Share

Bab 2

Author: Rainie
last update Last Updated: 2024-08-20 15:41:03

Dering telepon Ana berbunyi nyaring saat ia dan Jiang Jia baru saja keluar dari theater bioskop.

Melihat nama penelepon itu, Ana langsung memisahkan diri dari temannya sebelum mengangkat panggilan itu.

"Halo?" Terdengar suara wanita yang sudah tidak asing bagi Ana, dari seberang telpon.

"Ya, ada apa?" sahutnya dengan enggan.

"Ana, ayah kamu mengalami kecelakaan, dia membutuhkan banyak biaya untuk operasi."

Deg!

Jantung Ana mendadak terasa seperti berhenti berdetak. Sudah cukup lama ia tidak mendengar kabar dari ayahnya karena lelaki itu selalu sibuk, seolah menghindari telpon darinya.

Hari ini ia mendapatkan kabar yang mengejutkan dari wanita itu yang merupakan ibu tirinya.

"Tolong kirimi kami uang! Gaji ayahmu sudah habis untuk biaya kuliah adikmu," ucap wanita itu dari seberang telpon.

"Apa? Tante tahu kan, aku kuliah di sini dengan jalur beasiswa? Bahkan untuk menghidupi kehidupanku di sini, aku bekerja part time, sama sekali tidak meminta uang dari ayah. Uang dari mana aku?"

"Kamu jangan perhitungan lah! Dia kan ayahmu? Atau ku biarkan saja dia mati? Toh juga setelah dia mati, warisannya akan diturunkan padaku dan juga adikmu."

"Berapa biaya yang diperlukan?" tanya Ana dengan putus asa.

"Sekitar 100 juta."

"Apa? Aku tidak bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat."

"Ya terserah kamu, bagaimana kamu menghasilkan uang? Aku dengar, banyak wanita yang menjual dirinya di sana. Mungkin kamu bisa meniru untuk mendapatkan banyak uang."

Ana terdiam membisu. Ia tidak tahu, apa yang harus dilakukannya? Ia sama sekali tidak memiliki bayangan, bagaimana ia bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Tapi di sisi lain, ia tidak rela jika ayahnya meninggal.

"Aku akan berusaha," ucapnya dengan putus asa, sebelum ia mengakhiri panggilan di telpon.

Kedua mata Ana terlihat buram. Airmatanya terasa penuh menggenang di pelupuk mata, dan siap menetes membasahi pipi.

Tiba-tiba saja, Ana merasa tangan halus menyentuh bahunya. Ia bergegas mengusap kedua matanya yang mulai tampak basah.

Ana menoleh, dan melihat Jiang Jia telah berdiri di belakangnya. Entah sejak kapan wanita itu berada di sana?

Apakah mungkin Jiang Jia mendengarkan percakapannya di telpon?

"Ada apa, An?" tanya Jiang Jia mencoba mencairkan suasana yang terlihat kaku.

Ana berusaha tidak menjawab pertanyaan Jiang Jia sampai setelah mereka berdua sampai di rumah.

Dengan mata yang berkaca-kaca, Ana pun menceritakan masalahnya pada Jia.

Sahabatnya itu terlihat begitu emosional, hingga kemudian menyarankan sebuah solusi yang sebenarnya telah berada di depan mata.

"Bagaimana kalau terima saja permintaan pria tampan tempo hari? Bukankah dia bersedia membayarmu 1 milyar?"

Dan, di sinilah ia sekarang, menuruti saran gila dari Jiang Jia.

Dengan degup jantung yang melaju cepat, Ana mengatur napasnya sebelum kemudian mengetuk pintu ruangan lelaki yang ingin ia temui — Lie Zifeng.

Tok tok tok

Sambil menunggu pintu di buka, pandangan Ana melihat-lihat ke sekelilingnya.

"Masuk!" Tiba-tiba saja suara seseorang yang sudah tidak asing lagi di telinganya, terdengar menyahut dari dalam ruangan.

Ana menatap gagang pintu dengan sedikit ragu. Kemudian ia menggelengkan kepalanya perlahan, menepis keraguan dalam hati.

'Semua ini demi ayah!' ucapnya dalam hati yang terus ia ulangi.

Ana menarik nafas panjang, kemudian menghembuskan kembali dengan kasar.

Sebisa mungkin ia mengatur pernafasannya agar ia tidak gugup.

Setelah sudah cukup berhasil meyakinkan hatinya, Ana membuka gagang pintu.

