Home / Romansa / Istri Dadakan Dosen Rupawan / Menerima dengan pasrah

Share

Menerima dengan pasrah

Author: Dlrhmd_
last update Last Updated: 2024-08-02 22:09:56

“Bagaimana?” tanya Aditya dengan penuh ketegasan.

Sasha seketika diam membisu, dirinya benar-benar tak bisa menjawab pertanyaan itu. Mata cantik itu melirik ke arah Aditya dengan tatapan sendu. Aditya seketika terkesima melihatnya. Ia tak sadar, bahwa mata Sasha ternyata sangat cantik.

Segera Aditya membuang wajahnya sembarang, tak ingin menatapnya. Hatinya terasa melonjak begitu, detak jantung menjadi bersahutan mengiringi hatinya. Entah mengapa, perutnya kini bertaburan kupu-kupu yang berterbangan disana.

“Prof gak mau memberikan pilihan lain?” tanya Sasha sambil menghela nafas panjang. Tangannya terulur, membenarkan anak-anak rambutnya yang tergerai dan menusuk ke matanya.

“Tidak ada!” balas Aditya dengan tegas meskipun ia tak menatap lawan bicaranya.

Sasha menarik nafas panjang. Pusing telah menghampirinya, bagaimana bisa Prof memberikan pertanyaan yang sulit untuk dijawab olehnya. Ingin sekali, Sasha memakai pemuda dihadapannya ini.

“Oke, saya tahu. Kamu pasti tak akan mau kan, aku akan memberitahukannya langsung kepada ibumu,” ungkap Prof Aditya seraya bangkit dari tempat duduknya.

Sasha seketika panik dibuatnya, dengan gesit Sasha langsung memegang tangan Prof Aditya untuk menahannya tak pergi menemui kedua orang tuanya. Sasha tak mau jika menambah masalah lagi.

Disisi lain, Prof Aditya tersenyum kecil. Melihat wajah Sasha yang terlihat panik membuat kebahagiaannya tersendiri.

“Jangan dong, aku akan menerimanya, deh!” cetus Sasha pasrah.

Aditya bahagia mendengarnya. Entah mengapa, hatinya terselip penuh kebahagian mendengar penuturan Sasha.

“Tapi ada syaratnya, kalau nanti sudah nikah. Jangan beritahu anak-anak kampus,” lanjut Sasha sambil melepaskan tautan tangannya. Wajahnya nampak masam, menahan emosi yang menggelonjak dihatinya.

“Oke, saya setuju!” balas Prof. Aditya dengan datar.

Mereka berdua kembali menuju ruang tengah, berkumpul bersama keluarganya yang sudah menunggu. Raut wajah terlihat jelas kesal dan masam seperti orang yang kejatuhan tempo. Sementara, Aditya, pria itu hanya santai saja seolah-olah tak ada yang terjadi pada mereka.

Sasha beserta Aditya berjalan beriringan menghampiri semuanya. Ketika sampai, Sasha lebih dahulu duduk di dekat ibunya.

“Ah, mimpi apaan aku semalam. Bisa-bisanya dinikahin sama dosen killer di sekolah,” gerutu Sasha di dalam hatinya.

“Bagaimana, apakah kalian berdua setuju dengan perjodohan ini?” tanya Ayah Wijaya dengan suara yang penuh keterburuan.

“Pastinya setuju lah, Jay. Gak akan mungkin juga mereka tidak setuju,” celetuk Bowo dengan suara yang terdengar menggema di seluruh ruangan.

Sasha yang mendengar sontak tersenyum tipis, bola matanya berputar malas. Andaikan saja dia bisa memilih, mungkin Sasha tak ingin pernikahan ini akan terjadi.

“Tadi, saya dengan Sasha sudah membicarakannya dan kami berdua setuju dengan perjodohan ini,” ucap Prof. Aditya yang mewakilinya.

Segera Sasha meliriknya sinis. “Tcih! Andaikan saja, kau gak mengancam. Sudah aku batalkan nih perjodohan!” gerutu Sasha di dalam hatinya.

“Kamu seriusan, Sa? Ini gak ada paksaan, kan?” Ariz menatap Sasha tak percaya, abangnya itu tahu betul bahwa Sasha tak menginginkan pernikahan ini. Namun, mengapa Sasha tiba-tiba saja berubah pikiran?

“Iyah, sesuai apa yang telah dikatakan Prof,” ucap Sasha malas tetapi sebisa mungkin ia mengatakannya dengan legowo. “Perjodohan ini kami terima,” lanjutnya.

“Kamu lagi gak kesambet, kan, Sa? Kok abang jadi ngeri gini dengernya.” Ariz mengelus-elus tangannya karena bulu kuduknya seketika berdiri semua, seolah-olah ruangan ini menjadi misterius.

