarkan mereka.

“Loh?! Bukankah kita tadi ngobrol di ruanganku, Sasha? Kamu pikun, ya?” celetuk Prof. Aditya.

Seketika jantung Sasha melonjak ingin keluar. Amarahnya sudah tak terkendali, ingin rasanya menendang bokong Prof. Aditya yang menyebalkan.

“Nah itu, katanya Aditya sendiri kalian sudah mengobrol. Kenapa kita harus menunggu satu bulan, jika dua minggu yang akan datang bisa?” ucap Bowo diiringi senyuman manis.

“Benar itu, lebih cepat, lebih baik,” celetuk Tya sambil mengelus pundak Sasha.

“Aku setuju, saja. Kalau memang mau dua minggu yang akan datang juga, aku gak masalah. Satu minggu yang akan datang juga, aku siap,” cetus Prof. Aditya dengan penuh keyakinan.

“Gila! Dia sudah, gila! Prof ini kenapa membuatku langsung mati kutu, sih?” Deru nafas Sasha langsung memburu, melirik ke arah Prof. Aditya dengan tatapan yang sangat nyalang.

Prof. Aditya membalas tatapannya namun, dia membalasnya dengan senyuman yang mematikan, seolah-olah telah membuat rencana yang sempurna untuk dia lakukan kepada Sasha.

Senyumannya yang aneh dan mematikan itu, membuat bulu kuduk Sasha seketika merinding. Sasha bersumpah di dalam hatinya, “Awas saja, kalau mereka malah setuju dengan ucapanmu, Prof!”

“Apa? Papa gak salah dengar, Adit? Kamu beneran siap kalau acara pernikahan ini, satu minggu lagi?” ujar Bowo dengan ekspresi kebingungan.

Prof. Aditya malah tersenyum, kemudian mengangguk setuju. “Benar, Pa. Kata Mama, kan, lebih cepat, lebih baik.”

“Baiklah! Kalau begitu, satu minggu lagi saja, kita akan mengadakan pernikahan,” ungkap Papa Wijaya dengan antusiasnya. Wajahnya terlihat bahagia dan berseri-seri mendengar penuturan itu.

Namun, tidak untuk Sasha. Dia sudah menggerutu di dalam hatinya dengan satu tangan yang menggepal kuat-kuat. Sasha melirik tajam ke arah Prof. Aditya dengan tatapan yang sulit untuk diungkapkan.

“Pa, jangan begitu. Satu bulan aja, deh. Jangan terlalu terburu-buru aku yang belum siap,” ungkap Sasha seraya melirik ke arah sang Mama, berharap Mama bisa membantunya.

“Sasha, calon suami kamu sudah siap, loh. Kenapa kamu mau mengundurnya?” tanya Papa Wijaya.

“Gini Papa, aku ‘kan baru masuk menjadi Maba. Perjodohan ini secara mendadak membuat aku kebingungan harus gimana. Lalu, setelahnya masa kalian langsung mengusulkan pernikahan. Biasanya ‘kan, ada acara pertunangan dahulu,” ucap Sasha seraya tersenyum kecil. Dia berusaha memberikan alasan yang kuat kepada mereka.

“Benar, Mas. Kita terlalu cepat memberikan sebuah pernyataan ini kepada Sasha. Lebih baik, kita adakan dua minggu yang akan datang saja,” timpal Mama yang membuat hati Sasha langsung berbunga-bunga.

Papa Wijaya langsung melirik ke arah Bowo, mereka berdua seolah-olah tengah berbicara dari tatapan mereka. Membuat Sasha berdoa di dalam hatinya agar mereka menyetujui ucapannya.

Seperkian detik, suasana sangat hening. Tak ada pembicaraan bahkan nafas pun terlihat enggan. Hanya suara detak jam dinding yang begitu kencang. Hingga saatnya, Papa Wijaya dan Bowo langsung menatap ke arah Sasha beserta Prof. Aditya secara bergiliran.

“Baiklah, kita akan mengadakannya dua minggu yang akan datang. Kalian harus saling berkenalan juga agar hubungan kalian semakin dekat dan tidak canggung. Masalah pernikahan biar kami yang atur, kalian berdua cukup diam saja dan fighting baju,” ucap Bowo yang langsung diangguki oleh semuanya.

Sasha langsung tersenyum bahagia. Oke, tidak masalah untuknya. Dua minggu yang akan datang adalah waktu yang bagus namun, pastinya itu akan cepat berlalu.

