Share

Tak menyangka

Author: Dlrhmd_
last update Last Updated: 2024-07-08 12:56:58

Sasha turun dari motornya, tangannya bergerak untuk melepaskan pengait helm. Ia menghela nafas sejenak seraya berjalan mendekati rumahnya yang tertutup.

Wajahnya nampak gusar akibat pertemuan yang tak bagus oleh sang dosen. Langit sudah berubah menjadi berwarna jingga dan sebentar lagi, adzan magrib pun tiba.

Sasha berjalan memasuki rumahnya. Ketika di depan pintu, Sasha meraih gagang pintu yang tergantung disana. Ia membukanya secara perlahan.

“Assalamualaikum,” sapa Sasha ketika langkah kakinya memasuki rumah.

“Waalaikumsalam,” sahut Ibu yang tengah terduduk di sofa panjang sembari menonton acara televisi kesayangannya.

Sasha berjalan, menghampiri sang Ibu yang terduduk dengan santai. Diraihnya tangan sang ibu seraya menyalaminya dengan wajah tertekuk.

“Kenapa wajah mu ditekuk seperti itu? Sudah kayak orang kehabisan diskon saja,” celetuk ibu yang menyadari sikap anaknya.

Sasha diam. Ia duduk di sebelah sang ibu dengan kepala yang disenderkan ke arahnya. Disana Sasha bisa merasakan kenyamanan yang sebenarnya.

“Aku itu kesal banget, Bu! Tadi pagi kan aku terlambat karena macet dan habis berdebat dengan ayah. Terus, setelahnya aku dihukum sama dosen yang menyebalkan itu! Gak sampai disitu, aku diberikan tugas untuk buat artikel dan yang paling menjengkelkannya, besok pagi, jam 7 tugasku harus sudah ada di mejanya!” gerutu Sasha.

Wajahnya seketika memerah ketika membayangkan wajah Prof. Aditya yang begitu menjengkelkan. Namun, ketika mengingat bahwa dirinya sudah membalas dendam. Ekspresinya berubah menjadi senyuman yang merekah.

Saat ini Sasha membayangkan wajah Prof. Aditya yang kesal karena mobilnya telah kotor oleh perbuatannya. Membayangkannya saja sudah membuat Sasha senang apalagi jika dirinya melihat secara langsung. Bisa-bisa Sasha sudah tertawa puas.

“Pantesan, itu mah salah kamu. Harusnya jangan sampai telat lah! Sudah tahu dosennya galak tapi, masih saja telat!” cibir Ibu.

Sasha seketika merenggut kesal. Padahalkan jika dipikir-pikir semua itu ulah ayahnya yang mengajak berdebat tadi pagi karena pembahasan perjodohan yang tak jelas itu.

“Apasih ibu! Itukan karena Ayah ngajak berdebat tadi pagi, kok malah marahin aku sih? Bukannya belain atau apa gitu?!” sentak Sasha seraya memutar bola matanya malas.

“Alah kamu mah banyak alasan,” sahut seorang pria yang baru saja keluar dari area dapur.

Seketika Sasha langsung menegok, menatap pemili suara itu dengan tatapan sinis. Dia adalah Ariz Wibawa, kakak kandung Sasha. Ariz kini berprofesi menjadi CEO di salah satu perusahaan ayahnya. Meskipun seorang CEO, Ariz belum mempunyai pasangan.

Padahal pria itu terlihat tampan dengan rambut ala opa-opa Korea, matanya yang berwarna hijau muda, dan kulitnya pun terlihat putih nampak seperti orang Korea asli. Akan tetapi, Ariz tak mempunyai pasangan karena katanya terlalu ribet.

“Dih! Nyambung aja kayak kabel!” Sasha berdiri, mendekat ke arahnya. “Ngapain abang pulang? Tumben banget,” cibir Sasha.

“Ayah minta abang pulang buat liat calon jodoh kamu!” ujar Ariz sambil menatap Sasha penuh keseriusan.

“Idih! Apansih, aku kan udah bilang gak mau dijodohin ... Abang pasti bohong nih, malas lah aku!” sentak Sasha.

Gadis itu berjalan menuju kamarnya yang terletak di lantai dua. Meskipun rumahnya ini terlihat sederhana dari luar namun, jika dimasuki nampak seperti elegan dan sangat cantik ditambah dekorasi rumahnya tak kaleng-kaleng.

