Share

Bab 3

Author: Rainie
last update Last Updated: 2024-08-20 17:33:36

Ana membeku selama beberapa saat memandangi Lie Zifeng yang segera beranjak dari kursinya.

"Ayo, ikut aku!" titahnya memberi perintah sambil berjalan menuju ke sebuah ruangan.

Ana tidak bisa menolak. Ia hanya mengikuti langkah lelaki itu tanpa banyak bertanya.

Keduanya tiba di sebuah ruangan. Ana terlihat ragu-ragu. Sesekali ia memperhatikan lelaki yang berdiri di sebelahnya, yang tampak mengetuk pintu dengan perlahan.

"Pak Presdir, ini aku Sekertaris Lie," ucapnya dengan nyaring.

"Masuk!" sahut seseorang dari dalam ruangan, yang telah menggerakkan tangan Lie Zifeng untuk membuka gagang pintu.

Saat pintu terbuka, Ana hanya mematung memandangi Lie Zifeng yang balas menatapnya dengan senyum simpul.

"Silahkan masuk, dan temui Presdir," ucapnya sambil sedikit mendorong Ana masuk ke dalam ruangan, dan menutup pintu dengan perlahan.

Ana tampak gugup. Ia berjalan dengan langkah pelan dan sedikit gemetar menghampiri seseorang yang duduk membelakanginya.

"Permisi, Tuan...." Ana berusaha mengintip sosok di balik kursi kerja, yang tanpa di duga segera memutar kursinya, membuat Ana tersentak merasa terkejut.

Kedua mata Ana membelalak dengan lebar, saat melihat sosok lelaki yang duduk di hadapannya masih muda dan juga tampan.

"Kamu...." Belum sempat lelaki itu melanjutkan ucapannya, Ana dengan cepat memotongnya.

"Namaku Ana Maria. Usiaku 19 tahun. Aku seorang mahasiswi di Universitas Shenzhen," ucapnya dengan nyaring dan terlihat sedikit salah tingkah.

Lelaki itu hanya mengatupkan bibirnya dengan rapat, memandangi Ana dari ujung rambut hingga ujung sepatu yang ia kenakan.

"Ini kontrak perjanjian selama kita menikah," ucap lelaki itu sambil menyodorkan sebuah berkas di dalam map plastik berwarna biru di hadapan Ana.

Ana melirik sebentar sebelum ia meraih berkas itu dan membaca perjanjian yang tertulis di sana.

Setelah selesai membaca, dia segera menandatangani kontrak itu di atas sebuah materai.

"Ikut aku ke kantor sipil! Kita harus mendaftarkan pernikahan kita sebelum kantor tutup," ucapnya seraya bangkit dari tempat duduk, berjalan mendahuluinya menuju keluar gedung perusahaan, dan diikuti oleh wanita itu.

Ana duduk di sebelah lelaki itu dengan perasaan gugup. Ia berkeringat dingin karena ini adalah pertama kalinya ia naik mobil bersama dengan lelaki.

"Kenakan sabukmu," titahnya memberi perintah.

Ana terdiam selama beberapa saat, ia melirik ke arah lelaki itu. "Aku.... tidak tahu cara memakai sabuk," ucap Ana lirih, yang telah menyita perhatian dari lelaki itu.

"Ck!" Lelaki itu berdecak merasa kesal. Ia mendekat ke kursi Ana untuk membantunya mengenakan sabuk. Posisi keduanya yang sangat dekat, membuat jantung Ana berdegup kencang. Ia bisa mencium aroma kayu manis pada tubuh lelaki itu.

Keduanya pun berangkat ke kantor sipil. Lelaki itu mengemudi dengan kecepatan tinggi.

***

"Aku masih ada urusan di kantor. Kamu pulang saja sendiri," ucap lelaki itu setelah keduanya keluar dari kantor sipil.

Ana hanya termangu memandangi lelaki yang mengenakan setelan jas rapi itu meninggalkannya. Ia menaiki sebuah mobil Roll Royce phantom berwarna hitam, dan melaju dengan kecepatan tinggi.

Pandangan Ana beralih menatap sebuah buku kecil berwarna merah, yang merupakan buku nikahnya bersama dengan lelaki yang ia ketahui bernama Lie Zhichun.

Kemudian ia meraih ponselnya dengan raut wajah berseri, memandangi saldo di rekeningnya yang memiliki nominal fantastis, yang tidak pernah ia capai sebelumnya.

