Share

Bab 6

Author: Rainie
last update Last Updated: 2024-08-21 15:49:51

Ana merasa kikuk dan sedikit salah tingkah. Sesekali ia menatap ke arah wanita yang duduk di sebelahnya, yang tampak angkuh.

Beberapa kali ia menatap ke pintu, berharap suaminya akan segera muncul dari balik sana.

Waktu telah berlalu begitu lama, tapi belum ada tanda-tanda kehadiran Lie Zhichun yang membuat Ana semakin merasa tertekan.

Zhao Erxi melirik tajam. Raut wajahnya terlihat masam menatap wajah Ana.

"Sudah beberapa jam aku duduk di sini, tapi kamu tidak memberikan aku apa pun? Bahkan segelas air putih saja kamu tidak menyuguhkannya padaku?" sindir wanita itu yang segera memalingkan wajahnya dengan kesal.

"B-baik, Nyonya. Aku akan membuatkan minuman untukmu," sahut Ana gugup. Ia beranjak dari sofa menuju ke dapur.

Ia terlihat kebingungan, minuman apa yang akan dia berikan pada wanita itu?

Setelah berpikir cukup lama, Ana kembali dengan membawakan segelas air putih, dan meletakkannya di atas meja yang berada di hadapan wanita itu, yang hanya melirik tajam.

"Cih! Benar-benar hanya memberiku air putih?" gumamnya pelan, tapi Ana masih bisa mendengar itu.

Saat wanita itu meraih gelas yang berisi air putih, pintu tiba-tiba saja terbuka, yang membuat perhatian keduanya segera tersita.

"Anakku!" Wanita itu kembali meletakkan gelasnya, dan segera menghampiri Lie Zhichun yang masih berdiri di depan pintu.

"Mama? Kok Mama ke sini tidak bilang-bilang?" tanya lelaki itu dengan heran. Ia mengerutkan dahinya.

"Sejak kapan aku harus ijin untuk pergi ke rumahmu?" Raut wajah Zhao Erxi berubah. Ia tampak sedikit manyun.

"Bukan seperti itu. Jika Mama datang tanpa memberitahuku, bagaimana jika aku tidak ada di rumah? Bukankah kedatangan Mama akan sia-sia?"

"Sudahlah, itu tidak penting!" Wanita itu mengibaskan tangannya di depan wajah Lie Zhichun.

"Ada apa Mama datang ke sini?" tanyanya yang mulai terlihat penasaran.

"Sebelum Mama memberitahukannya padamu, Mama ingin mendengar penjelasan darimu terlebih dulu."

"Mengenai apa, Ma?" Kedua alis Lie Zhichun saling bertaut, menatap wajah Mamanya dengan tatapan yang dalam.

"Siapa wanita itu? Kenapa dia ada di rumahmu? Dan kenapa dia mengaku sebagai istrimu? Kamu sudah menikah? Kapan? Kenapa Mama tidak tahu?" Serentetan pertanyaan langsung dilayangkan Zhao Erxi sekaligus, yang membuat Lie Zhichun hanya menggaruk-garukkan kepalanya.

"Aku dan dia hanya menikah kontrak, Ma. Bukankah Mama sudah tahu bahwa Nenek terus saja mendesakku agar aku cepat menikah? Semuanya demi Sky Group, Ma. Mama tidak mau kan, perusahaan yang sudah dirintis oleh Papa diambil alih oleh Paman?"

"Tapi kenapa harus dia? Apakah tidak ada wanita lain yang lebih baik?"

"Ini hanya pernikahan kontrak, Ma. Setelah dewan direksi menyetujui bahwa Sky Group di bawah kepemimpinanku, aku akan segera menceraikannya, dan menikah dengan wanita yang Mama inginkan."

Wanita itu terdiam selama beberapa saat lamanya. Ia tampak berpikir.

"Baiklah," ucapnya seolah tidak memiliki pilihan lain.

"Mama ke sini hanya menyampaikan undangan untukmu," lanjutnya yang segera mengeluarkan sebuah undangan berwarna merah muda yang dihiasi dengan pita berwarna emas.

Lie Zhichun segera meraihnya. Ia membaca sebentar, kemudian menatap wajah Mamanya dengan tatapan mata yang dalam.