****

Suara riuh langsung terdengar di telinga Sasha ketika dia baru saja datang di parkiran universitasnya. Sasha menghela nafas panjang, terlihat jelas matanya nampak seperti panda karena semalam kesulitan untuk tidur.

“Pinkyu, kamu baik-baik disini, ya. Aku akan kuliah dahulu,” ucap Sasha kepada motor scopy pinknya.

Segera Sasha membuka helmnya dengan cepat, dia langsung menaruh di kaca spionnya. Kemudian Sasha langsung berjalan dengan langkah gontai.

Di dekat tangga, Prof. Aditya baru saja datang dengan dua tangan yang memegang buku. Pria itu segera mendekat ke arah Sasha sambil tersenyum kecil.

“Pagi, calon istri,” bisik Prof. Aditya tepat di telinganya.

Sasha langsung merinding sekujur tubuh. Dia bahkan bergeming di tempatnya seperti batu. Sasha menatap ke arah Prof. Aditya yang berdiri di sebelahnya sambil menatapnya datar.

“Mana tugas yang saya minta?” tagih Prof. Aditya, tangannya bergerak maju mencoba untuk memintanya kepada Sasha.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Dadakan Dosen Rupawan   Kakak?

    Hening.Keduanya memilih bungkam. Suasana di antara mereka terasa tegang. Raffi menatap Sasha intens, matanya menyiratkan seribu pertanyaan dan kekhawatiran yang ia pendam. Sasha menunduk, menghindari tatapan itu, merasa seperti tertangkap basah melakukan kesalahan besar.Alya, yang baru bergabung, ikut merasakan ketegangan di udara. Ia bingung melihat tingkah aneh kedua temannya. Biasanya, mereka selalu ceria dan penuh canda tawa. Tapi, hari ini, ada sesuatu yang berbeda."Kalian kenapa, sih?" Alya bertanya, memecah keheningan yang mencekam. Matanya melirik mereka bergantian, mencoba mencari tahu apa yang terjadi. "Terus, bukannya kamu pergi sama Pak Arkan? Kok ada di sini? Gak jadi makan siang bareng?""Kamu tahu Sasha mau pergi sama dosen baru itu?" Raffi langsung menyambar. Ia menoleh ke Alya dengan tatapan menusuk, seolah menyalahkannya atas situasi ini. "Kenapa kamu biarin? Sasha itu mahasiswi, dan dia dosen. Kalau ada yang lihat, bisa jadi bahan gosip!"Alya terdiam, bingung ba

  • Istri Dadakan Dosen Rupawan   Anak Sialan?

    Jantung Sasha berdebar tak terkendali, iramanya mengalahkan genderang perang, seolah ia tengah menghadapi komite sidang yang siap menguliti setiap argumennya. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba meredakan kegugupan yang mulai menjalar, mewarnai pipinya dengan semburat merah muda."Alya, awas saja kamu!" gerutunya dalam hati, berusaha keras untuk tidak menyalahkan sahabatnya. Namun, kekesalan tetaplah kekesalan, bagai duri kecil yang menusuk-nusuk relung hatinya."Tenang saja, Sa. Saya tidak akan memangsa Anda," suara Arkan menyapa indranya, bagai oase di padang pasir, menenangkan dan lembut. "Saya juga tidak berniat menjatuhkan hukuman atau sanksi apa pun. Sebagai gantinya, izinkan saya mentraktir kamu makan siang hari ini dan seterusnya juga menemani makan. Anggap saja ini kompensasi atas kerahasiaan yang saya jaga."Sasha mengangkat alis, sorot matanya menyipit, menelisik ketulusan di balik tawaran itu. "Hanya itu?" tanyanya, nada suaranya sarat keraguan.Arkan tertawa kecil, mer

  • Istri Dadakan Dosen Rupawan   Ketahuan

    "Aku brengsek. Sungguh, aku brengsek!"Kalimat itu pecah dari bibir Aditya, nyaris tak terdengar. Sebuah tetes air mata meluncur, membasahi gundukan tanah merah di hadapannya. Seperti ritual, ia selalu membawa sebuket bunga matahari, kesukaan Mira.Jemari Aditya mengusap lembut ukiran nama 'Mira Anasari' di batu nisan. Senyum pahit terukir di bibirnya, hatinya mencelos. Bayangan masa lalu yang kelam, terutama setelah kemunculan Arkan, kembali menghantui, mengaburkan akal sehatnya atas kesalahan bertahun-tahun silam.Napas berat meluncur dari dadanya, jemarinya menyeka sudut mata yang basah. "Aku sudah menikah dengan Sasha," bisiknya, suaranya tercekat. "Maaf, aku gagal mewujudkan impianmu melihatku bersanding dengan seorang istri."Setiap kata terasa seperti duri yang menusuk kerongkongannya. Ia memejamkan mata sejenak, menelan kepahitan, lalu berbalik, meninggalkan tempat itu.Udara di pemakaman terasa semakin menyesakkan, mengoyak jiwanya. Tubuhnya bergetar, mendesak untuk segera pe