Ia melihat lelaki yang menemuinya di Seesaw Coffee beberapa waktu lalu, duduk di kursi sambil membolak-balik berkas yang berada di atas mejanya.

Dia terlihat sangat sibuk. Lelaki itu menatap Ana saat ia menyadari bahwa Ana hanya berdiri saja di depan pintu. "Silahkan duduk!" ucapnya yang membuat jantung Ana kembali berdetak cepat.

Ana melangkah dengan gemetar, menarik kursi yang berada di hadapannya. Ia pun duduk tanpa berani menatap wajah lelaki itu terlalu lama.

"Kamu sudah mengambil keputusan, kan?" tanyanya tanpa berbasa-basi lagi.

Ana menganggukkan kepalanya dengan perlahan.

"Bagaimana? Kamu bersedia menikah?" Lelaki itu kembali bertanya untuk mendengar jawaban dari Ana.

Ia pun kembali menganggukkan kepalanya dengan perlahan. "Ya, aku bersedia menikah denganmu!"

Lelaki itu tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak, bukan aku yang akan menikahimu."

"Hah?" Kedua mata Ana membelalak dengan lebar setelah mendengar pernyataan dari lelaki itu. "Jadi, aku harus menikah dengan siapa?" tanyanya dengan penuh keraguan.

Lelaki itu tersenyum. Sebuah senyuman yang menyiratkan sebuah arti mendalam. Dia kemudian berkata, "Dengan seseorang."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 33

    Saat Zhichun menuruni anak tangga, hendak bersiap pergi ke kantor, ia sedikit tersentak melihat Ana duduk di sofa sambil menonton televisi. Tidak seperti biasa ia menonton sepagi itu. "Kamu.... tidak kuliah?" tanya lelaki itu telah menyita perhatian Ana. Ia menoleh sesaat, sebelum ia kembali memalingkan pandangannya. "Tidak, aku sudah dikeluarkan." Ana menghembuskan nafasnya dengan berat. Zhichun tak menyahut. Ia hanya melenggang pergi begitu saja. Saat ia berada di ambang pintu, langkahnya tiba-tiba terhenti. Ia teringat insiden semalam, saat ia melihat seprei di kamarnya, ada noda darah tertinggal di sana. Ia tidak menyangka bahwa wanita itu masih virgin. "Masalah semalam...." Zhichun kembali menoleh menatap Ana yang balas menatapnya. "Tolong kamu jangan membawa perasaan. Aku melakukan itu bukan karena aku menyukaimu," ucapnya sebelum ia kembali melanjutkan langkahnya. Ana hanya terpaku menatap kosong, bayangan lelaki yang telah menjauh dari pandangannya. Ana kem

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 32

    "Tuan...." Belum sempat Ana melanjutkan ucapannya, Zhichun telah membungkam mulut wanita itu dengan ciuman penuh gairah. Ana berusaha melepaskan dekapan lelaki itu yang semakin mengencangkan cengkeramannya pada pinggang Ana. "Hmm.... hm....." Wanita itu berusaha untuk berbicara, tapi ia tidak mampu karena ciuman itu semakin memanas. Ana mulai pasrah. Ia menyesali ucapannya yang membuat ia berada dalam situasi seperti ini. Ia memejamkan kedua matanya, membiarkan lelaki itu membasuh wajahnya dengan air saliva. Ciuman itu bergerak turun ke lehernya. Zhichun membuat tanda merah di sana. Ciuman yang semakin liar pada bagian sensitive-nya, membuat Ana merasakan sensasi aneh. Tubuhnya bergetar. "Ahhh...." desahnya panjang. Ia mulai terangsang, menikmati ciuman yang menghujani seluruh wajah dan lehernya. Tiba-tiba saja, Zhichun menghentikan kegiatannya. Hal itu membuat Ana terbengong. Ia pikir semuanya sudah berakhir. Tapi hal tak terduga, lelaki itu membopong tub