"Ketua dewan direksi mengadakan pesta ulang tahun untuk putrinya. Sebaiknya kamu mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk datang ke acara itu. Karena orang-orang penting di perusahaan ada di sana," ucap wanita itu sebelum berlalu pergi dari hadapan putranya.

Lie Zhichun menarik nafas yang terasa berat. Pandangannya beralih menatap wajah Ana yang terlihat kebingungan.

Dia berjalan mendekat sambil mengeluarkan sebuah kartu dari dalam dompetnya untuk ia berikan pada Ana yang menatapnya dengan serius.

"Di dalam kartu ini berisi uang 500 juta. Kamu pakai untuk membeli gaun, sepatu dan pergi ke salon. Jangan membuatku kehilangan muka di hadapan orang-orang penting di perusahaan," kecam lelaki itu memberi peringatan.

"Apakah aku harus ikut ke acara itu?" Kedua mata Ana tampak berbinar memandangi wajah Lie Zhichun yang terlihat dingin.

"Jika kamu tidak ikut, bagaimana mereka tahu bahwa aku telah menikah?" Sorot tajam dari mata lelaki itu, membuat Ana menundukkan wajahnya dalam-dalam.

Ia melihat lelaki itu berlalu dari hadapannya, menaiki anak tangga menuju ke lantai dua.

"Ah! Yang benar saja! Kenapa aku harus terlibat dengan orang-orang itu?" Ana menghembuskan nafasnya yang terasa berat.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 33

    Saat Zhichun menuruni anak tangga, hendak bersiap pergi ke kantor, ia sedikit tersentak melihat Ana duduk di sofa sambil menonton televisi. Tidak seperti biasa ia menonton sepagi itu. "Kamu.... tidak kuliah?" tanya lelaki itu telah menyita perhatian Ana. Ia menoleh sesaat, sebelum ia kembali memalingkan pandangannya. "Tidak, aku sudah dikeluarkan." Ana menghembuskan nafasnya dengan berat. Zhichun tak menyahut. Ia hanya melenggang pergi begitu saja. Saat ia berada di ambang pintu, langkahnya tiba-tiba terhenti. Ia teringat insiden semalam, saat ia melihat seprei di kamarnya, ada noda darah tertinggal di sana. Ia tidak menyangka bahwa wanita itu masih virgin. "Masalah semalam...." Zhichun kembali menoleh menatap Ana yang balas menatapnya. "Tolong kamu jangan membawa perasaan. Aku melakukan itu bukan karena aku menyukaimu," ucapnya sebelum ia kembali melanjutkan langkahnya. Ana hanya terpaku menatap kosong, bayangan lelaki yang telah menjauh dari pandangannya. Ana kem

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 32

    "Tuan...." Belum sempat Ana melanjutkan ucapannya, Zhichun telah membungkam mulut wanita itu dengan ciuman penuh gairah. Ana berusaha melepaskan dekapan lelaki itu yang semakin mengencangkan cengkeramannya pada pinggang Ana. "Hmm.... hm....." Wanita itu berusaha untuk berbicara, tapi ia tidak mampu karena ciuman itu semakin memanas. Ana mulai pasrah. Ia menyesali ucapannya yang membuat ia berada dalam situasi seperti ini. Ia memejamkan kedua matanya, membiarkan lelaki itu membasuh wajahnya dengan air saliva. Ciuman itu bergerak turun ke lehernya. Zhichun membuat tanda merah di sana. Ciuman yang semakin liar pada bagian sensitive-nya, membuat Ana merasakan sensasi aneh. Tubuhnya bergetar. "Ahhh...." desahnya panjang. Ia mulai terangsang, menikmati ciuman yang menghujani seluruh wajah dan lehernya. Tiba-tiba saja, Zhichun menghentikan kegiatannya. Hal itu membuat Ana terbengong. Ia pikir semuanya sudah berakhir. Tapi hal tak terduga, lelaki itu membopong tub