Sasha malas sekali mendengarnya, ia langsung menatap Ariz dengan nyalang. Memperhatikannya untuk diam dan tak hanya omong, Sasha memberitahukan lewat tatapannya yang seolah-olah mereka menggunakan telepati.

“Kamu ini, menggoda adikmu saja. Jangan seperti itu!” peringat Ayah Wijaya seraya menatap Ariz untuk diam.

Ariz terkekeh kecil. Ia meruntuki dirinya sendiri seraya tertawa yang menampilkan deretan giginya, “Baiklah! Baiklah! Aku akan diam.”

Segera, Ariz menutup mulutnya rapat-rapat, memperhatikan dengan cermat perkembangan situasi yang sedang terjadi di depannya.

Ayah Wijaya dan lawan bicaranya terlihat tengah bertukar bisikan, memancing rasa kekhawatiran yang mendalam dalam diri Sasha. Hatinya berdegup kencang, dan rasa tak enak mulai menyelimuti dirinya dengan keras. Ketegangan dan kecemasan mulai merayap di dalam diri Sasha, membuatnya merasa gelisah dan tidak nyaman.

Selama sekitar lima menit, keduanya terus berbincang dengan bisikan, tersenyum bahagia yang terpancar dari wajah Ayah dan Bowo. Namun, suasana yang tercipta di ruangan tersebut membuat Sasha semakin merasa tidak nyaman dan gelisah. Semua kekhawatiran dan ketidakpastian mulai menghantui pikirannya.

“Karena Sasha sudah menerima perjodohannya ini dengan lapang dada, begitupula dengan Aditya. Bagaimana kalau kalian langsung menikah, dua minggu yang akan datang?” usul Bowo dengan senyuman manis yang khas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Dadakan Dosen Rupawan   Kakak?

    Hening.Keduanya memilih bungkam. Suasana di antara mereka terasa tegang. Raffi menatap Sasha intens, matanya menyiratkan seribu pertanyaan dan kekhawatiran yang ia pendam. Sasha menunduk, menghindari tatapan itu, merasa seperti tertangkap basah melakukan kesalahan besar.Alya, yang baru bergabung, ikut merasakan ketegangan di udara. Ia bingung melihat tingkah aneh kedua temannya. Biasanya, mereka selalu ceria dan penuh canda tawa. Tapi, hari ini, ada sesuatu yang berbeda."Kalian kenapa, sih?" Alya bertanya, memecah keheningan yang mencekam. Matanya melirik mereka bergantian, mencoba mencari tahu apa yang terjadi. "Terus, bukannya kamu pergi sama Pak Arkan? Kok ada di sini? Gak jadi makan siang bareng?""Kamu tahu Sasha mau pergi sama dosen baru itu?" Raffi langsung menyambar. Ia menoleh ke Alya dengan tatapan menusuk, seolah menyalahkannya atas situasi ini. "Kenapa kamu biarin? Sasha itu mahasiswi, dan dia dosen. Kalau ada yang lihat, bisa jadi bahan gosip!"Alya terdiam, bingung ba

  • Istri Dadakan Dosen Rupawan   Anak Sialan?

    Jantung Sasha berdebar tak terkendali, iramanya mengalahkan genderang perang, seolah ia tengah menghadapi komite sidang yang siap menguliti setiap argumennya. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba meredakan kegugupan yang mulai menjalar, mewarnai pipinya dengan semburat merah muda."Alya, awas saja kamu!" gerutunya dalam hati, berusaha keras untuk tidak menyalahkan sahabatnya. Namun, kekesalan tetaplah kekesalan, bagai duri kecil yang menusuk-nusuk relung hatinya."Tenang saja, Sa. Saya tidak akan memangsa Anda," suara Arkan menyapa indranya, bagai oase di padang pasir, menenangkan dan lembut. "Saya juga tidak berniat menjatuhkan hukuman atau sanksi apa pun. Sebagai gantinya, izinkan saya mentraktir kamu makan siang hari ini dan seterusnya juga menemani makan. Anggap saja ini kompensasi atas kerahasiaan yang saya jaga."Sasha mengangkat alis, sorot matanya menyipit, menelisik ketulusan di balik tawaran itu. "Hanya itu?" tanyanya, nada suaranya sarat keraguan.Arkan tertawa kecil, mer