Dalam perjalanan pulang, tiba-tiba ponsel Ana berdering nyaring. wanita itu bergegas meraih ponselnya yang berada di saku celana jeans yang ia kenakan.

Ana termangu selama beberapa saat memandangi layar ponselnya yang merupakan panggilan dari ibu tirinya.

"Halo?" Terdengar suara yang lembut dari seberang telpon menyapa Ana.

"Ya, tante? Ada apa? Bukankah aku sudah mentransfer uang untuk pengobatan ayah?" ketus Ana, seolah ia enggan untuk menerima panggilan itu.

"Ayahmu perlu menebus obat dari rumah sakit. Harga obatnya sangat mahal," jawab wanita itu tanpa basa-basi lagi.

"Berapa?"

"Sekitar 50 juta."

"Apa? Kenapa begitu mahal?"

"Aku ingin membelikan obat yang terbaik untuk ayahmu. Jika kamu tidak ingin ayahmu cepat sembuh, aku tidak perlu menebus obatnya."

"Baiklah, berikan aku waktu untuk mencari uang tambahan," sahut Ana sebelum ia mengakhiri panggilannya secara sepihak.

Ana terdiam selama beberapa saat. Pikirannya tampak menerawang jauh.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 29

    Ana duduk di meja yang berhadapan dengan kaca di Seesaw Coffee, tempat di mana ia sering menghabiskan waktunya, saat ia sedang banyak pikiran.Dengan ditemani secangkir coffee latte yang panas, cocok di saat cuaca mendung dan sedikit dingin. Ana menghirup aroma kopinya, sebelum ia menyeruputnya dengan perlahan.Tanpa ia sadari, sepasang mata tengah mengawasinya. Lelaki dengan tubuh yang tinggi dan sedikit kurus, duduk di depan meja barista sambil terus memperhatikannya. Ia sesekali membenarkan earbuds yang terpasang di telinganya, menunggu panggilan tersambung."Halo?" Suara wanita tua yang sudah tidak asing di telinganya, terdengar menyapanya dari seberang telpon."Halo, nyonya besar? Aku sudah menemukan wanita itu. Sepertinya dia sudah tidak mengingatku. Tadi saat kami bertemu di pintu masuk, dia hanya menatapku sebentar tanpa berbicara apa-apa," ucap Sekertaris Lie menjelaskan dengan panjang dan lebar."Bagaimana dengan cucuku? Apakah dia sudah menemukan calon pengantinnya?" tanya

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 28

    "Sekertaris Lie, tolong bantu aku untuk mendapatkan seseorang yang memiliki golongan darah AB negatif, yang mau mendonorkan darahnya! Buat pengumuman bahwa kita akan memberikan uang satu milyar untuk orang itu," ucap wanita tua itu dengan antusias. Ia menatap wajah lelaki muda yang berada di sebelahnya dengan tatapan yang penuh dengan harap. Lelaki muda itu hanya menganggukkan kepalanya dengan perlahan. Baru saja ia hendak pergi, Ana yang sejak tadi menguping pembicaraan mereka dari balik tembok, memberanikan diri untuk muncul di hadapan mereka, yang membuat perhatian mereka tersita padanya. "Saya bersedia membantu! Kebetulan golongan darah saya AB negatif," ucap Ana yang membuat wanita tua itu membelalakkan kedua matanya dengan lebar. Sebuah senyuman tercetak jelas di raut wajah wanita tua itu. Ia segera meraih tangan Ana yang berdiri di hadapannya, dan menatap wajah wanita itu dengan kedua mata yang berbinar. "Aku tidak tahu siapa kamu? Dari mana asalmu, tapi aku sangat yakin

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 27

    "Oh! Dari temanku, Nek," sahut Ana gugup. Wanita tua itu hanya manggut-manggut, sebelum ia mengajak Ana untuk kembali duduk di sofa. "Jadi, kamu masih belum ingat dengan Nenek?" tanya wanita tua itu hendak memastikan. Ana hanya menggelengkan kepalanya dengan perlahan. "Kita pernah bertemu di rumah sakit, saat hujan deras. Kalau tidak salah.... Kamu sedang membuat surat kesehatan untuk melamar pekerjaan," ucap wanita tua itu membantu Ana kembali menemukan ingatannya yang telah lama hilang. ~~~~ Hujan deras mengguyur kota Shenzhen di pagi hari. Ana yang setengah basah berlari-lari sambil berusaha menutupi bagian kepalanya. Ia berhenti di depan rumah sakit yang berada di pusat kota, sambil sesekali mengusap rok span hitam yang ia kenakan, yang tampak sedikit basah. Ana berjalan menuju ke bagian pendaftaran. Karena ia pertama kalinya datang ke rumah sakit, ia merasakan sedikit kebingungan di hadapan perawat yang saat itu sedang berjaga. "Ada yang bisa saya bantu,