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 31

    Suasana hening di ruang ICU, membuat suara mesin monitor jantung terdengar jelas. Rasa dingin yang menusuk kulit, tak membuat Zhichun menggigil. Ia menatap kosong, tubuh yang terbaring tak berdaya di atas tempat tidur yang dilengkapi dengan alat bantu pernapasan. Binar mata Zhichun memancarkan kesedihan yang mendalam. Ia meraih tangan dingin itu dengan lembut. Ia letakkan tangan itu di pipinya. Air mata mulai menetes perlahan, mengalir di punggung tangan lelaki paruh baya itu. "Pa, rasanya tidak rela jika harus melepaskan kepergian Papa dengan cara seperti ini," lirihnya sambil mencium tangan itu. "Mama bahkan sudah memanggil notaris yang mengurus surat wasiat Papa." "Aku berharap, ada keajaiban yang membuat Papa terbangun sebelum dokter melepaskan alat bantu pernafasan Papa," ucapnya sebelum ia beranjak pergi dari ruangan, meninggalkan lelaki itu kembali dalam kesendirian. *** Tin tin tin! Suara klakson terdengar berbunyi nyaring beberapa kali. Ana bergegas k

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 30

    Tok tok tok Suara ketukan pintu kamar terdengar nyaring. Jantung Ana berdetak kencang, jemari Ana gemetaran saat ia membuka pintu kamarnya. "Tuan...." Ana menatap wajah lelaki itu dengan perasaan malu. "Cepat rapikan dirimu, dan keluar untuk menemui keluargaku," titah lelaki itu memberi perintah. "Tuan, kenapa tiba-tiba? Sebelumnya anda tidak memberitahukan padaku bahwa keluarga besarmu akan datang?" "Jangan banyak bicara! Rapikan dirimu dan segera keluar," ucap lelaki itu sebelum ia beranjak dari hadapan Ana yang segera bersiap. Ana melangkah ragu, perasaannya gugup saat semua mata menatap ke arahnya dengan sorot mata tajam. Hanya Nenek Zhichun saja yang tersenyum hangat pada wanita itu. Nenek memberikan isyarat pada Ana untuk duduk di sebelahnya. "Mereka adalah keluargamu juga," ucap Nenek dengan lembut. "Kamu sudah bertemu dengan Mama mertuamu, kan?" Ana hanya mengangguk lemah, sambil menatap Zhao Erxi mencibirkan bibirnya. "Wanita yang sebaya denganmu

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 29

    Ana duduk di meja yang berhadapan dengan kaca di Seesaw Coffee, tempat di mana ia sering menghabiskan waktunya, saat ia sedang banyak pikiran.Dengan ditemani secangkir coffee latte yang panas, cocok di saat cuaca mendung dan sedikit dingin. Ana menghirup aroma kopinya, sebelum ia menyeruputnya dengan perlahan.Tanpa ia sadari, sepasang mata tengah mengawasinya. Lelaki dengan tubuh yang tinggi dan sedikit kurus, duduk di depan meja barista sambil terus memperhatikannya. Ia sesekali membenarkan earbuds yang terpasang di telinganya, menunggu panggilan tersambung."Halo?" Suara wanita tua yang sudah tidak asing di telinganya, terdengar menyapanya dari seberang telpon."Halo, nyonya besar? Aku sudah menemukan wanita itu. Sepertinya dia sudah tidak mengingatku. Tadi saat kami bertemu di pintu masuk, dia hanya menatapku sebentar tanpa berbicara apa-apa," ucap Sekertaris Lie menjelaskan dengan panjang dan lebar."Bagaimana dengan cucuku? Apakah dia sudah menemukan calon pengantinnya?" tanya

  • Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan   Bab 28

    "Sekertaris Lie, tolong bantu aku untuk mendapatkan seseorang yang memiliki golongan darah AB negatif, yang mau mendonorkan darahnya! Buat pengumuman bahwa kita akan memberikan uang satu milyar untuk orang itu," ucap wanita tua itu dengan antusias. Ia menatap wajah lelaki muda yang berada di sebelahnya dengan tatapan yang penuh dengan harap. Lelaki muda itu hanya menganggukkan kepalanya dengan perlahan. Baru saja ia hendak pergi, Ana yang sejak tadi menguping pembicaraan mereka dari balik tembok, memberanikan diri untuk muncul di hadapan mereka, yang membuat perhatian mereka tersita padanya. "Saya bersedia membantu! Kebetulan golongan darah saya AB negatif," ucap Ana yang membuat wanita tua itu membelalakkan kedua matanya dengan lebar. Sebuah senyuman tercetak jelas di raut wajah wanita tua itu. Ia segera meraih tangan Ana yang berdiri di hadapannya, dan menatap wajah wanita itu dengan kedua mata yang berbinar. "Aku tidak tahu siapa kamu? Dari mana asalmu, tapi aku sangat yakin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status