Satu kakinya menginjak anak tangga pertama. Namun, suara decitan pintu membuat Sasha melirik ke arah luar. Ia mengeritkan dahinya kebingungan.

“Assalamualaikum,” sapa Ayah dengan dua orang pria dan satu wanita yang berumur hampir sama dengan ibu.

Sontak ibu segera bangun dan menyambut hangat mereka. Akan tetapi, mata Sasha langsung tertuju pada pria yang terlihat sangat mirip dengan dosennya.

“Ayo silahkan masuk,” ujar ibu mempersilahkam mereka masuk.

“Terimakasih banyak. Bagaimana kabarmu, Lusi?” tanya salah satu wanita itu kepada ibu.

“Alhamdulillah saya baik, Ris. Kalian kok sudah sampai saja? Kenapa gak kabarin saya dahulu? Saya kan bisa mempersiapkan makanan untuk kalian.” Ibu melirik ke arah ayahnya yang hanya cengegesan saja. “Ayah juga, kenapa gak w******p ibu sih?!”

Mereka yang berada disana hanya tertawa kecil. Kemudian segera melangkah kakinya menuju sofa yang berada di ruang tamu. Hal itu tak luput dari pandangan Sasha yang malah terdiam di tempat dengan mata yang terus tertuju pada seorang pria yang diyakini olehnya adalah Prof. Aditya.

Ariz yang melihat Sasha hanya diam segera mendekatinya. Derap langkah kaki Ariz tak menyadarkan Sasha dari kebingungannya dan membuat Ariz menatapnya lekat. Seketika Ariz tertawa melihat tingkahnya.

Dengan satu tangan yang terangkat, Ariz malah mendorong Sasha pelan. “Hayoloh! Kamu pasti salah fokus dengan kegantengannya kan?!” goda Ariz.

Sasha tersadar. Bibirnya langsung mengerecut sebal. “Apasih! Asal aja, aku itu bingung. Kok pria yang disebelah ayah mirip banget sama dosenku yang ngeselinnya naudzubillah itu sih!” ungkapnya sambil mendelikkan mata sebal.

“Alah! Kamu pasti berbohong! Bilang aja kamu terkesima dengan ketampannya!” ejek Ariz. Detik berikutnya, Ariz malah memperhatikan pria tersebut dengan mata yang terlihat sinis. Ia melipatkan tangannya. “Tapi ya, kalau dilihat-lihat gantengan abang gak sih? Dia mah gak ada apa-apanya!”

Sasha segera meliriknya dengan tatapan horor. Namun, disisi lain Sasha juga terlihat menahan tawanya. “Kok pede banget sih, bang? Gantengan juga mas-mas komplek sebelah!” cerocos Sasha.

“Sasha … Ariz … Kalian ngapain disitu? Mari sini bergabung, biar sekalian ayah perkenalkan dengan calon suami mu, Sa,” panggil ayah.

Sasha dan Ariz seketika saling melemparkan tatapan. Nampak dari wajah Sasha ia terlihat kecewa namun, Ariz malah menarik lengan Sasha agar bergabung dengan mereka.

Sasha hanya pasrah saja, mengikuti langkah kaki Ariz. Sesampainya di dekat mereka, Sasha dengan Ariz menyalami tangan kedua orang yang terlihat asing itu. Kemudian, Sasha disuruh duduk dekat dengan wanita asing tersebut. Sasha menghela nafas kuat-kuat namun, lagi-lagi Sasha hanya menurutinya saja.

“Muka mu jangan di tekuk seperti itu,” bisik ibu yang kebetulan berada di sebelahnya.

Sasha dihempit oleh ibunya dengan wanita asing itu. Didepannya nampak pria yang terlihat mirip Prof. Aditya, disisi kirinya adalah pria asing yang mungkin saja itu ayahnya dan disisi kanannya ada Ayah dengan Ariz yang duduk berdekatan.

Pria itu nampak menatap Sasha dengan tatapan datar, benar-benar sangat persis dengan Prof. Aditya.

“Nah, karena sudah berkumpul. Ayah akan memperkenalkan kamu dengan calon suami mu dan teman masa SMA Ayah, Sa, Riz,” ujar ayah.

Sasha hanya menganggukkan kepalanya tak minat. Malas untuk menanggapi perkataan ayahnya, kalau bukan karena Ariz yang menariknya mungkin Sasha sudah kabur menuju kamarnya.