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 26

    "Nenek!" Zhichun bergegas menghampiri wanita tua yang mengenakan cheongsam berwarna kuning emas, yang baru saja keluar dari pintu kedatangan domestik. Wanita tua itu hanya tersenyum tipis, sambil mendorong koper berwarna hitam, yang segera diambil alih oleh Zhichun. Ana memperhatikan wanita yang rambut tampak berwarna abu-abu penuh dengan uban, yang di gulung menggunakan tusuk konde terbuat dari batu giok. Saat keduanya saling beradu pandang, Ana buru-buru memalingkan wajahnya. Ia merasa gugup di hadapan wanita tua yang terlihat jutek, galak dan juga cerewet. Wanita tua itu hanya tersenyum tipis, sebelum ia mengikuti langkah cucunya menuju ke mobil yang di parkir di halaman parkir bandara. Wanita tua itu duduk di sebelah kursi kemudi. Sesekali matanya menatap ke arah Ana lewat kaca spion yang berada di atasnya. Hal itu membuat Ana yang telah menyadarinya, menjadi salah tingkah. Mobil bergerak menuju keluar bandara, menembus jalanan yang padat dengan kecepatan rata-

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 25

    Ana menghembuskan nafasnya dengan perlahan. Ia merasa tubuhnya sangat lemas, setelah ia melakukan transfusi darah. Dengan keadaan yang masih sempoyongan, Ana keluar dari ruangan. Wajahnya terlihat pucat menatap Zhichun yang sejak tadi menunggunya. "Kamu, baik-baik saja?" tanya lelaki itu yang mulai terlihat khawatir. "Ya, aku baik-baik sa ㅡ" Belum sempat Ana melanjutkan ucapannya, tubuhnya mendadak ambruk. Zhichun dengan cepat meraih tubuh kecil itu ke dalam pelukannya. Ia menggendong Ana menuju ke unit gawat darurat untuk segera mendapatkan pertolongan. Petugas Nakes segera mengambil tindakan, memberikan cairan infus pada Ana yang tak sadarkan diri. Sementara Zhichun menunggui wanita itu dengan setia. Ia duduk di sebelah ranjang, tempat di mana Ana terbaring, sambil menatap wanita itu dengan tatapan mata yang dalam. Perhatian Zhichun segera tersita saat ia melihat pintu terbuka. Seorang lelaki muda, bergegas menghampiri ranjang Ana dengan raut wajah gelisah. "Ana? Ba

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   kBab 24

    Ana mengemaskan beberapa pakaiannya untuk ia masukkan ke dalam tas ransel, sebelum ia meninggalkan kamarnya. Langkahnya terhenti saat kedua matanya menangkap sosok lelaki arogan yang berdiri di dekat tangga, menatapnya dengan sorot matanya yang tajam. Sambil meletakkan kedua tangannya di dalam saku celana, lelaki itu berjalan mendekat ke arahnya. "Mau ke mana kamu?" tanyanya menyelidik. Kedua matanya memperhatikan ransel hitam yang dikenakan oleh Ana. "Aku.... aku mau ke rumah sakit," jawabnya tergugup. Ia berusaha menghindari tatapan mata lelaki itu. "Untuk apa kamu pergi ke sana?" Lie Zhichun memicingkan kedua matanya, menatap Ana penuh curiga. "Temanku masuk ke rumah sakit, aku ingin menemaninya." "Temanmu? Siapa? Xiao Nai?" tanya lelaki itu menduga-duga. Kedua mata Ana seketika membelalak dengan lebar. "Bagaimana kamu tahu soal Xiao Nai?" Lie Zhichun tersenyum kecut. "Apakah terlalu sulit untuk mencari tahu tentang lelaki itu? Bahkan keluargamu yang berad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status