  • Istri Dadakan Dosen Rupawan   Matamu mirip sekali

    Wajah Sasha memerah, panas menjalar hingga ke telinga saat tatapan mereka bertemu. Dengan gerakan canggung, ia bangkit perlahan dari posisi terjatuh. Pria di hadapannya ikut berdiri, ekspresinya datar tak terbaca, namun seulas senyum tipis tersungging di sudut bibirnya, lebih mirip seringai yang mengusik. "Kamu nggak apa-apa, kan?" tanya pria itu, suaranya tenang. Sasha menyipitkan mata, meneliti. Pria ini asing, benar-benar tak familiar. Sepertinya ia baru pertama kali menginjakkan kaki di kampus ini, atau setidaknya, di area ini. Aura formalitasnya terlalu kentara, tidak seperti mahasiswa kebanyakan. "Saya nggak apa-apa, Om. Lain kali, tolong lebih hati-hati," Sasha berusaha terdengar tegas, "Saya permisi dulu." Ia melangkah, buru-buru ingin menjauh dari situasi canggung ini. Namun, baru dua langkah, sebuah sentuhan lembut namun tak terduga menghentikan pergerakannya. Pergelangan tangannya digenggam. Sasha menoleh, matanya langsung terpaku pada jemari yang melingkar di kulitnya.

  • Istri Dadakan Dosen Rupawan   Ini Salahmu

    Tubuhnya membeku, setiap ototnya menegang. Aditya kehilangan kata-kata, matanya hanya mampu menyampaikan permohonan. Raut wajahnya yang putus asa, menggantikan wajah dinginnya yang dulu."Setelah membunuh Mira, kau di sini tertawa, menikah seolah tak terjadi apa-apa? Di mana hatimu?!" desis Arkan. Suaranya lirih, namun setiap katanya bagai racun yang merambat.Aditya menggeleng lemah. "Aku memang bersalah, Ar. Tapi, aku sudah membayar semuanya. Hidupku dipenuhi ketakutan. Apa itu belum cukup?""Cukup?! Kau pantasnya mendekam di penjara, bukan duduk tenang di kampus ini!" Arkan berdiri di hadapannya, wajahnya merah padam menahan amarah. "Lima tahun berlalu, lihat aku. Aku masih sendiri, tak bisa menggantikan Mira! Seharusnya, hari itu aku melamarnya. Tapi kau ... kau merenggut nyawanya, brengsek!"Dengan kasar, Arkan mencengkeram kerah kemeja Aditya. Matanya menyala, menatapnya penuh kebencian. "Untungnya, aku dipindahkan ke sini sebagai dosen."Mata Aditya membelalak. Ia tak salah den

  • Istri Dadakan Dosen Rupawan   Kecelakaan

    "Pria itu? Raffi maksudnya?"Pertanyaan itu tergambar jelas di benak Sasha. Ia sudah menjawabnya, pria itu yang mana maksudnya? Namun, tak ada balasan apapun hingga jadwal kampus sudah usai begitu saja. "Apa sih, maksud dia itu?" gumam Sasha kembali. Tangannya terangkat, menyentuh Coffee late yang telah di pesan oleh Alya sejak tadi. Lalu, menyesepnya secara perlahan. Alya yang berada di dekatnya sontak memperhatikan raut ekspresi Sasha yang sungguh tak biasanya. Sahabatnya itu terlihat aneh. Dengan santainya, menepuk jidat Sasha kuat hingga menimbulkan suara yang terdengar cukup nyaring.Plak!Sasha terkejut. Ia menoleh dengan tatapan yang melotot tajam. Lalu, mengelus jidatnya yang memerah. "Alya …?!" pekiknya dengan nada setengah jengkel. "Ini kepala bukan mainan, kok main tepuk-tepuk aja, sih?!”"Alya terkekeh pelan. "Yah, habisnya kamu melamun aja. Kayak lagi mikirin suami tercinta … oh, atau jangan-jangan kamu mau malam pertamanya nanti malam, ya? Jadi, mikirin mau pakai baju

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status