“Dia adalah Sasha,” ujar Ayah sambil menunjuk ke arahnya, Sasha hanya tersenyum saja. Kemudian, ayah menujuk ke arah Ariz yang duduk di sebelahnya. “Dan dia adalah Ariz, anak pertama ku,” imbuh ayah yang langsung diangguki oleh Ariz.

“Wah, ganteng dan cantik ya anakmu,” puji pria paruh baya tersebut. “Oh iya, perkenalkan saya Bowo teman SMA ayahmu. Dan disebelah Sasha adalah Tya, istri saya.”

Sasha dan Ariz mengangguk-anggukkan kepalanya saja.

“Dan calon suami Sasha ini namanya adalah Aditya, dia dosen di kampus mu tahu. Gak cuman itu saja, Aditya juga punya bisnis Cafe di kota. Lalu, Aditya mengurus perusahaan ayahnya,” ujar Bowo penuh dengan antusias sambil memegang pundak Aditya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Dadakan Dosen Rupawan   Ketahuan

    "Aku brengsek. Sungguh, aku brengsek!"Kalimat itu pecah dari bibir Aditya, nyaris tak terdengar. Sebuah tetes air mata meluncur, membasahi gundukan tanah merah di hadapannya. Seperti ritual, ia selalu membawa sebuket bunga matahari, kesukaan Mira.Jemari Aditya mengusap lembut ukiran nama 'Mira Anasari' di batu nisan. Senyum pahit terukir di bibirnya, hatinya mencelos. Bayangan masa lalu yang kelam, terutama setelah kemunculan Arkan, kembali menghantui, mengaburkan akal sehatnya atas kesalahan bertahun-tahun silam.Napas berat meluncur dari dadanya, jemarinya menyeka sudut mata yang basah. "Aku sudah menikah dengan Sasha," bisiknya, suaranya tercekat. "Maaf, aku gagal mewujudkan impianmu melihatku bersanding dengan seorang istri."Setiap kata terasa seperti duri yang menusuk kerongkongannya. Ia memejamkan mata sejenak, menelan kepahitan, lalu berbalik, meninggalkan tempat itu.Udara di pemakaman terasa semakin menyesakkan, mengoyak jiwanya. Tubuhnya bergetar, mendesak untuk segera pe

  • Istri Dadakan Dosen Rupawan   Matamu mirip sekali

    Wajah Sasha memerah, panas menjalar hingga ke telinga saat tatapan mereka bertemu. Dengan gerakan canggung, ia bangkit perlahan dari posisi terjatuh. Pria di hadapannya ikut berdiri, ekspresinya datar tak terbaca, namun seulas senyum tipis tersungging di sudut bibirnya, lebih mirip seringai yang mengusik. "Kamu nggak apa-apa, kan?" tanya pria itu, suaranya tenang. Sasha menyipitkan mata, meneliti. Pria ini asing, benar-benar tak familiar. Sepertinya ia baru pertama kali menginjakkan kaki di kampus ini, atau setidaknya, di area ini. Aura formalitasnya terlalu kentara, tidak seperti mahasiswa kebanyakan. "Saya nggak apa-apa, Om. Lain kali, tolong lebih hati-hati," Sasha berusaha terdengar tegas, "Saya permisi dulu." Ia melangkah, buru-buru ingin menjauh dari situasi canggung ini. Namun, baru dua langkah, sebuah sentuhan lembut namun tak terduga menghentikan pergerakannya. Pergelangan tangannya digenggam. Sasha menoleh, matanya langsung terpaku pada jemari yang melingkar di kulitnya.

  • Istri Dadakan Dosen Rupawan   Ini Salahmu

    Tubuhnya membeku, setiap ototnya menegang. Aditya kehilangan kata-kata, matanya hanya mampu menyampaikan permohonan. Raut wajahnya yang putus asa, menggantikan wajah dinginnya yang dulu."Setelah membunuh Mira, kau di sini tertawa, menikah seolah tak terjadi apa-apa? Di mana hatimu?!" desis Arkan. Suaranya lirih, namun setiap katanya bagai racun yang merambat.Aditya menggeleng lemah. "Aku memang bersalah, Ar. Tapi, aku sudah membayar semuanya. Hidupku dipenuhi ketakutan. Apa itu belum cukup?""Cukup?! Kau pantasnya mendekam di penjara, bukan duduk tenang di kampus ini!" Arkan berdiri di hadapannya, wajahnya merah padam menahan amarah. "Lima tahun berlalu, lihat aku. Aku masih sendiri, tak bisa menggantikan Mira! Seharusnya, hari itu aku melamarnya. Tapi kau ... kau merenggut nyawanya, brengsek!"Dengan kasar, Arkan mencengkeram kerah kemeja Aditya. Matanya menyala, menatapnya penuh kebencian. "Untungnya, aku dipindahkan ke sini sebagai dosen."Mata Aditya membelalak. Ia tak salah den