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 31

    Suasana hening di ruang ICU, membuat suara mesin monitor jantung terdengar jelas. Rasa dingin yang menusuk kulit, tak membuat Zhichun menggigil. Ia menatap kosong, tubuh yang terbaring tak berdaya di atas tempat tidur yang dilengkapi dengan alat bantu pernapasan. Binar mata Zhichun memancarkan kesedihan yang mendalam. Ia meraih tangan dingin itu dengan lembut. Ia letakkan tangan itu di pipinya. Air mata mulai menetes perlahan, mengalir di punggung tangan lelaki paruh baya itu. "Pa, rasanya tidak rela jika harus melepaskan kepergian Papa dengan cara seperti ini," lirihnya sambil mencium tangan itu. "Mama bahkan sudah memanggil notaris yang mengurus surat wasiat Papa." "Aku berharap, ada keajaiban yang membuat Papa terbangun sebelum dokter melepaskan alat bantu pernafasan Papa," ucapnya sebelum ia beranjak pergi dari ruangan, meninggalkan lelaki itu kembali dalam kesendirian. *** Tin tin tin! Suara klakson terdengar berbunyi nyaring beberapa kali. Ana bergegas k

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 30

    Tok tok tok Suara ketukan pintu kamar terdengar nyaring. Jantung Ana berdetak kencang, jemari Ana gemetaran saat ia membuka pintu kamarnya. "Tuan...." Ana menatap wajah lelaki itu dengan perasaan malu. "Cepat rapikan dirimu, dan keluar untuk menemui keluargaku," titah lelaki itu memberi perintah. "Tuan, kenapa tiba-tiba? Sebelumnya anda tidak memberitahukan padaku bahwa keluarga besarmu akan datang?" "Jangan banyak bicara! Rapikan dirimu dan segera keluar," ucap lelaki itu sebelum ia beranjak dari hadapan Ana yang segera bersiap. Ana melangkah ragu, perasaannya gugup saat semua mata menatap ke arahnya dengan sorot mata tajam. Hanya Nenek Zhichun saja yang tersenyum hangat pada wanita itu. Nenek memberikan isyarat pada Ana untuk duduk di sebelahnya. "Mereka adalah keluargamu juga," ucap Nenek dengan lembut. "Kamu sudah bertemu dengan Mama mertuamu, kan?" Ana hanya mengangguk lemah, sambil menatap Zhao Erxi mencibirkan bibirnya. "Wanita yang sebaya denganmu

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 29

    Ana duduk di meja yang berhadapan dengan kaca di Seesaw Coffee, tempat di mana ia sering menghabiskan waktunya, saat ia sedang banyak pikiran.Dengan ditemani secangkir coffee latte yang panas, cocok di saat cuaca mendung dan sedikit dingin. Ana menghirup aroma kopinya, sebelum ia menyeruputnya dengan perlahan.Tanpa ia sadari, sepasang mata tengah mengawasinya. Lelaki dengan tubuh yang tinggi dan sedikit kurus, duduk di depan meja barista sambil terus memperhatikannya. Ia sesekali membenarkan earbuds yang terpasang di telinganya, menunggu panggilan tersambung."Halo?" Suara wanita tua yang sudah tidak asing di telinganya, terdengar menyapanya dari seberang telpon."Halo, nyonya besar? Aku sudah menemukan wanita itu. Sepertinya dia sudah tidak mengingatku. Tadi saat kami bertemu di pintu masuk, dia hanya menatapku sebentar tanpa berbicara apa-apa," ucap Sekertaris Lie menjelaskan dengan panjang dan lebar."Bagaimana dengan cucuku? Apakah dia sudah menemukan calon pengantinnya?" tanya

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 28

    "Sekertaris Lie, tolong bantu aku untuk mendapatkan seseorang yang memiliki golongan darah AB negatif, yang mau mendonorkan darahnya! Buat pengumuman bahwa kita akan memberikan uang satu milyar untuk orang itu," ucap wanita tua itu dengan antusias. Ia menatap wajah lelaki muda yang berada di sebelahnya dengan tatapan yang penuh dengan harap. Lelaki muda itu hanya menganggukkan kepalanya dengan perlahan. Baru saja ia hendak pergi, Ana yang sejak tadi menguping pembicaraan mereka dari balik tembok, memberanikan diri untuk muncul di hadapan mereka, yang membuat perhatian mereka tersita padanya. "Saya bersedia membantu! Kebetulan golongan darah saya AB negatif," ucap Ana yang membuat wanita tua itu membelalakkan kedua matanya dengan lebar. Sebuah senyuman tercetak jelas di raut wajah wanita tua itu. Ia segera meraih tangan Ana yang berdiri di hadapannya, dan menatap wajah wanita itu dengan kedua mata yang berbinar. "Aku tidak tahu siapa kamu? Dari mana asalmu, tapi aku sangat yakin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status