  • Istri Dadakan Dosen Rupawan   Ketahuan

    "Aku brengsek. Sungguh, aku brengsek!"Kalimat itu pecah dari bibir Aditya, nyaris tak terdengar. Sebuah tetes air mata meluncur, membasahi gundukan tanah merah di hadapannya. Seperti ritual, ia selalu membawa sebuket bunga matahari, kesukaan Mira.Jemari Aditya mengusap lembut ukiran nama 'Mira Anasari' di batu nisan. Senyum pahit terukir di bibirnya, hatinya mencelos. Bayangan masa lalu yang kelam, terutama setelah kemunculan Arkan, kembali menghantui, mengaburkan akal sehatnya atas kesalahan bertahun-tahun silam.Napas berat meluncur dari dadanya, jemarinya menyeka sudut mata yang basah. "Aku sudah menikah dengan Sasha," bisiknya, suaranya tercekat. "Maaf, aku gagal mewujudkan impianmu melihatku bersanding dengan seorang istri."Setiap kata terasa seperti duri yang menusuk kerongkongannya. Ia memejamkan mata sejenak, menelan kepahitan, lalu berbalik, meninggalkan tempat itu.Udara di pemakaman terasa semakin menyesakkan, mengoyak jiwanya. Tubuhnya bergetar, mendesak untuk segera pe

  • Istri Dadakan Dosen Rupawan   Matamu mirip sekali

    Wajah Sasha memerah, panas menjalar hingga ke telinga saat tatapan mereka bertemu. Dengan gerakan canggung, ia bangkit perlahan dari posisi terjatuh. Pria di hadapannya ikut berdiri, ekspresinya datar tak terbaca, namun seulas senyum tipis tersungging di sudut bibirnya, lebih mirip seringai yang mengusik. "Kamu nggak apa-apa, kan?" tanya pria itu, suaranya tenang. Sasha menyipitkan mata, meneliti. Pria ini asing, benar-benar tak familiar. Sepertinya ia baru pertama kali menginjakkan kaki di kampus ini, atau setidaknya, di area ini. Aura formalitasnya terlalu kentara, tidak seperti mahasiswa kebanyakan. "Saya nggak apa-apa, Om. Lain kali, tolong lebih hati-hati," Sasha berusaha terdengar tegas, "Saya permisi dulu." Ia melangkah, buru-buru ingin menjauh dari situasi canggung ini. Namun, baru dua langkah, sebuah sentuhan lembut namun tak terduga menghentikan pergerakannya. Pergelangan tangannya digenggam. Sasha menoleh, matanya langsung terpaku pada jemari yang melingkar di kulitnya.

  • Istri Dadakan Dosen Rupawan   Ini Salahmu

    Tubuhnya membeku, setiap ototnya menegang. Aditya kehilangan kata-kata, matanya hanya mampu menyampaikan permohonan. Raut wajahnya yang putus asa, menggantikan wajah dinginnya yang dulu."Setelah membunuh Mira, kau di sini tertawa, menikah seolah tak terjadi apa-apa? Di mana hatimu?!" desis Arkan. Suaranya lirih, namun setiap katanya bagai racun yang merambat.Aditya menggeleng lemah. "Aku memang bersalah, Ar. Tapi, aku sudah membayar semuanya. Hidupku dipenuhi ketakutan. Apa itu belum cukup?""Cukup?! Kau pantasnya mendekam di penjara, bukan duduk tenang di kampus ini!" Arkan berdiri di hadapannya, wajahnya merah padam menahan amarah. "Lima tahun berlalu, lihat aku. Aku masih sendiri, tak bisa menggantikan Mira! Seharusnya, hari itu aku melamarnya. Tapi kau ... kau merenggut nyawanya, brengsek!"Dengan kasar, Arkan mencengkeram kerah kemeja Aditya. Matanya menyala, menatapnya penuh kebencian. "Untungnya, aku dipindahkan ke sini sebagai dosen."Mata Aditya membelalak. Ia tak salah den

  • Istri Dadakan Dosen Rupawan   Kecelakaan

    "Pria itu? Raffi maksudnya?"Pertanyaan itu tergambar jelas di benak Sasha. Ia sudah menjawabnya, pria itu yang mana maksudnya? Namun, tak ada balasan apapun hingga jadwal kampus sudah usai begitu saja. "Apa sih, maksud dia itu?" gumam Sasha kembali. Tangannya terangkat, menyentuh Coffee late yang telah di pesan oleh Alya sejak tadi. Lalu, menyesepnya secara perlahan. Alya yang berada di dekatnya sontak memperhatikan raut ekspresi Sasha yang sungguh tak biasanya. Sahabatnya itu terlihat aneh. Dengan santainya, menepuk jidat Sasha kuat hingga menimbulkan suara yang terdengar cukup nyaring.Plak!Sasha terkejut. Ia menoleh dengan tatapan yang melotot tajam. Lalu, mengelus jidatnya yang memerah. "Alya …?!" pekiknya dengan nada setengah jengkel. "Ini kepala bukan mainan, kok main tepuk-tepuk aja, sih?!”"Alya terkekeh pelan. "Yah, habisnya kamu melamun aja. Kayak lagi mikirin suami tercinta … oh, atau jangan-jangan kamu mau malam pertamanya nanti malam, ya? Jadi, mikirin mau pakai baju

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status