  • Istri Dadakan Dosen Rupawan   Kecelakaan

    "Pria itu? Raffi maksudnya?"Pertanyaan itu tergambar jelas di benak Sasha. Ia sudah menjawabnya, pria itu yang mana maksudnya? Namun, tak ada balasan apapun hingga jadwal kampus sudah usai begitu saja. "Apa sih, maksud dia itu?" gumam Sasha kembali. Tangannya terangkat, menyentuh Coffee late yang telah di pesan oleh Alya sejak tadi. Lalu, menyesepnya secara perlahan. Alya yang berada di dekatnya sontak memperhatikan raut ekspresi Sasha yang sungguh tak biasanya. Sahabatnya itu terlihat aneh. Dengan santainya, menepuk jidat Sasha kuat hingga menimbulkan suara yang terdengar cukup nyaring.Plak!Sasha terkejut. Ia menoleh dengan tatapan yang melotot tajam. Lalu, mengelus jidatnya yang memerah. "Alya …?!" pekiknya dengan nada setengah jengkel. "Ini kepala bukan mainan, kok main tepuk-tepuk aja, sih?!”"Alya terkekeh pelan. "Yah, habisnya kamu melamun aja. Kayak lagi mikirin suami tercinta … oh, atau jangan-jangan kamu mau malam pertamanya nanti malam, ya? Jadi, mikirin mau pakai baju

  • Istri Dadakan Dosen Rupawan   Sudah Punya Pacar?

    "Setelah lulus kuliah nanti, aku pengen jadi rektor dan kamu jadi dosennya, gimana?" tanyanya begitu bahagia. Senyum yang menghiasi wajah Mira terlihat begitu indah, membuatnya tanpa sadar ikut tersenyum bahagia. Bahkan, angin seolah tahu ada sosok bidadari di hadapannya hingga membuat rambutnya yang digerai berterbangan kesana-kemari. "Terus nanti aku akan menikah dengan seorang pria yang cukup tampan. Dan kamu, menikah dengan wanita yang orang tua kamu jodohkan. Setelah kita punya anak, aku ingin mereka sahabatan kayak kita, gimana?" Aditya tersenyum kembali, ia mengangguk kepala tanpa ragu. Meski semua itu terlampau jauh untuk mereka, tapi apa salahnya jika mengiyakan segala sesuatu hal yang baik? "Aku juga pengen lihat kamu wisuda ..., ih! Tapi aku mau-nya kita wisuda bersama aja. Kamu jangan coba-coba mendahului aku, ya!" pekik Mira kembali seraya menyenggol tangannya. Tanpa sadar, sekelebat ingatan tentang Mira kembali datang membuat matanya langsung berkaca-kaca. Ad

  • Istri Dadakan Dosen Rupawan   Trauma?

    "Prof, sakit, kah?" ulang Sasha yang tak diberi jawaban.Aditya langsung terkejut mendengarnya. Tubuhnya langsung bergetar dengan kaki yang seperti ingin roboh. Aneh, hari ini dirinya begitu aneh.Atmosfer ruangan mendadak menjadi hening karena Aditya tak bisa menjawab sama sekali. Tubuhnya terlihat panik dengan kaki yang melangkah mundur. Keringat dingin tiba-tiba saja menyergap dirinya."Aku akan ke kamar mandi," ujar Aditya begitu terburu-buru dan langsung melesat pergi menuju kamar mandi.Melihat kepergian Aditya yang terlihat buru-buru. Sasha langsung terhenyak, merasa aneh dengannya. Padahal pria itu terlihat baik-baik saja bahkan terbilang dengan kalimat yang begitu sempurna. Tapi, hari ini, ia benar-benar seperti bukan dirinya."Kenapa Ayah menjodohkan aku sama dia, ya? Padahal ... kalau di pikir-pikir. Dia nggak tampan, aneh, dan biasa-biasa aja," ujar Sasha dengan raut wajah bertanya. Ayahnya begitu antusias untuk menjodohkan dirinya kepada pria itu. Oh, Sasha melupakan ses

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status